Pembinaan sikap kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

(1)

PEMBINAAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA

MELALUI KEGIATAN OSIS SMP BAKTI MULYA 400

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

Ali Umar

NIM 109011000052

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

PEMBINAAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA

MELALUI KEGIATAN OSIS SMP BAKTI MULYA 400

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh

Ali Umar

NIM 109011000052

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS

SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Di Susun Oleh

Ali Umar

109011000052

Di bawah bimbingan

Drs. Rusdi Jamil, M.A

NIP.

19621231 199503 1 005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(4)

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH

Skripsi berjudul “Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta” disusun oleh Ali Umar, Nim 109011000052, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 21 April 2014 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Islam.

Jakarta, 24 April 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.Ag

NIP. 19580707 198703 1 005 ... ... Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)

Marhamah Saleh, Lc. MA

NIP. 19720313 200801 2 010 ... ... Penguji I

Dra. Hj. Sofiah, MS., M.Ag

NIP. 19491123 198903 1 006 ... ... Penguji II

Drs. Masan AF., M. Pd.

NIP. 19510716 198103 1 005 ... ...

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena, MA. Ph.D


(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ali Umar

NIM :109011000052

Jurusan :Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jl. Pertanian Raya no. 27 Rt 003 Rw 04 Lebak Bulus Cilandak Jaksel

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta adalah benarhasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Drs. Rusdi Jamil, MA.

NIP. : 19621231 199503 1 005

Jurusan /Program Studi : Pendidikan Agama Islam/Fiqih

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 14 April 2014 Yang menyatakan


(6)

ABSTRACT

Ali Umar ( 109011000052 ) . Attitude Through Leadership Development Activities Student Council Student SMP Bakti Mulya 400 Jakarta .

This study aims to determine the attitude of the leadership of the implementation of coaching students through the activities of the student council in junior Bakti Mulya 400 Jakarta , knowing coaching programs leadership attitude toward students , and to investigate the activities of the student council leadership in fostering attitudes of students and determine the function of the attitude of the leadership council in coaching students . This study was conducted in November 2013 to March 2014 at SMP Bakti Mulya 400 Jakarta . Study is a qualitative research , which is research that produces descriptive data in the form of words written or spoken from those observed .

The results showed that the implementation of attitudes fostering leadership in students through junior high student council activities Bakti Mulya 400 Jakarta has been running quite well and effectively , schools have programs in the coaching canoes , but the coaching should be done and requires supervision of all teachers in the school board the attitude that there is a continuous student leadership in students . The program is implemented by the SMP service Mulya among others involve council officials in each school agenda . In the council 's own activities there are plenty of activities for fostering student leadership attitudes among other basic exercises leadership students ( LDKS ) , OSIS working meeting , Activity Out Bond , Comparative Study council activities and annual events in SMP Bakti Mulya 400 as BM Cup and Loketa , Sketch and closed with Hakata .

Thus it can be said that the SMP Bakti Mulya 400 Jakarta has been effective and well in implementing leadership development to students through student council activities . It can be seen that the OSIS they were able to behave discipline and have responsibilities and be able to run and organize an event to run properly . So that students have the provision for the life to come .


(7)

ABSTRAK

Ali Umar (109011000052). Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan sikap

kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, mengetahui program-program pembinaan sikap kepemimpinan terhadap siswa, serta untuk mengetahui kegiatan-kegiatan OSIS dalam membina sikap kepemimpinan siswa dan mengetahui fungsi OSIS dalam pembinaan sikap kepemimpinan siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014 di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan sikap kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta sudah berjalan cukup baik dan efektif, sekolah memiliki program-program dalam rangkan pembinaan tersebut, namun pembinaan tersebut harus terus dilakukan dan membutuhkan pengawasan dari seluruh dewan guru di sekolah tersebut agar sikap kepemimpinan siswa terus menerus ada dalam diri siswa. Program yang dilaksanakan oleh SMP bakti Mulya antara lain melibatkan para pengurus OSIS dalam setiap agenda kegiatan sekolah. Dalam kegiatan OSIS sendiri terdapat banyak kegiatan untuk pembinaan sikap kepemimpinan siswa antara lain Latihan dasar kepemimpinan Siswa (LDKS), rapat kerja pengurus OSIS, Kegiatan Out Bond, kegiatan Study Banding OSIS serta kegiatan tahunan di SMP Bakti Mulya 400 seperti BM Cup dan Loketa, Sketsa dan ditutup dengan Hakata.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa SMP Bakti Mulya 400 Jakarta sudah efektif dan baik dalam melaksanakan pembinaan kepemimpinan terhadap siswanya melalui kegiatan-kegiatan OSIS. Hal ini dapat dilihat bahwa mereka para pengurus OSIS mampu untuk berperilaku disiplin dan memiliki tanggung jawab serta mampu menjalankan dan mengatur sebuah acara agar berjalan dengan baik. Sehingga siswa memiliki bekal untuk kehidupan yang akan datang.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi kita semua dan beristiqamah dalam memperjuangkan Islam hingga akhir hayat .

Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, namun berkat semangat dan kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Sebagai Rektor yang senantiasa berjuang dengan penuh ketulusan dan tanpa kenal lelah demi kemajuan Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Nurlena Rifa’I Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Rusdi Jamil, MA. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta bersedia meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran.


(9)

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat baik di dunia dan akhirat.

7. Kepala Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya yang telah membantu penulis dalam mendapatkan referensi.

8. Kepala Sekolah, Wakil kepala sekolah Bid. Kesiswaan dan guru pembina OSIS dan Para pengurus OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, yang telah memberikan informasi-informasi dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tua, yaitu Ayahanda H.Kasunah dan Ibunda Hj. Yani, yang telah banyak berjasa mendidik, membimbing, mengasuh, memberikan kasih sayang yang tak pernah putus dalam membesarkan putranya, adik-adikku tercinta Muhammad Abduh dan Mutia Nuraini, Kakek dan Nenekku tercinta alm. H. Maksudi dan Almarhumah Hj. Anah yang telah memberikan fasilitas dan motivasi serta do’anya kepada penulis sehingga meraih gelar Sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah.

