Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya 400

(1)

PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BHAKTI MULIA 400

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh IIS ISTIANAH NIM : 1110018200078

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M


(2)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqosah pada tanggal 06 Februari2}|5 dihadapan Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar S.Pd dalam program studi Manajemen pendidikan.

Jakarta, Februari 2015

Ketua Panitia (ketua Prodi) Dr.Has)rim Asy'ari. M.Pd NrP. 19661009 1993303

i

004

Sekretaris (Sekretaris Prodi) Dr. Zahrudin" Lc. M.Pd NrP. 19730302 200501

I

002

Penguji I

Dra. Nurdelima Waruwu. M.pd NIP. 19671020 200t122 001 Penguji II

Dr.Zahrudin. Lc. M.Pd

NrP. 19730302 200s01 1 002

Panitia Ujian Muaqosah

Tanggal

?o/

*o16

fol'

'

Lo

foL-

?Dt5

"'r"""""""

*,1,

-

d_qr

'lo,

-

Zot,

"""t"""",...,

Mengetahui

Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah_ Jakarta


(3)

Proses Perencanaan

Program

Bilingual di

sMp

Bakti Mulya

400

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

untuk

Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gerar Sarjana pendidikan

(s.pd)

Oleh

Iis

Istianah

1110018200078

Di

bawah bimbingan

PJ;

Dr. Marzuki

Mahmud,

M.A

19580405 198103 1 003

JURUSAN

MANAJEMEN

PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUAN

LINIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

H

Dr.

Hasvim

Asy'ari, M.pd

19661009 199303

t

004


(4)

disusun oleh Iis Istianah.

NiM

1 I 10018200078, Program Studi Manajemen pendidika,.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

untuk disajikan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

fakultas.

Jakarta, 09 Januari 201 5 Yang Mengesahkan,

Pembimbing

i

Pembimbing II

Dr. Marzuki Mahmud. M.A

NIP. 19580405

l98l

1 003

Dr. Hasvim Asy'ari. NI.Pd NIP. 19661009 199303 1 004


(5)

UJI REFERENSI

Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan sklipsi berjudul proses Perencanaan Program Bilittgual

di

SMP

Bakti

Mulya 400 disus'.rn oleh Iis Istianah,

NIM

1110018200078, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakulras

Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islan

Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.

Jakafta,09 Januari 2015

Yang Mengesahkan,

Pembimbing II

Dr. Hasvim Asy'ari, M.Pd

NIP. 19661009 199303

I

004 Pembimbing I

Dr. Nlarzuki Mahmud. Nl.A NIP. r9s80405 198103 1 003


(6)

Tempat/Tanggal Lahir

NIM Jurusan Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

Grobogan, 30 Mei 1992

1 1 10018200078

Manajemen Pendidikan

Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP

Bakti Mulya 400

1. Drs. Marzuki Mahmud, M.A 2.Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd

Dengan

ini

menyatakan bahwa skripsi yang saya buat asli hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

_.__._=___Jakar$, Q9 Januari 2015

Iis Istianah r110018200078

&/r{x}-ffeNcox !.rMrs; DDEB6ACFS


(7)

ABSTRAK

Iis Istianah"

NIM:

1110018200078, Proses Perencanaan Program Bilingual di sMP Bakti Mulya 400. Skripsi Program Strata Satu (S-1), program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan saya terhadap penggunaan bilingual

di

sekolah. Sejak pemerintah menerapkan Rintisan Sekolah Birtaraf

Internasional hingga dihapus, bilingual telah diterapkan

di

beberapa sekolah Internasional

di

Indonesia. Pengadaan program bilingual

ini

belum lama direalisasikan

oleh

beberapa sekolah internasional

di

Indonesia yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.

Di

sini penulis akan mengangkat tentang Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP Bakti Mulya 400.

Tujuan dari penelitian

ini adalah

untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan kemampuan bahasa Inggris secara akademik

di

SMp

Bhakti

Mulia

400. Penelitian

ini

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, untuk mengumpulkan data dilakukan studi dokumen,wawancara, dan

observasi pada lembaga yang bersangkutan (SMp Bakti Mulya 400). penulis

melakukan wawancara dengan beberapa

orang

yang terkait

dalam penyelenggaraan program bilingual terdiri dari pimpinan sekolah yakni kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ketua bidang program bilingual, dan wali kilas

bilingual. Observasi kelas bilingual mencakup aktivitas guru dan siswa dalam proses belaj ar mengaj ar.

Dari penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya400 tergolong cukup baik.

Hal

ini dapat

dilihat dari perencanaan awal antara pengelola

din

pemimpin sekolah, pengembangan program, pelaksanaan perencanaan, serta evaluasi yang berjalan secara sistematis dan berkesinambungan.

Kata Kunci:

Perencanaan, Perencanaan program Bilingual, Kurikulum Cambridge


(8)

Faculty of Science and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic University in

Jakarta.

This study was motivated by my interest towards the use of bilingual schools.

Since the govemment implement international school to be removed, bilingual has

been applied

in several

international schools in Indonesia. This bilingual program

procurement realized recently by several international schools in Indonesia who want equal quality with other countries. Here the author will be raised about the Bilingual Program Planning Process in SMP Bakti Mulya 400.

The purpose of this study was to determine the bilingual program planning

process and academic English skills in junior Bhakti Majesty 400. This study uses qualitative descriptive analysis, conducted

a

study

to

collect data

of

documents,

interviews, and observations on the institutions concemed (SMP Bakti Mulya 400).

The author conducted interviews with several people involved in the implementation

of

the bilingual program consists

of school

leadership that principals and

vice-principals, chief field of bilingual programs, and homeroom bilingual. Observation

bilingual class includes the activities of teachers and students in the learning process.

From the research that I did

it

can be concluded that the Bilingual Program

Planning Process in junior Bakti Mulya 400 is quite good.

It

can be seen from the

initial

planning between managers and school leaders, program development,

implementation planning, and evaluation

in

a systematic and continuous running.


(9)

i

KATA PENGANTAR

م مسب

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. Penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul ”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad Saw yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang sesat menuju jalan yang dirahmati oleh Allah Swt dengan risalah yang dibawanya yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan yang ada di dunia danakhirat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan bias selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr.Nurlena Rifa'i.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.

2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, semangat dan do‟anya kepada penulis. Semoga bapak senantiasa diberi nikmat sehat jasmani dan rohani dan selalu dalam lindungan Allah Swt.

3. Marzuki Mahmud, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia membimbing penulis dari awal seminar proposal hingga selesainya skripsi ini.


(10)

ii

memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis sehingga penulis mampu menyusun skripsi dengan baik.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Terbuka, Universitas yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian skripsi.

7. Hadi Suwarno, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Bakti Mulya 400, wakasek kurikulum, ketua bidang program bilingual,serta seluruh jajarannya, tenaga pengajar, staff tata usaha, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Ayah dan ibu terhebat, Drs. Humaidi Yusuf, M.H dan Machsuroh, MS, yang telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis dengan penuh kasih dan sayang terbaik untuk belajar memaknai kehidupan, memberikan bantuan moril dan materiil yang luar biasa yang tidak akan pernah bisa terbalas dan terbayar dengan apapun.

9. Kakak dan adik-adik penulis Ery Badridduja, S.T, Lailiya Saidah, Shofiya Indana, Ivvana Nur Aliya, dan Muhammad Bahrus Shofa yang telah memberikan keceriaan, canda, tangis, dan tawa yang selalu menyunggingkan harapan dan cita-cita penulis sehingga dukungan moril itu mampu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga besar dari ayah maupun ibu, kakek dan nenekku, Alm. KH.Mahfudz

Syafi‟i Alm.Nyai Muchsonah dan Mbah Ram,serta Pondok Pesantren Al

-Istighotsah Sukatani-Bekasi, Pondok Pesantren Al--Istighotsah Bulak Kapal-Bekasi, dan Pondok Pesantren Al –Istighotsah Setu- Bekasi, atas dukungan moril dan saran yang di berikan kepada penulis, terutama dalam penyelesaian penyusunan skripsi.


(11)

iii

11.Kandaku Zuhairul Bustan yang telah tulus menemaniku selama tujuh tahun ini dalam suka dan duka, memberikan waktu yang begitu luang untukku, memberikan dukungan moril dan materiil yang besar, dan semangat yang begitu hebat selama penulis menyusun hingga menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabatku seperjuangan terutama Amelia Yulinsa, Andi Dewi Puspita Sari, Ismania Choirunnisa, Mariatul Kiftiah, Ayu Istikomah, Muhammad Fadoli, dan Asqolani. Terimakasih telah memberikan kritik dan saran yang membangun penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat dipertemukan lagi.

13.Teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Pendidikan kelas B dan Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terutama Komisariat Fakultas Tarbiyah yang telah mengajariku menjadi wanita yang organisatoris, kritis, tegas, bertanggung jawab, dan berjiwa besar terhadap segala masalah, situasi dan kondisi sehingga penulis mampu menuangkan pikiran ke dalam skripsi ini.

14. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terima kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal. Dengan menengadahkan tangan dan mengucapkan syukur Alhamdulillah, karena hanya kepada Allah SWT jualah penulis mohonkan semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan diterima disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta,16 Januari 2014 Penulis


(12)

PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK

..."

i

KATA

PENGANTAR...

...iii

DAFTAR ISI

...

... vi

DAFTAR

TABEL

... x

DAFTAR

GAMBAR

... xi

BAB

I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masalah

... I B. Identifikasi

Masalah

...5

C. Pembatasan

Masalah

... 5

D. Perumusan

Masalah

... 6

E. Tujuan

Penelitian.

...6

F. Manfaat

Penelitian.

... 6

LANDASAN TEORI A. Perencanaan Program 1. Pengertian Perencanaan

Program

... 8

2. Pendekatan Perencanaan

Program

... 13

3. Jenis-jenis Perencanaan

Program

... 13

,

4. Proses Perencanaan

Program

... 15

5. Pentingnya Perencanaan

Program

... 16

6.

TahapantahapanPerencanaanProgram...

.... 18

7. Upaya-upaya

PerencanaanProgram

...20

8. Komponen Struktur

Program....

...21

B. Bilingual 1. Pengertian Bilingual

...

...22

BAB

II


(13)

BAB

III

BAB

IV

2. Sejarah

Bilingual...

....25

3. Pembagian Bilingual

(Kedwibahasaan)...

...26

4. Strategi Pembelaj aran Bahasa dalam B ilingual ... 27

5. Kelebihan dan Kelemahan

Bilingual..

...29

C. Kerangka

Berpikir

... 30

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu

Penelitian

...32

B. Obyek dan Subyek

Penelitian..

...33

C. Pendekatan dan Metode

Penelitian

...34

D. Teknik Pengumpulan

Data

... 35

1.

Pengamatan(Observation...

... 35

2. Wawancaru

(Interview)...

....36

3. Studi Dokumen(Document

Study)

...37

E. Uji Keabsahan

Data...

...37

F. Instrumen

Penelitian

... 3g HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum SMP Bakti Mulya 400...41

1.

Sejarah berdirinya SMP Bakti Mulya 400... ...41

2.

Visi, Misi, Nilai, dan

Tujuan

....42

3.

Struktur Organisasi SMP Bakti Mulya 400 ... ...45

4.

Program Strategis di SMP Bakti Mulya 400... ...47

5.

Rencana Program Kerja dan Kegiatan program

.

Bilingual...

....49

6.

Upaya-upaya Strategis dalam mengembangkan Program

Bilingual..

... 5l

B.

Deskripsi

Data...

... 51

1. Struktur Program

Bilingual

... 5l 2. Prosedur Perencanaan Program kerja Bilingual di SMp Bakti Mulya

400...

...52


(14)

Persiapan Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

Bilingual SMP Bakti Mulya 400 ... ... 5 4

Persiapan Program Bilingual (Internasional) SMP Bakti Mulya

400...

... 55

Diagnosis Strategi pembelajaran bahasa dalam program

Bilingual...

... 56

Kelebihan dan Kekurangan Program Bilingual

di SMP Bakti Mulya

400...

... 56

Kebijakan Perencanaan Program bilingual di SMP

Bakti Mulya

400...

...57 Latar belakang dan Tujuan terbentuknya program

Bilingual..

... 59

Kualifikasi Tenaga Pendidik/Kependidikan Program

bilingual...

...62

Kualifikasi Peserta Didik program bilingual... 65 Kurikulum Program Bilingual di SMP Bakti

Mulya

400...

... 66 Program Remedial, Pengayaan, dan Klinik... 73 Program Remedial (Pengulangan) ... ... 7 3 Program Pengayaan (Enrichmen| ... ... 7 4

c.

Program Klinik Mata Pelaj aran... ... 7 4

C. Analisis

Data

...75

' l.

Asumsi-asumsi Proses Perencanaan Program

Bilingual...

...75

a.

Asumsi-asumsi proses perencanaan program ...75

b.

Prioritas program selama satu

tahun

....76

2.

Proses pelaksanaan perencanaan program

bilingual di SMP Bakti

Mulya...

....78

3.

Pengembangan Program

Bilingual...

... 80

c.

d.

J.

b.

4.

a.

c.

5.

6.

a.


(15)

4.

Hasil Evaluasi perencanaan program Bilingual

di SMP Bakti Mulya 400

...

... 82

D.

Temuan

Penelitian..

... g3

1.

Kurikulum

plus...

... g3

2.

Bridging

Program....

... g3

3. Home

Stay...

.... g4

4.

Check Point

Test

....94

BAB

V

PENUTUP

A.

Kesimpulan...

...95

B.

Saran...

... g6

DAFTAR PUSTAKA


(16)

Tabel4.l

Tabel4.2 Tabel4.3 Tabel4.4

Tabel4.5

Kisi-Kisi

Instrumen

...3g

Wali

kelas

...46

Kualifikasi

Guru...

...62

Kurikulum

2013...

...66

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

...67


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Perencanaan

Program.

...15 Gambar

4.i

Struktur

Organisasi...

...,...45 Gambar 4.2 Alur Perekrutan

Guru...

...61


(18)

Lampiran

2

Pedoman dan Berita Wawancara Cengan Wakil Kepala Sekolah

Lampiran

3

Pedornan dan Berita Warvancara dengan Ketua BidangProgram

Bilingual

Larnprran

4

Pedoman dan Berita Warvancara dengan Wali Kelas Sains VIII.1

Larnpiran

5

Peciornan dan Berita Wawancara dengan Wali Kelas bahasa Inggris

TX.1

Lampiran

6

Indikator Visi

Lampiran

7

Data Guru

Larnpiran

8

Data Peserta Didik

Lampiran

9

Prestasi sisrva SMP Bakti Mulya 400

Lampiran

10

Rencana Program dan Kegiatan Sekolah Lampiran i

1

Indikator Pengembangan Sekolah

Lanrpiran

12

Jadrval Kegiatan Persiapan Program Bilingual

Lampiran

13

Jadwal Pelajaran Program Bilingual Lampiran

14

Jejaring Internasional

Lampiran

15

Kegiatan Networking

Larnpiran 16 .Evaluasi Perencanaan

Lampiran

17

Anggaran Program Bilingual

Lampiran

18

Sarana Prasarana dan Denah Ruang

Larnpiran

l9

Cambridge Teaching Knowledge Test

Lampiran

20

Lembar Observ'asi Kegiatan Belajar Mengajar

Lampiran

21

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran

22

Surat Bimbingan Skripsi


(19)

Lampiran

23

Surat Permohonan Izin Penelitian


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Semua pihak sepakat bahwa kualitas pendidikan kita harus terus ditingkatkan guna mengejar ketertinggalan dalam menyongsong era globalisasi. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Kualitas pendidikan yang dimaksud dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana manajemen merupakan kunci dasar dari sebuah program yang berkualitas dan tentunya dibutuhkan pengetahuan sebagai esensi dari sebuah pendidikan.

