Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

terarah. Oleh karena itu pendidikan agama perlu di manifestasikan melalui berbagai media baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan formal dilingkungan keluarga dan non formal yang ada pada masyarakat. 2 Lingkungan Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah yang menyebabkan manusia harus bergaul dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku . adapun lingkungan dibagi kedalam dua bagian yaitu: a Lingkungan yang bersifat kebendaan Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang b Lingkungan kerohanian yang bersifat kerohanian Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik. Begitupun pula sebaliknya seseorang yang hidup dalam lingkungan kurang mendukung dalam pembentukan akhlaknya maka setidaknya dia akan terpengaruh lingkungan tersebut.

C. Program Akselerasi Percepatan Belajar

1. Pengertian Program Akselerasi

Program Percepatan Belajar atau Akselerasi adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan oleh psikologi telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. 33 Pengertian lain acceleration percepatan adalah suatu program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum lebih. 34

2. Dasar Hukum

Landasan hukum penyelenggaraan program percepatan belajar atau akselerasi adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun1989 tentang sistem pendidikan Nasional, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, antara lain 35 : Pasal 5 Ayat 4: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pasal 12 Ayat 1: “Setiap Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Menyelesaikan pendidikan sesuai bdengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketenetuan batas waktu yang ditetapkan.”

3. Tujuan

Ada dua tujuan mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa 36 . a. Tujuan Umum: 1 Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya 33 http:www.ditplb.or.id2006index.php?menu=profilepro=50iduser=5 34 Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, Departemen Pendidikan Nasional 2007 h, 17 35 http:www.ditplb.or.id2006index.php?menu=profilepro=50iduser=5 36 http:www.ditplb.or.id2006index.php?menu=profilepro=50iduser=5 2 Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri 3 Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan pesrta didik 4 Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik 5 Menimbang peran peserta didik sebagai asset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran 6 Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. b. Tujuan Khusus: 1 Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya 2 Meningkatkan efesiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik 3 Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung Berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal 4 Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.

4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik

Pedoman khusus untuk rekrutmen peserta program akselerasi atau percepatan bidang studi mengikuti pedoman umum rekrutmen percepatan belajar dengan memperhatikan beberapa hal berikut Davis dan Rimm, 1998 37 : a. Peserta didik memiliki skor IQ 130 skala Wechsler atau skor rerata +2 deviasi standar untuk skala yang lain pemerikasaan psikologi hendaknya dilakukan oleh psikologi yang bersertifikat untuk melakukan psikodiagnostik yang memahami keberbakatan. b. Peserta didik memiliki kompetensi belajar yang mendasari kompetensi pada tingkatan yang akan diikuti. Oleh karena itu perlu diadakan tes penguasaan kompetensi belajar 37 Soekarso, op, cit., h. 21-22 c. Kesenjangan keterampilan harus didiagnosa sehingga peserta didik dapat dibantu untuk menguasai keterampilan dasar yang masih kurang dikuasainya d. Guru, konselor, atau kelompok peserta didik cerdas diperlukan untuk membantu peserta didik yang mengalami masalah social yang terkait dengan loncat kelas e. Setiap pengambilan putusan untuk loncat kelas perlu mempertimbangkan , kematangan fisik, stabilitas emosi, motivasi, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan pada peserta didik. Yang terpenting adalah kebutuhan peserta didik akan stimulasi intelektual yang sesuai kecepatan belajarnya f. Perlu ada masa percobaan minimal 6 minggu sampai 1 semester peserta didik perlu dibantu untuk menyadari bahwa jika ia tidak berhasil berkembang di kelas baru, ia akan diminta kembali kekelas awalnya. Pendampingan konselor harus dilakukan untuk membantu anak agar tidak merasakan bahwa dirinya gagal jika tidak berhasil loncat kelas. D. Penelitian yang Relevan 1. Arif Rahman Hakim, skripsi tahun 2010 di UIN Jakarta yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Ibadah Shalat terhadap Akhlak Siswa di SMPN 3 Ciputat-Tangerang ”. Hasil penelitian yang diambil dari sampel sebanyak 20 dari jumlah 250 siswa yang terdapat di SMPN 3 Ciputat ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pelaksanaan ibadah shalat terhadap akhlak siswa di SMPN 3 Ciputat. Hal tersebut dapat dilihat nilai Rxy = 0,243 yang terletak pada kategori 0,20-0,40 yang berarti kolerasi lemah atau rendah. 2. Ahmad Amirul, Jurnal Tahun 2009 di UIN Bandung yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Shalat Berjama’ah terhadap Prilaku sosial”. Kesimpulan dari jurnal ini adalah shalat berjama‟ah adalah shalat yang dikerjakan dengan berkelompok sedikitnya terdiri atas dua orang yang