10. Adinda Khoirunnisa Fadliah dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

11. Seluruh teman Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya kelas B PAI 2009 khusunya (Ocid, Ozi, Saprul, Dhowi, Adnan) yang selalu membantu, memberi inspirasi, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepada Guru-guru dan teman-temanku dari TK Al-Barkah, MI Al-Hidayah,

MTs & MA Al-Hamidiyah depok yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kepada Kepala Sekolah, Guru-guru dan Siswa-siswi SDIT Al-Hidayah 1 dan 2 Cilandak, yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak semoga Allah membalas dengan balasan yang setimpal dari kebaikan yang tel;ah mereka lakukan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi sistematika, bahasa maupun isi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dalam menimgkatkan kualitas dunia pendidikan di Indonesia. Amin ya Rabbal’alamin.

Jakarta, 14 April 2014

Penulis Ali Umar


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ii

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSAH iii HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH iv

ABSTRAK v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembinaan Sikap kepemimpinan 1. Pengertian Pembinaan 9

2. Pengertian Sikap 10

3. Pengertian Kepemimpinan 11 4. Sikap Kepemimpinan 15 5. Pandangan Islam tentang kepemimpinan 17

6. Tipe-tipe Kepemimpinan 22

7. Fungsi kepemimpinan 26

B. Organisasi Siswa intra Sekolah 1. Pengertian OSIS 28


(12)

3. Fungsi OSIS 33 4. Struktur Organisasi OSIS 35

C. Hasil Penelitian yang Relevan 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 39

B. Latar Penelitian 39

C. Metode Penelitian 39

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 40 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 42

E. Analisis Data 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 46 2. Profil Sekolah SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 47 3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SMP Bakti Mulya 400 47

4. Guru dan Tenaga Kependidikan 49

5. Keadaan Siswa 53

6. Sarana dan Prasarana 54

B. Pembahasan

1. Bentuk Kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 56 2. Pelaksanaan Pembinaan Sikap Kepemimpinan siswa

di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 61

3. Kegiatan OSIS dalam Pembinaan Sikap kepemimpinan

siswa 65

4. Fungsi OSIS dalam Pembinaan Sikap Kepemimpinan

Siswa 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 71


(13)

C. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 74


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data guru dan karyawan SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

Tahun Ajaran2012-2013 47

Tabel 4.2 Data siswa SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 51 Tabel 4.3 Profil Sarana dan Prasarana SMP Bakti Mulya 400 Jakarta 52


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kantor OSIS, Gedung Sekolah dan Taman 53

Gambar 4.2 Siswa pengurus OSIS saat Mengikuti LDKS 54

Gambar 4.3 Salah satu kegiatan Olahraga Futsal 56

Gambar 4.4 Kegiatan Apresiasi Seni 57

Gambar 4.5 Kegiatan Sholat Jamaah yang dibantu pengurus OSIS 58

Gambar 4.6 Majalah Dinding SMP BM 400 Jakarta 59

Gambar 4.7 Upacara Bendera SMP bakti Mulya 400 Jakarta dengan OSIS sebagai Petugasnya 62


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen pedoman wawancara

Lampiran 2 Transkripsi Hasil wawancara Lampiran 3 Profil Sekolah

Lampiran 4 Struktur SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

Lampiran 5 Struktur Kepengurusan OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Lampiran 6 AD/ART OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

Lampiran 7 Proposal Kegiatan LDKS OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Lampiran 8 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 Surat Izin/Keterangan telah Melakukan Penelitian Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Observasi

Lampiran 11 surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 12 Surat Keterangan telah Wawancara Lampiran 13 Foto-foto

Lampiran 14 Uji Referensi Lampiran 15 Biodata Penulis


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman.

Menurut H. A. R. Tilaar, pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara terhadap lingkungan

masyarakatnya, negara dan terhadap umat manusia. Pendidikan lingkungan dan kependudukan merupakan salah satu penunjang ke arah kesadaran di era globalisasi sekarang ini. Peningkatan rasa tanggung jawab tersebut memerlukan informasi yang cepat dan tepat serta kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan suatu bangsa yang rendah sukar untuk dapat meningkatkan tanggung jawabnya terhadap perbaikan kehidupannya sendiri apalagi kehidupan global. Oleh karena itu, negara dituntut untuk adanya pendidikan berkualitas.1

Pendidikan adalah merupakan suatu usaha pembinaan, bimbingan, pengajaran dan pembentukan mental serta kedisiplinan yang dilakukan secara sadar oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah yang berlangsung di lingkungan rumah, sekolah, dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berperan secara aktif dalam berbagai lingkungan hidup dengan penuh kreatif, inovatif yang berwawasan ilmu pengetahuan, karena memang tujuan utama pendidikan yaitu mencerdaskan anak yang berbudi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT yang nantinya dapat tercipta generasi muda yang handal dan professional dalam menghadapi berbagai macam keadaan.

1H. A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan,


(18)

Generasi muda merupakan sumber daya manusia (SDM) yang begitu potensial dalam upaya membangun bangsa, karena keberlangsungan bangsa ada pada diri seorang remaja sebagi estafet perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan sebagai upaya membangun bangsa. Remaja merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Demikian juga mengenai remaja di Negara Republik Indonesia.

Jelaslah bahwa sejarah telah mencatat, betapa negara ini telah disusun atas jerih payah, bahkan pengorbanan jiwa remaja masa lalu. Ini berarti bahwa remaja telah ikut serta bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara.

Oleh karena itu, remaja adalah generasi harapan bangsa yang memiliki potensi dan vitalitas serta semangat patriotis. Syekh Musthafa Al Ghalayani mengatakan :

ْقا ىف َمأرْما ْمك ي ىف َنا غْ ا اجر مْ يْ ا ناَبش

ا ايح ْم ما

اْ ض ْنا سابْ ا س ْْا ما ْقا اْ م ْقأف

َر ا

ْ ن

ا ْح ايا

َمْا م ب صََ ا

Pemuda masa kini adalah bakal pemimpin masa depan. Sesungguhnya pada tangan kekuasaanmu memecahkan problema masyarakat. Karena itu, maju teruslah kamu, bagaikan majunya seekor harimau yang gagah berani. Dan bangkitlah semangat juang bergemuruh dan gegap gempita, niscaya dengan karyamu itu masyarakat hidup sejahtera.2

Remaja sebagai generasi muda yang akan memegang tongkat estafet untuk menegakkan dan mewarisi cita-cita luhur bangsa di masa depan. Apalagi pada saat ini jumlah remaja di Indonesia adalah cukup besar. Yaitu sekitar sepertiga dari jumlah penduduk seluruhnya.

Dengan adanya potensi remaja yang sangat besar itu, maka pemerintah telah berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan daripada pembinaan dan pengembangan generasi muda.

2 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja,


(19)

3

Salah satu usaha dalam pembinaan generasi muda adalah membekali mereka dengan beberapa ketrampilan antara lain adalah pembinaan sikap kepemimpinan siswa. Pembinaan sikap kepemimpinan siswa ini dilaksanakan melalui sebuah wadah yang ada di sekolah, yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

“Pembinaan terhadap siswa mempunyai arti khusus yakni usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan, arahan terhadap pola pikir, sikap mental dan perilaku siswa serta minat dan bakat dan ketrampilan para siswa”. 3

Pembinaan sikap kepemimpinan siswa sangat penting dalam dunia

pendidikan hal ini dikarenakan siswa sebagai “agent of change” harus dapat memberikan perubahan di dalam masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu sumber kebudayaan yang harus terus digali dan dikembangkan dan hal ini akan sangat optimal jika para siswanya mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat serta berkarakter karena dengan sikap seperti itu siswa akan terus mempunyai sikap tidak mudah putus asa, berfikir kritis, mampu mengungkapkan pendapat dalam proses pembelajaran.

Pada dasarnya adanya kepemimpinan adalah untuk mengatur manusia secara lebih efektif dalam pencapaian tujuan. Seorang pemimpin akan sukses apabila mampu mempengaruhi orang lain yang ada di bawahnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam membina sikap kepemimpinan yang baik sangatlah terkait dengan proses pendidikan yang telah ditempuh. Baik dalam pendidikan agama maupun umum, pembinaan sikap kepemimpinan ini selayaknya pula diselaraskan dengan perkembangan anak sejak dini, terutama pada masa remaja yang penuh gejolak, dengan demikian anak akan lebih mampu untuk memimpin dirinya dan mengendalikan ke arah yang lebih positif serta terhindar dari gejolak yang negatif. Dengan demikian, berbagai upaya yang

3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,


(20)

ada dalam membina sikap kepemimpinan tak luput dari lingkungan pendidikan, baik bersifat informal, formal maupun non formal.

Sikap kepemimpinan adalah suatu sikap pribadi yang mampu mengembangkan potensi diri, mampu menempatkan diri serta mampu berfikir terbuka dan positif terhadap diri dan lingkungan. Adapun sikap kepemimpinan ini tidak hadir dengan sendirinya melainkan dibangun dan dibentuk oleh pilar-pilar pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Student Leadership (Kepemimpinan Siswa) merupakan upaya untuk membangun sikap kepemimpinan dalam diri siswa agar menjadi siswa yang bertanggung jawab, siswa yang dapat menjalankan perannya sebagai siswa serta siswa yang dapat mengembangkan potensinya sebagai seorang pribadi. Student leadership dapat dibangun melalui berbagai macam kegiatan seperti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, Raker, Outbond dan study banding.

Secara tidak langsung kegiatan –kegiatan tersebut dapat memberikan bekal terhadap siswa bagaimana mereka bertangggung jawab untuk menjadi siswa yang cerdas, siswa yang kreatif serta mampu menjadi “agent of change” di masyarakat. Melalui Student Leadership siswa akan mengerti bagaimana berorganisasi bagaimana memimpin dan bagaimana memilih pemimpin yang baik. Pembelajaran disekolah diharapkan tidak hanya menjadi proses transfer pengetahuan melainkan bagaimana belajar yang diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Sehingga pembelajaran disekolah tidak

hanya mementingkan keberhasilan “kognitif” melainkan afektif serta psikomotor harus dapat dibangun secara bersama-sama. Sehingga siswa akan menjadi siswa yang utuh artinya siswa yang cerdas serta mampu berkiprah di masyarakat

Organisasi siswa yang biasa disebut OSIS adalah salah satu pendidikan informal atau pembelajaran intra sekolah merupakan organisasi yang keberadaannya sangat bermanfaat bagi setiap siswa yang berkecimpung di dalamnya. Salah satu manfaatnya adalah dapat membina sikap kepemimpinan siswa. Organisasi siswa adalah organisasi di bawah lembaga pendidikan sekolah sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda. Maka


(21)

5

dengan wadah inilah organisasi siswa dengan keorganisasiannya dapat mengembangkan sikap kepemimpinan siswa dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap masing-masing tugasnya serta dapat menjadikan bekal untuk hidup bersosial dalam lingkungan masyarakat.

Pada hakikatnya semua kegiatan dalam organisasi siswa diarahkan untuk membina watak, kesehatan, kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan peserta didik, sehingga mereka dapat memaksimalkan semua kreativitas yang ada dalam diri mereka, mampu memimpin diri dan teman di sekitarnya dengan aktifitas yang lebih kreatif, inovatif, dan edukatif serta penuh rasa tanggung jawab.

SMP Bakti Mulya 400 sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan BKSP Bakti Mulya 400 dengan organisasi siswanya yaitu OSIS merupakan salah satu wadah siswa dalam berorganisasi, berinteraksi dalam sistem kerjasama. Dalam organisasi ini pula merupakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan sikap kepemimpinan khususnya bagi siswa SMP Bakti Mulya 400 yang baru beranjak menelusuri lingkungan organisasi.

Kegiatan OSIS di SMP Bakti Mulya 400 memiliki bentuk-bentuk kegiatan untuk melatih sikap kepemimpinan siswa, terutama dalam bentuk kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dan lain sebagainya.

Siswa-siswa yang terpilih menjadi calon penerus pengurus OSIS dilatih dan dibekali dengan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), melalui kegiatan ini diharapkan agar para siswa dapat memiliki sikap kepemimpinan di dalam diri mereka untuk siap menjadi pemimpin dan siap untuk dipimpin serta mengetahui kehidupan dalam berorganisasi.

