Pengembangan Diri di Sekolah

Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan. Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat 157:            Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk .” 17 Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan Karena antara keduanya shalat dan doa terdapat kesesuaian. antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan. 18 2 Hukum Shalat Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapan al-Qur`ân, sunnah dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al- Bayyinah ayat 5:                   Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus .” 19 17 Ibid, h. 24 18 Narulita, op, cit., h. 15 19 Kementrian Agama RI, op, cit., h. 598 Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut: a Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu: 1 Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu dan shalat jumat fardhu a ’in untuk pria 2 Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan shalat jenazah. b Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu: 1 Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat hampir mendekati wajib, seperti shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah thawaf. 2 Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan shalat sunnah yang sifatnya insidentil tergantung waktu dan keadaan seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap terjadi gerhana. 20 20 Narulita, op, cit., h. 33 3 Syarat-syarat Shalat Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil. Syarat- syarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat. Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya batal. Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu 21 : Islam, Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir Menutup aurat. 4 Rukun-rukun Shalat Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya 22 : Niat, Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah , Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi salam. 5 Kedudukan dan Keistimewaan Shalat Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya. shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh 21 Ibid., h. 41 22 Sudirman, op, cit., h. 42-68 manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang agung sebagai berikut: a Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad S aw, “ pokok segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula bangunan yang ada si atasnya. b Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad S aw dimana ia bersabda, “Amalan yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh amal perbuatannya.” c Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang . oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat namun tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali. 23 6 Manfaat Shalat Berjama‟ah Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan 23 Narulita, op, cit., h. 36 shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45:                          Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab Al-Qu`rân dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah Swt shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah Swt mengetahui apa yang kamu kerjakan. 24 Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan diantaranya: a Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah Dengan berjam‟ah maka kita akan merasakan bahwa persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling mengenal satu sama lain, saling menasihati atau bermusyawarah. b Mengikat tali silaturahmi Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya: siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas meraka. 24 Kementrian Agama RI, op, cit., h. 401 c Adanya rasa persatuan Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. d Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan Dengan berjama‟ah diharapkan timbulnya rasa tolong menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik dari sisi moril ataupun moral. Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin, maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan berinteraksi dengan orang lain. b Tadarus 1 Pengertian Al-Qur`ân Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr, shâ lih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan, seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim, keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan larangan menolong kejelekan. Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia dengan khaliq, pencipta, yakni Allah Swt dan akhlak kepada makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan. Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41. 25 Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik didunia maupun diakhirat. 2 Adab Membaca al-Qur`ân Dianjurkan bagi orang yang membaca al-Qur`ân memperhatikan hal-hal sebagai berikut 26 : a Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadast b Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga keagungan membac al-Qur`ân c Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat d Membaca ta’awwudz membersihkan mulut sebelum mulai membaca 25 M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara, h. 31-32 26 Manna Khalil Al‟Qathan, Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa 1996, Cet. III, h. 269 e Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah, kecuali surah al-barâ ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama f Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan terang g Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung dalam ayat h Meresapi makna dan maksud ayat al-Qur`ân yang berhubungan dengan janji maupun ancaman i Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan suara zahir lebih utama. Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena masing- masing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkar- nya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu masing- masing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya. Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam pembacaannya.” 27 27 Ibid. 3 Kebenaran Al-Qur`ân Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama surah al- ‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah al- mâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran. Kebenaran al-Qur`ân bisa pula dibuktikan dengan kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil al- Qathan dalama Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân , mukjizat al-Qur`ân paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun, padahal kala itu bahasa arab sedang mencapai puncak ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun pesan- pesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri manusia sendiri. 28 c Upacara Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara tertib dan khidmat di sekolah. Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan upacara bendera. Melalui upacara bendera diharapkan dapat mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna. Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk mengusahakan pencapaian tujuan pendidikan nasional dan memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu: 1 Membiasakan bersikap tertib dan disiplin Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat 28 Salman Harun, Mutiara Al’Quran, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999, Cet. II, h. 145- 153 pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan khidmat sampai selesai. 2 Membiasakan berpenampilan rapi Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara yang formal atau non formal. 3 Meningkatkan kemampuan memimpin Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara berbicara yang baik dan percaya diri. 4 Membiasakan kesediaan dipimpin Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak, karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin melalui upacara tersebut. 5 Membina kekompakan dan kerjasama Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya karena mampu menghargai sesama. 6 Mempertebal rasa semangat kebangsaan Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan lebih melekat pada diri masing-masing. Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan upacara bendera adalah 1 Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar lainnya 2 Menyanyikan lagu-lagu nasional 3 Mengheningkan cipta dan mendoakan para pahlawan yang telah meninggal dunia 4 Mendengarkan riwayat singkat para pahlawan. Nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan diatas adalah nasionalis dan disiplin kemenidikas, 2010. 29

