Hakekat Perkembangan Hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

kepribadian manusia. Para penganut aliran ini, berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaaan dan lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kyai, umpamanya kelak ia akan menjadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam: 1 Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan siswa itu sendiri 2 Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau adanya dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan khususnya pendidikan dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.

4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa

a. Karakteristik Anak Usia Remaja SMPSMA Masa remaja 12-21 tahun merupakan masa peralihan anatar masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa . masa remaja sering dikenal masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu: 1 Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya 2 Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat 3 Menerima keadaan fisik dam mampu menggunakannya secara efektif 4 Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainya 5 Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat kemampuannya 6 Mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak 7 Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang doperlukan warga Negara 8 Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab 9 Memperoleh seperangkat nilai dan sistema etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku 10 Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas. 8 Berbagai karakterisktis masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diantaranya: 1 Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan narkotika 2 Memebriaka pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan 3 Melatih siswa mengambangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit 4 Membantu siswa mengambangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta 5 Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran 6 Menjalin hubungan harmonis dengan siswa dan bersedia mendengarkan segalan keluh kesah yang dihadapinya. 9

5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan di sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan 8 Ibid., h. 37-38 9 Ibid. pendidikan karakter di sekolah . tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik insan kamil. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang baik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dam membentuk karakter anak melaui orangtua dan lingkungannya. Pendidikan karakter perlu dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit. Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya , jika tidak terlatih menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik components of good character yaitu moral knowing pengetahuan tentang moral, moral feeling penguatan emosi tentang moral dan moral action perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral moral awareness pengetahuan tentang nilai-nilai moral knowing moral values, penentuan sudut pandang perspective taking, logika moral moral reasoning keberanian mengambil sikap decision making dan pengenalan diri self knowledge. Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. penguatan ini berkaitan dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri conscience, percaya diri self esteem, kepekaan terhadap derita oranglain empathy, cinta kebenaran loving the good, pengendalian diri self control, kerendahan hati humility. Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik act morally maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi competence, keinginan will, dan kebiasaan habit. 10 Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai- nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah Swt Swt, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia Internasional. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter valuing. Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan domain affection atau emosi. Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” moral knowing, tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan oleh tiga aspek yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling dan moral action. Dengan kata lain makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, dll. Yang program utamanya cenderung pada nilai-nilai secara 10 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabet, 2012, h. 38.