Latar belakang kondisi sosial ekonomi Siswa-siswi BM 400 Jakarta yang menengah keatas membuat perilaku dalam keseharian mereka agak sedikit lebih manja, hal inilah yang menjadi perhatian sekolah untuk melatih mental mereka dengan menjadi pengurus OSIS melalui tahap kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa.

Namun pada kenyataanya, ketika pihak sekolah sudah memiliki program tersebut, masih terdapat beberapa orang tua siswa tidak mengizinkan


(22)

anaknya untuk berpartisipasi dalam wadah OSIS dikarenakan kekhawatiran mereka terhadap prestasi belajar anak-anaknya. Hal ini patut disayangkan, karena melalui kegiatan OSIS ini mereka dapat belajar tentang banyak hal yang mungkin sulit didapatkan ketika jam sekolah.

Selanjutnya, ketika mereka menjadi pengurus OSIS masih terlihat belum maksimalnya peran siswa para pengurus OSIS dalam menjalankan beberapa agenda kegiatan mereka, dikarenakan tugas utama mereka adalah belajar sehingga pembina OSIS lebih banyak terlibat dalam menjalankan beberapa agenda kegiatan mereka.

Oleh karena itu, melihat pentingnya keberadaan organisasi siswa dengan segala macam kegiatannya, terutama dalam rangka pembinaan kepemimpinan siswa, perlulah kiranya mengetahui lebih lanjut pelaksanaan sikap pembinaan kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS SMP Bakti Mulya 400. Dalam hal ini, penulis akan menuangkan dalam skripsi yang berjudul “Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS

SMP Bakti Mulya 400 Jakarta”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah masalah penelitian ini, sebagai berikut :

1. Kurangnya pembekalan keterampilan dan pembinaan dalam sikap kepemimpinan siswa.

2. Belum maksimalnya peran para pengurus OSIS dalam melaksanakan sebuah tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Kurangnya dukungan para orang tua siswa karena khawatir mengganggu kegiatan belajar mengajar para siswa yang menjadi pengurus OSIS.

4. Kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya OSIS dalam pendidikan siswa.


(23)

7

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi diatas, untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka diberikan batasan yang berkaitan dan sesuai judul yang ada. Penulis hanya akan membahas fokus masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Bakti mulya 400 Jakarta Jl. Lingkar Selatan Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan dikarenakan efesiensi waktu dan tersedianya objek penelitian yang dimaksud.

2. Kegiatan OSIS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk kegiatan OSIS dalam rangka pembinaan sikap kepemimpinan siswa antara lain kegiatan LDKS, Rapat Kerja (Raker), Out Bond dan Study banding.

3. Kepemimpinan yang dimaksud adalah aktualisasi sikap siswa yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku fisik maupun psikis dalam sikap siap dipimpin dan siap memimpin, sikap Disiplin, bertanggung jawab, dan sikap sosial dalam hubungan kerjasama. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penulisan skripsi ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Kegiatan OSIS di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta ?

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Kegiatan OSIS dalam rangka Pembinaan sikap kepemimpinan Siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan sikap kepemimpinan siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.

3. Untuk menganalisa fungsi OSIS dalam pembinaan sikap kepemimpinan siswa.


(24)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi Kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi akan pentinya pembinaan sikap kepemimpinan siswa dan kegiatan OSIS.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dan masukan bagi guru untuk berpartisipasi aktif dalam membina siswa melalui kegiatan-kegiatan OSIS.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam menyampaikan kepada siswa tentang pentingnya kegiatan-kegiatan OSIS dalam mengembangkan sikap kepemimpinan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi serta wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan data-data untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Pembinaan Sikap Kepemimpinan

1. Pengertian Pembinaan

Dalam mengartikan definisi pembinaan secara bahasa, penulis mengambil dari beberapa sumber yang berbeda-beda antara lain :

Menurut Mahmud Yunus, “Pembinaan berasal dari bahasa arab banaa, yabnaa, banaa’un, yang artinya membangun, membina, memperbaiki, mendirikan”.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Pembinaan” memiliki arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.2

Sedangkan menurut Zakiah Drajat, “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan, prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan, dan mengembangkan ke arah tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.3

Dari beberapa pengertian tersebut dapat penulis ambil kesimpulan bahwa pembinaan adalah sebuah usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan yang terencana untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka memperoleh hasil yang lebih baik.

1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1972), Cet. Ke I, h.

73.

2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 152.


(26)

2. Pengertian Sikap

Secara etimologi sikap dalam bahasa Inggris di sebut attitude. Sedangkan pengertian sikap secara istilah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Menurut definisi sederhana Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk bertingkah laku atau berfikir di dalam suatu cara tertentu.4

Sedangkan menurut Akyas Azhari, “Sikap (attitude) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena suatu rangsangan baik dari orang, benda-benda, ataupun situasi mengenai dirinya.5

Dari berbagai macam pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwasannya sikap adalah suatu tindakan sseseorang atau kecenderungannya untuk mereaksi terhadap suatu objek. Adapun objeknya tersebut bisa orang atau benda dengan cara tertentu yang dipilihnya. Dengan demikian mengindikasikan bahwa sikap selalu diarahkan kepada suatu objek, tanpa objek maka tidak akan ada sikap.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian sikap yang dirumuskan oleh Sarlito Wirawan yang mengatakan bahwa sikap adalah “kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.”6

Selanjutnya, sikap itu merupakan konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku.

a. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian tentang objek sikap tadi.

4 A Budiarjo dkk, Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991), h. 42.

5 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT. Teraju, 2004), cet. I, h.

161.

6 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet.


(27)

11

b. Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

c. Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap.7

Selanjutnya Sikap tidak dapat terbentuk dengan sendirinya atau terjadi begitu saja. Pembentukannya selalu berhubungan dengan interaksi sosial baik yang terjadi di dalam kelompok maupun diluar kelompok, baik berjalan secara alamiah maupun dengan bantuan teknologi informasi. Secara Umum pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi melalui empat cara, masing-masing:

1) Adaptasi, yaitu kejadian yang terjadi berulang-ulang.

2) Diferensiasi, yaitu sikap yang terbentuk karena perkembangan Intelegensi, bertambahnya pengalaman dan lain-lain.

3) Integrasi, dimana pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut. 4) Trauma, yakni pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan dan biasanya

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, sehingga pada akhirnya membentuk sikap tertentu.8

3. Pengertian Kepemimpinan

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari kepemimpinan baik menyangkut kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Selama menjalani

7 Ibid, h. 96-97.


(28)

masa hidupnya pasti seorang manusia telah melewati sebuah peran sebagai orang yang dipimpin maupun menjadi seorang pemimpin.

Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Siapa pun menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, manakala dalam tugas itu dia berinteraksi dengan orang lain.

Para peneliti biasanya mendefinisikan “kepemimpinan” menurut pandangan pribadi mereka, serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang bersangkutan. Bahkan stodgil membuat kesimpulan, bahwa: There are almost as many definitions of leadership as there are person who have attempted to define the concept.9

Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, antara lain Stephen Robinson (1996) sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno yang mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sesuatu kelompok agar tercapai tujuan yang diharapkan. Di pihak lain, Massi dan Doughlas (1975) mengemukakan bahwa seorang pemimpin memiliki determin kepemimpinan yang terdiri atas (1) orang, (2) posisi, dan (3) situasi atau tempat.10

Menurut Yukl (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Husaini Usman beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut :

a. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas- aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared Goal).

b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

c. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.

9 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 16-17.

10 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya; Analisis di Bidang Pendidikan,


(29)

13

d. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

e. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

f. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

g. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan kontribusi yang efektif terhadap orde social, serta yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya.11

Sedangkan Sudarwan Danim (2004) mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap Tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.12 Kepemimpinan dalam sebuah organisasi mempunyai kewenangan dan berfungsi untuk memandu, mengarahkan, membimbing, membangun komunikasi yang baik, melakukan pengawasan secara periodik, dan mengendalikan para pengikutnya secara baik dan terarah.13

Sehingga kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Dalam kepemimpinan terdapat hubungan manusia yaitu, hubungan mempengaruhi (pemimpin), dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibaan pemimpin. Para pengikut

11 Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktek & Riset Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),hal. 273.

12 Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2004),hal. 55-56

13 Sungadi, Hubungan kepemimpinan profetik dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja

pustakawan UI, (Berkala Ilmu perpustakaan dan komunikasi”). (Jogjakarta : UPT perpustakaan


(30)

terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin.14

Definisi kepemimpinan sebagaimana telah dikemukakan diatas mengandung tiga implikasi penting yaitu 1) kepemimpinan melibatkan orang lain baik bawahan maupun pengikut, 2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, 3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara.15

Dalam satu situasi kepemimpinan dapat dilihat adanya unsur-unsur yang harus dipenuhi sebagai berikut :

1) Pengikut/ Followership

Adanya kepemimpinan ini disebabkan adanya followership. Pada umumnya followership ini dapat diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu : (1) Followership berdasarkan naluri (2) Followership yang berdasarkan agama (3) Followership yang berdasarkan tradisi (4) Followership yang berdasarkan rasio (5) Followership berdasarkan peraturan.

2) Tujuan

Kepemimpinan timbul karena adanya kepengikutan yang melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Dengan adanya tujuan-tujuan tertentu timbullah kerja sama dan timbul pimpinan untuk mengaturnya.

3) Kegiatan mempengaruhi

Ini berarti bahwa seorang pimpinan dalam aktifitasnya membimbing, mengontrol dan mengarahkan tindakan orang lain untuk menuju sasaran tertentu.16

14 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan; Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. IX, hal. 2.

15 La Ode Turi, Budaya Kepemimpinan Lokal dalam Pelaksanaan MBS, Jurnal Pendidikan

dan Kebudayaan, November No. 075, 2008, h. 1096.


(31)

15

Dari beberapa penjelasan tokoh mengenai definisi kepemimpinan dapat dikatakan bahwa kepemimpinan ialah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, mengkordinir, melayani serta melindungi individu lainnya dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sebuah kepemimpinan di dalamnya juga terdapat unsur seperti pemimpin, orang yang dipimpin serta sebuah situasi atau keadaan dan pula tujuan bersama di dalam suatu organisasi.

Sedangkan Pembinaan Sikap Kepemimpinan memiliki arti sebuah kegiatan atau usaha dalam rangka memberikan bimbingan serta arahan untuk membangun komunikasi yang baik dalam sebuah organisasi, agar dapat mempengaruhi, menggerakkan serta mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Karena dalam sebuah organisasi terdapat pengikut dan diperlukan pembinaan dalam mengarahkan para pengikut dalam mencapai sebuah tujuan organisasi.

4. Sikap Kepemimpinan

Sikap kepemimpinan adalah suatu sikap pribadi yang mampu

mengembangkan potensi diri, mampu menempatkan diri serta mampu berfikir terbuka dan positif terhadap diri dan lingkungan. Adapun sikap kepemimpinan ini tidak hadir dengan sendirinya melainkan dibangun dan dibentuk oleh pilar-pilar pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Terdapat beberapa indikator terbentuknya sikap Kepemimpinan. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Jujur atau dapat dipercaya

Kejujuran adalah hal yang sangat pokok dalam kehidupan, karena dengan kejujuran yang melekat pada seseorang akan melekat pula kepercayaan yang akan diberikan oleh pihak lain. Dari kemampuan dapat dipercaya seseorang sebetulnya merupakan awal arah karier seseorang.


(32)

b. Disiplin

Kemampuan yang menunjukkan konsisten dalam memilki komitmen yang tinggi untuk berusaha menyelesaikan segala masalah dengan mengacu pada nilai – nilai disiplin. Disiplin adalah kebiasaan yang akan terbangun menjadi sifat seseorang, adapun nilai – nilai disiplin yang terkait meliputi:

1) Disiplin terhadap fungsi diri.

2) Disiplin terhadap standard an ilmu yang dimiliki. 3) Disiplin melaksanakan perintah atasan.

4) Disiplin tehadap peraturan yang berlaku. 5) Disiplin dalam menggunakan waktu kerja.

Tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan baik jika tidak ada komitmen dari si pekerja atas komitmen untuk menyelesaikan dengan sempurna dan sebaik mungkin.

c. Terampil

Diperlukan sikap terampil dalam membentuk jiwa kepemimpinan, karena kepemimpinan ini tidak hanya diperlukan sikap tegas,disiplin, jujur. Diperlukan sikap terampil yang diperlukan dalam melakukan sesuatu karena pengurus OSIS adalah organisasi siswa yang ruang lingkupnya berorientasi pada siswa. OSIS sebagai tenaga terampil adalah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan penguasaan iptek serta memilki kemampuan produktif yang mampu sebagai faktor keunggulan kompetitif di bidang dan tingkat keahlian yang sesuai dengan job assesmentnya.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah suatu bagian resiko dari suatu perbuatan, dalam suatu kehidupan bertanggung jawab atas kehidupan yang kita pilih adalah suatu tuntutan dalam kehidupan. Tanggung jawab akan terasa indah jika dilalui dan diawali dari jalan yang menurut hati dan


(33)

17

akal sehat adalah benar. Karena dari kebenaran inilah suatu pembelajaran kehidupan akan terus berjalan.

Dari keberanian bertanggung jawab seseorang pada dasar adalah keberanian seseorang akan seberapa bisa kita menikmati suatu kehidupan yang enak atau tidak enak.

e. Kerjasama

Membangun kemampuan dalam bekerja sama dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok serta berperan aktif sebagai anggota kelompok dalam menyelesaikan pekerjaan adalah suatu kemampuan yang sangat penting. Adapun salah satu ciri – ciri orang yang mudah diajak kerjasama adalah yang bersangkutan tersebut, disamping banyak ide pandai yang ia sampaikan namun ia juga pandai mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Begitu pula dalam berorganisasi dalam OSIS, kerja sama itu sangat penting dalam membangun OSIS yang baik.

5. Pandangan Islam Tentang Kepemimpinan

Hakikat diutusnya para Rasul kepada manusia sebenarnya hanyalah untuk memimpin umat dan mengeluarkannya dari kegelapan kepada cahaya. Tidak satupun umat yang eksis kecuali Allah mengutus orang yang mengoreksi akidah dan meluruskan penyimpangan para individu umat tersebut.























































“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana


(34)

kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An Nahl, 16:36).

Makna hakiki kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mewujudkan khilafah di muka bumi, demi terwujudnya kebaikan dan reformasi.17

Didalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah rasulullah wafat menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan “amir” (yang jamaknya umara) atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun, jika merujuk kepada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 berbunyi :





























































“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: „Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah : 30)

Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada para khalifah sesudah nabi, tetapi adalah penciptaan nabi adam a.s yang disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi yang meliputi tugas menyeru orang lain berbuat amar ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar.

Selain kata Khalifah disebutkan juga kata Ulil Amri yang satu akar dengan kata amir sebagaimana disebutkan diatas. Kata Ulil amri berarti

17 Jamal Madhi, Menjadi pemimpin yang efektif dan berpengaruh: tinjauan manajemen


(35)

19

pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an Nisa ayat 59 :

























































“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa :59)

Dalam hadis Rasulullah SAW, istilah pemimpin dijumpai dengan kata raa’in atau amir , seperti dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim :

ّ ك ع ْم ّ ك َأ ق مه س ْي ع هّ ه ص هّ س ه أ ع ْب هّ دْ ع ْ ع

ْسم ْم

ع س ه ع ه يم ْْ ف تهيع ْ ع

ْ أ ع ع جه ْم ْ ع ْسم ْم ْي ع

ْ ْم ْ ع

ْسم

د ْعب تْيب ع يع أْ ْ ْم ْ ع ْسم

تْيب

دْ ع

ف ْ ع ْسم

دّيس م ع ع

تهيع ْ ع ْسم ْم ّ ك ع ْم ّ

)م سم

(

18

“Dari Abdillah bin Umar dari Rasulullah SAW bersabda : Ketahuilah bahwa setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang Amir (penguasa) adalah pemimpin bagi rakyatnya dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya dan seorang llelaki adalah pemimpin bagi istri dan anaknya dan akan ditanya tentang keluarganya. Dan seorang istri adalah pemimpin didalam rumah suaminya dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Dan seorang hamba adalah pimpinan bagi harta majikannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)19

18 Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Albukhari, shahihul Bukhari, (Beirut:

Daar al Fikr, t.t), Jilid I, h. 242.

19Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, ( Semarang: CV. Adi Grafika, 1996), cet.


(36)

Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW tersebut dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan dalam Islam adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT.20

Sedangkan dalam Islam kepemimpinan didasari oleh kepercayaan serta menekankan pada ketulusan,integritas dan kepedulian. Kepemimpinan dalam islam berakar pada kepercayaan dan kesediaan berserah diri kepada Allah yang Maha Pencipta.21

Dua peran utama kepemimpinan menurut perspektif Islam adalah pemimin sebagai pelayan (servant leader) dan pemimpin sebagai pelindung/wali (guardian leader). Peran pertama adalah sebagai pelayan masyarakat yaitu pemimpin bertugas memelihara kesejahteraan masyarakat dan membimbing mereka kepada kebaikan. Selanjutnya, peran kedua yaitu sebagai pelindung masyarakat yang bertugas untuk melindungi komunitas mereka dari penjajahan dan ancaman.22

Agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan sukses, seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah :

a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan perusahaannya.

b. Mempunyai keistimewaan yang lebih dibanding dengan orang lain. c. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung

jawabnya.

d. Mempunyai kharisma dan wibawa di hadapan manusia.

e. Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu. f. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap yang

dipimpinnya, agar orang lain simpatik kepadanya. Kasih sayang adalah salah satu sifat Rasulullah SAW.

g. Menyukai suasana saling memaafkan antara pemimpin dan pengikutnya, serta membantu merekla agar segera terlepas dari kesalahan.

h. Bermusyawarah dengan para pengikutnya serta mintalah pengalaman dan pendapat mereka.

20 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003), cet. VIII, h. 5-6.

21 Fuad Nashori, Psikologi Kepemimpinan: Peran Psikologi Islami dalam pengembangan

Moralitas Pemimpin,(Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009), h. .3.