B. Al-Akhlâk al-Karîmah

1. Pengertian Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia 2008:27 kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut Abudin Nata 2002:2 secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu isim masdar bentuk infinitif dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlâqa. Sesuai dengan bentuk śulaśi mazîd wajan af ’ala, yuf’ilu, ‘ifalan yang berarti al-sajiyah perangai al- tabiah kelakuan, tabiat atau watak dasar, al-âdat kebiasaan dan al-dîn agama. Menurut Quraish Shihab 22004:253 walaupun kata akhlak memiliki makna tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama, tetapi tidak ditemukan dalam ayat al-Qur`ân yang ditemukan dalam bentuk tunggal dari kata itu yaitu khulûq Q.S Al-Qalam :4 hanya saja kata akhlak banyak ditemukan dalam hadist seperti dalam salah satu hadist Nabi Saw yang sangat popular “Innamâ bu’iśtu liutammima makârîmal al-akhlâk” artinya “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia “ HR. Malik. Berdasarkan pada beberapa penjelasan dan definisi akhlak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu . jika sifat yang tertanam itu 29 Gunawan, loc, cit. darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik al-akhlak al-mahmûdah sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk al-akhlak al-madzmûmah.

2. Arti Pembentukan Akhlak

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, kerena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akahlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini pada umumnya dari Ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dll. Pada kenyataan dilapangan, usaha- usaha pembinaan akhlak melalui berbagi macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan itu ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi- pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah Swt dan Rasul- Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama. Sebaliknya keadaan anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan dan arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama saat dimana semkain banyak tantangan dan godaan. Sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada didunia ini karena dengan mudah segala pristiwa yang baik atau yang buruk bias didapat melalui televisi, internet, film, buku-buku yang menyuguhkan adegan maksiat. Demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup matrealistik semakin menggejala. semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak. 30 Dengan uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh- sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, jika program pendidikan dan pembinaan akhlak dilakukan dengan baik, sistematik dan sungguh-sungguh pelaksanaaanya maka akan menghasilkan anak-anak yang baik akhlaknya di sinilah letak peran dan fungsi lemabaga pendidikan. Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebgai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri mansuia termasuk di dalamnya akal, nafsu, amarah, fitrah, kata hati dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak. dari sekian banyak faktor tersebut para ahli menggolongkannya kedalam dua bagian yaitu, faktor intern dan faktor ekstrn.

a. Faktor Intern

Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor Internal ini, diantaranya adalah 31 : 1 Insting atau Naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir terlebih dahulu kearah 30 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. V h. 155- 157 31 Gunawan, op, cit., h. 19-21 tujuan itu dan tidak didahului oleh latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakan oleh naluri insting. Naluri merupaka tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Para ahli psikologi membagi insting manusia sebagai pendorong tingkah laku kedalam beberapa bagian diantaranya naluri makan, naluri bejodoh, naluri keibuan-kebapak an, naluri berjuang dan naluri bertuhan Ya‟kub 1993:58. 2 Adat atau kebiasaan habit Salah satu faktor terpenting dalam tinggak laku manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak karakter sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang peranan yang sangat peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina akhlak karakter sehubungan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga manusia mudah dikerjakan maka hendaknya manusia memaksan diri untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak yang baik padanya. 3 Kehendak kemauan irâdah Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagi rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan-rintangan tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras azam. Itulah yang menggerakan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berprilaku berakhlak, sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan