Pengembangan Diri di Sekolah
Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan. Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat
157:
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang
mendapat petunjuk .”
17
Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan
Karena antara keduanya shalat dan doa terdapat kesesuaian. antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena
itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan.
18
2 Hukum Shalat Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapan
al-Qur`ân, sunnah dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah
baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al- Bayyinah ayat 5:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt
dengan memurnikan
ketaatan kepada
Nya dalam
menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama
yang lurus .”
19
17
Ibid, h. 24
18
Narulita, op, cit., h. 15
19
Kementrian Agama RI, op, cit., h. 598
Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut:
a Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu: 1
Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh
ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu dan shalat jumat fardhu a
’in untuk pria 2
Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya.
Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang
yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan
shalat jenazah.
b Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan
atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
1 Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat hampir mendekati wajib, seperti shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah
thawaf. 2
Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan
shalat sunnah yang sifatnya insidentil tergantung waktu dan keadaan seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap
terjadi gerhana.
20
20
Narulita, op, cit., h. 33
3 Syarat-syarat Shalat
Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya
semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi
dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil. Syarat- syarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat
ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat. Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya
batal. Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu
21
: Islam, Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang
masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir
Menutup aurat.
4 Rukun-rukun Shalat
Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena
meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya
22
: Niat, Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah ,
Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi
salam.
5 Kedudukan dan Keistimewaan Shalat
Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya. shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian
maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri
kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh
21
Ibid., h. 41
22
Sudirman, op, cit., h. 42-68
manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara
hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang agung sebagai berikut:
a Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat
berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad S aw, “ pokok
segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula
bangunan yang ada si atasnya. b
Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung
pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad S
aw dimana ia bersabda, “Amalan yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak
adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh
amal perbuatannya.” c
Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang . oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada
lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam
Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir
adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat namun tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali.
23
6 Manfaat Shalat Berjama‟ah
Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi
orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan
23
Narulita, op, cit., h. 36
shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab
Al-Qu`rân dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah Swt shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah Swt
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
24
Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan
diantaranya: a
Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah Dengan berjam‟ah maka kita akan merasakan bahwa
persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa
persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling
mengenal satu
sama lain,
saling menasihati
atau bermusyawarah.
b Mengikat tali silaturahmi
Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan
memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya: siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman
sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas meraka.
24
Kementrian Agama RI, op, cit., h. 401
c Adanya rasa persatuan
Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa
persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
d Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan
Dengan berjama‟ah diharapkan timbulnya rasa tolong menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa
belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik dari sisi moril ataupun moral.
Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin,
maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan
berinteraksi dengan orang lain.
b Tadarus
1
Pengertian Al-Qur`ân
Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk
tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr,
shâ lih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga
melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan, seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim,
keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan
larangan menolong kejelekan. Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk
bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia
dengan khaliq, pencipta, yakni Allah Swt dan akhlak kepada
makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan.
Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar.
Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar
dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41.
25
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber
akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi
buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik
didunia maupun diakhirat.
2 Adab Membaca al-Qur`ân
Dianjurkan bagi
orang yang
membaca al-Qur`ân
memperhatikan hal-hal sebagai berikut
26
: a
Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi
orang yang berhadast b
Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga keagungan membac al-Qur`ân
c Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat
d Membaca ta’awwudz membersihkan mulut sebelum mulai
membaca
25
M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara, h. 31-32
26
Manna Khalil Al‟Qathan, Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa 1996, Cet. III, h. 269
e Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah,
kecuali surah al-barâ ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu
ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama f
Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan terang
g Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara
konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung dalam ayat
h Meresapi makna dan maksud ayat al-Qur`ân yang
berhubungan dengan janji maupun ancaman i
Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan suara zahir lebih utama.
Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena masing-
masing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkar-
nya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu masing-
masing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang
terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya. Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan
perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau
kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya
sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam pembacaannya.”
27
27
Ibid.
3 Kebenaran Al-Qur`ân
Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan
yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak
mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama
surah al- ‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang
menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna
bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah al-
mâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai
dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk
mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.
Kebenaran al-Qur`ân
bisa pula
dibuktikan dengan
kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil al- Qathan dalama
Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân
, mukjizat al-Qur`ân paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi
bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun, padahal kala itu bahasa arab sedang mencapai puncak
ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun pesan- pesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan,
bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan
berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri manusia sendiri.
28
c Upacara
Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau
penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan,
yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara tertib dan khidmat di sekolah.
Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap
disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin
adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan
upacara bendera. Melalui upacara bendera diharapkan dapat
mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu
diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta
dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna.
Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk mengusahakan
pencapaian tujuan
pendidikan nasional
dan memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang
diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu:
1 Membiasakan bersikap tertib dan disiplin
Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat
28
Salman Harun, Mutiara Al’Quran, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999, Cet. II, h. 145-
153
pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan khidmat sampai selesai.
2 Membiasakan berpenampilan rapi
Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara
yang formal atau non formal. 3
Meningkatkan kemampuan memimpin Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak
umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara
berbicara yang baik dan percaya diri. 4
Membiasakan kesediaan dipimpin Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak,
karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin melalui upacara tersebut.
5 Membina kekompakan dan kerjasama
Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan
tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya karena mampu menghargai sesama.
6 Mempertebal rasa semangat kebangsaan
Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan
lebih melekat pada diri masing-masing.
Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan upacara bendera adalah
1 Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar
lainnya 2
Menyanyikan lagu-lagu nasional
3 Mengheningkan cipta dan mendoakan para pahlawan yang telah
meninggal dunia 4
Mendengarkan riwayat singkat para pahlawan. Nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan
diatas adalah nasionalis dan disiplin kemenidikas, 2010.
29