(37)

21

i. Menertibkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk kemudian bertawakkal (menyerahkan urusan) kepada Allah.

j. Membangun kesadaran akan adanya muraqqobah (pengawasan dari Allah) hingga terbina sikap ikhlas di mana pun, walaupun tidak ada yang mengawasinya kecuali Allah.

k. Memberikan takaful ijtima’i santunan sosial kepada para anggota, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata social yang merusak.

l. Mempunyai power pengaruh yang dapat memerintah dan mencegah, karena seorang pemimpin harus melakukan control

„pengawasan’ atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan serta

mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.

m. Tidak membuat kerusakan di muka bumi, serta tidak merusak ladang, keturunan dan lingkungan.

n. Mau mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh.23

Sedangkan Quraish Shihab dalam bukunya “Secercah Cahaya Ilahi” menuturkan bahwa setidaknya ada lima sifat pokok yang hendaknya dimiliki oleh sang pemimpin/imam. Kelima sifat tersebut terungkap dalam dua ayat, yaitu Surah As-Sajdah (32):24 dan Al-Anbiya (21): 73.



























“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”(QS. As-Sajdah(32):24).













































“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,

23 Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, ( Jakarta : Gema Insani,


(38)

menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.” (QS. Al-Anbiya(21):73)

Sifat yang dimaksud adalah :

a. Kesabaran dan ketabahan, Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin ketika mereka tabah/sabar.

b. “Yahduna bi amrina”, mengantar (masyarakatnya) ke tujuan yang sesuai dengan petunjuk Kami (Allah).

c. “ Wa auhaina ilaihim fi’la al khairat”, (telah membudaya pada diri mereka kebaikan).

d. “Abidin”(Beribadah, termasuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat)

e. “Yuqinun” (Penuh keyakinan).

6. Tipe-tipe Kepemimpinan

Bertolak dari perilaku pemimpin dalam sekelompok manusia organisasional, kita dapat mengelompokkan kepemimpinan seseorang dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Adapun tipe-tipe kepemimpinan tersebut adalah seperti dijelaskan di bawah ini: a. Tipe Pemimpin Otokratik

Otokrat berasal dari perkataan autos = sendiri; dan kratos = kekuasaan, kekuatan. Jadi otokrat berarti: penguasaan absolut.24 Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak kepemimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.25

Pemimpin otokratik memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan.

24 Kartono, op. Cit., h. 71.


(39)

23

2) Bawahan, oleh pimpinan hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru.

3) Bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras, dan tidak kenal lelah.

4) Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja.

5) Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, di dalam dirinya penuh ketidakpercayaan.

6) Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.

7) Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.26 b. Tipe Pemimpin Demokratis

Inti demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh, dan untuk bersama. Tipe kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan-tujuan yang bermutu dapat dicapai.27

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Seorang pemimpin yang demokratik dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasional, perilakunya mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.28

Dan ciri-ciri kepemimpinan demokratis antara lain :

1. Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia organisasi itu.

2. Bawahan, oleh pimpinan dianggap sebagai komponen pelaksana, dan secara integral harus diberi tugas dan tanggung jawab.

3. Disiplin, akan tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama. 4. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung

jawab pengawasan.

26 Danim, op. Cit., h. 75.

27 Ibid., h. 75.

28 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010),


(40)

5. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah. c. Tipe Pemimpin Permisif

Kata permisif bisa bermakna serba boleh, serba meng-iya-kan, tidak ingin ambil pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan apatis. Pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh.

Dan ciri-ciri pemimpin yang permisif antara lain adalah:

1. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri. 2. Mengiyakan semua saran.

3. Lambat dalam membuat keputusan.

4. Banyak “mengambil muka” kepada bawahan. 5. Ramah dan tidak menyakiti bawahan. 29 d. Tipe Paternalistis

Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.30

Pemimpin paternalistik menganggap bawahannya sebagai “anak yang belum dewasa”, anak yang tidak mampu menjadi dewasa. Karena itu, ia

selalu bersikap sebagai seorang bapak (pater artinya bapak), yang selalu membuat sesuatu untuk anak. Ia yang mengatur, ia yang mengambil prakarsa, ia yang merencanakan, dan ia pula yang melaksanakan menurut pahamnya sendiri.31

Dan sifat-sifat pemimpin paternalistik antara lain sebagai berikut: 1. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/ belum dewasa,

atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

2. Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).

29 Danim, op. Cit., h. 76.

30 Siagian, op. Cit., h. 33-35.

31 J. Riberu, Dasar-dasar kepemimpinan, (Jakarta : Pedoman ilmu jaya:1992), cet. Ke-IV,


(41)

25

3. Dia jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

4. Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

5. Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.

6. Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar. 32 e. Tipe Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin; dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.33

Perilaku seorang pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.34

f. Tipe Militeristis

Tipe ini sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih sekasama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter.

Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah:

1. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya; keras sangat otoriter; kaku dan seringkali kurang bijaksana. 2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

3. Sangat menyenangi formalitas upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebih-lebihan.

4. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

5. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.

32 Kartono, op. Cit., h. 69-70.

33 Ibid,. h. 71-72.


(42)

6. Komunikasi hanya berlangsung searah saja.35

g. Tipe Populistis

Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) Nasionalisme.

h. Tipe Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.36

Dari beberapa tipe kepemimpinan tersebut, tipe kepemimpinana demokratis sesuai dengan ajaran islam. Diantara ciri tipe pemimpin demokratis adalah memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama, hal ini sesuai dengan dua peran utama seorang pemimpin menurut islam yakni sebagai pelayan dan sebagai pelindung. Pelayan yang dimaksud adalah yakni memelihara kesejahteraan masyarakat, dan sebagai pelindungmasyarakat dari berbagai macam ancaman.

7. Fungsi Kepemimpinan

Veithzal Rivai dalam bukunya “Kepemimpinan dan perilaku organisasi” mengemukakan bahwa :

Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus

35 Kartono, op. Cit., h. 70-71.


(43)

27

diwujudkan dalam interaksi antarindividu di dalam situasi social suatu kelompok/organisasi. Dan dalam interaksi tersebut fungsi kepemimpinan mempunyai dua dimensi yaitu dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dan dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan.37

Kemudian masih menurut Veithzal rivai berdasarkan kedua dimensi tersebut dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :

a. Fungsi Instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin seperti komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

b. Fungsi konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam funsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.


(44)

d. Fungsi delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.

e. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.38 Selanjutnya Kartini Kartono mengutararakan bahwa :

Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjali jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise/pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.39

B.

Organisasi Siswa Intra Sekolah

(

OSIS

) 1. Pengertian OSIS

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah menegah yaitu sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah. anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh

38 Rivai, op. Cit., h. 34-35.


(45)

29

anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS.40

Dalam upaya mengenal, memahami dan mengelola Organisasi Intra Sekolah (OSIS) perlu penjelasan mengenai pengertian dan peranan tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dengan pengertian dan peranan yang jelas akan membantu para Pembina, pengurus dan perwakilan kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsinya.

Pengertian OSIS, meliputi: a. Secara Sistematis

Di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS terdiri dari, organisasi, siswa, intra, sekolah:

Masing-masing mempunyai pengertian: 1) Organisasi

Yang dimaksud dengan organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.41 Organisasi dalam hal ini dimaksudkan satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

2) Siswa

Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang inigin diakui keberadaannnya.42

3) Intra

Intra adalah berarti terletak didalam dan diantara. Sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah

40 http://id.wikipedia.org/wiki/OSIS/30-08-2013

41 Rivai, op. Cit., h. 169-170.

42 Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cetakan ke II,


(46)

yang bersangkutan. Sesuai dengan apa yang diutarakan wahjosumidjo bahwa OSIS bersifat Intra sekolah artinya OSIS sebagai organisasi pada suatu sekolah tidak ada hubungan dengan organisatoris dengan sekolah lain.43

4) Sekolah

Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambungan.

b. Secara Organisasi

OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.

c. Secara fungsional

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan khususnya di bidang pembinaan kesiswaan arti yang terkandung lebih jauh dalam pengertian OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, di samping ketiga jalur yang lain yaitu : Latihan Kepemimpinan, Ekstrakurikuler dan Wawasan Wiyatamandala.

d. Secara Sistem

Apabila OSIS dipandang suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sistem, dimana sekumpulan para siswa mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan.

Oleh karena OSIS sebagai suatu sistem ditandai beberapa ciri pokok: a. berorientasi pada tujuan.

b. memiliki susunan kehidupan kelompok c. memiliki sejumlah peranan.


(47)

31

d. terkoordinasi dan

e. berkelanjutan dalam waktu tertentu.44

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa secara sistematis OSIS mempunyai pengertian: Kelompok kerja sama antara pribadi, yang pesertanya adalah siswa pada satuan pendidikan sesuai jenjangnya, yang terletak di dalam dan di antara lingkungan sekolah, yang tugasnya berkesinambungan guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan secara organisasi pengertian OSIS itu sendiri merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan, dan merupakan salah satu sistem yang berfungsi sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan Wahyosumidjo dalam bukunya mengatakan bahwa :

OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. OSIS bersifat intra sekolah artinya OSIS sebagai organisasi pada suatu sekolah tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, tidak menjadi bagian dari organisasi yang ada di luar sekolah. Oleh karena OSIS merupakan satu-satunya organisasi intra sekolah, maka setiap siswa otomatis menjadi anggota OSIS dari sekolah yang bersangkutan. Keanggotaannya secara otomatis berakhir dengan keluarnya siswa dari sekolah yang bersangkutan.45

2. Latar belakang berdirinya OSIS

Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional. Di dalam garis-garis besar haluan Negara ditetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan

44 Hadi wijaya, “Pengertian Dan Peranan Osis”, http://id.scribd.com/doc/23711066/, 29

agustus 2013.


(48)

yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Garis-garis Besar Haluan Negara juga menegaskan bahwa generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.

Mengingat tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan baik di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 maupun di dalam garis-garis besar Haluan Negara amat luas lingkupnya, maka diperlukan sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui proses belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.46

Sebelum lahirnya OSIS, di sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA terdapat organisasi yang bebagai macam corak bentuknya. Ada organisasi siswa yang hanya dibentuk bersifat intern sekolah itu sendiri, dan ada pula organisasi siswa yang dibentuk oleh organisasi siswa di luar sekolah. Organisasi siswa yang dibentuk dan mempunyai hubungan dengan organisasi siswa dari luar sekolah, sebagian ada yang mengarah pada hal-hal bersifat politis, sehingga kegiatan organisasi siswa tersebut dikendalikan dari luar sekolah sebagai tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar.

Akibat dari keadaan yang demikian itu, maka timbullah loyalitas ganda, disatu pihak harus melaksanakan peraturan yang dibuat Kepala Sekolah, sedang dipihak lain harus tunduk kepada organisasi siswa yang dikendalikan di luar sekolah.

Dapat dibayangkan berapa banyak macam organisasi siswa yang tumbuh dan berkembang pada saat itu, dan bukan tidak mungkin organisasi siswa tersebut dapat dimanfaatkan untu kepentingan organisasi di luar sekolah.


(49)

33

Itu sebabnya pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1972, beberapa pimpinan organisasi siswa yang sadar akan maksud dan tujuan belajar di sekolah, ingin menghindari bahaya perpecahan di antara para siswa intra sekolah di sekolah masing-masing, setelah mendapat arahan dari pimpinan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pembinaan dan pengembangan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.

Oleh karena itu pembanguan wadah pembinaan generasi muda di lingkungan sekolah yang diterapkan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ) perlu ditata secara terarah dan teratur.47

3. Fungsi OSIS

OSIS lahir dengan Spirit untuk menciptakan situasi belajar-mengajar di sekolah menjadi lebih baik.

Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki berbagai macam fungsi. Demikian pula OSIS sebagai suatu organisasi memiliki pula beberapa fungsi dalam mencapai tujuan. Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, fungsi OSIS adalah :

a. Sebagai Wadah :

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya pembinaan kesiswaan.48

b. Sebagai Motivator :

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan.

47Allen Marlis, “informasi tentang organisasi siswa intra sekolah (osis)”,

Http://Allenmarlissmpn1gresik.wordpress.com.,30 agustus 2013.


(1)

Upacara Bendera SMP Bakti Mulya 400 dengan OSIS sebagai Petugasnya

Rapat Kerja OSIS SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

Pembina OSIS memberikan arahan dan bimbingan kepada pengurus OSIS


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)