Pada era globalisasi ini, tampaknya dunia kerja mengedepankan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu aspek yang penting. Hal inimembuat orang tua sangat antusias memaksimalkan kemampuan bahasa Inggris anaknya sedini mungkin terutama di sekolah, ditambah lagi munculnya berbagai sekolah bilingual (kelas internasional) yang menawarkan program berbahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam beberapa mata pelajaran. Fenomena berbahasa Inggris di sekolah ini kemudian membuat Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dan bahasa pertama terabaikan, tidak hanya oleh pihak sekolah, tetapi juga oleh orang tua.

Para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer” yang kemudian lazim ditambah dengan


(21)

2

“yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”.1 Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (sub sistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). 2

Seorang anak akan memperoleh bahasa kedua setelah memperoleh bahasa pertamanya melalui pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa kedua merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan maupun informal dalam lingkungan pendidikan. Keterampilan seseorang terhadap sebuah bahasa begantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut. Oleh karena itu, wajar jika bahasa pertama lebih dikuasai dari pada bahasa kedua, tetapi jika kesempatan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih sama peluangnya, maka ada kemungkinan penguasaan atas bahasa kedua sama baiknya. Dapat juga terjadi keterampilan akan bahasa pertama menjadi berkurang, tertutama dalam penggunaan kosakata, jika seseorang dalam waktu yang relatif lama tidak menggunakan bahasa pertamanya. Belajar bahasa kedua terjadi pada masyarakat multilingual , yakni pada saat peserta didik harus mulai belajar bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi antar daerah, antar provinsi, atau di lingkungan masyarakat perbatasan. 3

Selama dua abad terakhir, penggunaan terminology linguistics, sociolinguistics, anthropological linguistics, dan psycholinguistics telah mengubah definisi dan korpus kerja mengenai bahasa. Sebelumnya perhatian terutama diberikan kepada bahasa - bahasa yang dipergunakan untuk pengajaran bahasa kedua. Sekarang perhatian terbesar ditujukan kepada kebutuhan bangsa-bangsa yang baru merdeka dan masalah karena keanekaragaman bahasa dan pendidikan. Ilmu-ilmu bahasa membantu pembentukan kebijakan tentang bahasa dan perencanaannya dan pengembangan bahasa ibu (native languange) serta

1

Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2009, hal. 30

2

Ibid, hal. 30

3

Iskandarwassid, dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT.


(22)

pendidikan bilingual. 4Oleh karena itu, dalam proses perencanaan program bilingual, manajemen bertindak sebagai kunci utama dari keberhasilan program

bilingual (dwibahasa) sehingga memiliki esensi dan nilai jual yang tinggi untuk sekolah itu sendiri. Dengan adanya perencanaan program yang baik, sebuah program akan berjalan dengan baik pula sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai suatu sekolah.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu rakyat Indonesia merupakan bahasa yang dapat dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kajian tentang bilingual adalah sebuah hal baru di Negara kita. Istilah ini mulai dikenal dan dipelajari sejak diadakannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Pemerintah Indonesia menerapkan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) dengan menerapkan sekolah kelas Internasional atau biasa disebut dengan program bilingual. Dalam program bilingual (dwibahasa) menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengadaan program bilingual ini belum lama direalisasikan oleh beberapa sekolah internasional di Indonesia yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.

Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari sudut pandang kita. Berdasarkan hipotesis ambang (threshold hypothesis) yang dikemukakan oleh Cummins dapat dibedakan menjadi duatipe bilingual yaitu

subtractive dan additive bilingual. 5Substractive bilingual programs adalah program pendidikan dimana semua instruksi disampaikan dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa pertama digantikan sepenuhnya oleh Bahasa Inggris. Kebanyakan sekolah-sekolah bilingual di Indonesia menerapkan program ini. Sementara pada additive bilingual programs, proses pembelajaran dilakukan dalam bahasa pertama anak maupun bahasa asing. Fokusnya adalah mengembangkan keterampilan berbahasa akademik anak, baik itu dalam Bahasa Inggris dan juga Bahasa Indonesia.

Dengan demikian, anak bukan hanya didorong untuk menguasai Bahasa Inggris dengan baik, tetapi juga menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia.

4

Ibid, hlm. 80

5

Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa. 2009. Cet. I.


(23)

4

Risiko dari program substractive adalah keterampilan berbahasa pertama anak menjadi berkurang. Tidak hanya itu, perkembangan akademik anak pun tetap di bawah standar, meskipun penguasaan Bahasa Inggrisnya bagus. Anak tidak menguasai keterampilan berbahasa secara akademik dalam bahasa pertamanya. Oleh karena itu, penulis menemukan bahwa keberhasilan program bilingual itu sendiri tidak bisa terlepas dari perencanaan program bilingual itu sendiri.

Penulis tertarik dengan penguasaan bahasa Inggris yang didapatkan dalam program bilingual. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian kepada salah satu sekolah internasional yaitu SMP Bakti Mulya 400. Sekolah Menengah Pertama Bakti Mulya 400 ditunjuk sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada tahun 2009/2010, kemudian sekolah ini mulai melaksanakan dengan membuat perencanaan yang matang bersama dengan yayasan dan membuat standar yang sesuai dengan RSBI, yaitu standar proses, standar lulusan, standar penilaian, dan standar pengelolaan.

Dalam rangka mensukseskan program pemerintah ini, SMP Bakti Mulya 400 membuat program bilingual (kelas internasional) di seluruh tingkatan kelas, yaitu kelas 7, 8, dan 9 dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di beberapa mata pelajaran tertentu. Program bilingual di SMP Bakti Mulya bekerjasama dengan University of Cambridge International Examinations dengan memberlakukakn kurikulum plus dimana kurikulum nasional dikombinasikan dengan kurikulum Cambridge sehingga mempunyai kemampuan dan pengakuan dari sekolah di luar negeri. mengadopsi dan adaptasi dari kurikulum Cambridge itu sendiri.

Pada awal proses penerimaan program bilingual, seluruh calon siswa dimasukkan berdasarkan peminatan dan penyeleksian. Apabila kemampuan akademik, dan bahasa Inggria memadai serta dengan persetujuan orang tua, maka peserta didik akan dimasukkan ke kelas bilingual. Program bilingual di SMP Bakti Mulya 400 ini mempunyai kriteria tenaga pendidik tertentu, yaitu native speaker dari Inggris, Amerika, dan India, tenaga pengajar lulusan luar negeri, dan tenaga pengajar yang memiliki lisensi melalui pelatihan tertentu.


(24)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bilingual atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan dua bahasa sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional program bilingual tidak diterapkan pada semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada kelas tertentu saja. Berdasarkan deskripsi tersebut, penulis tertarik mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul

”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400 ”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul dan dapat diteliti yaitu:

1. Terlambatnya penggunaan dua bahasa (bilingual) yang baru mulai

digunakan pada tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pemahaman dua bahasa (bilingual) terutama Indonesia-Inggris kurang dapat

direalisasikan dengan baik.

3. Penerapan dua bahasa (bilingual) yang kurang efektif.

4. Kurang meratanya penerapan dua bahasa (bilingual) dalam sekolah.

5. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang maksimal.

6. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik .

C.

Pembatasan Masalah

Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi program pendidikan bilingual. Mengingat keterbatasan kemampuan, dana, dan


(25)

6

waktu peneliti, maka untuk memudahkan dan memaksimalkan pemanfaatan instrumen-instrumen penelitian, maka penulis membatasi masalah pada :

1. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang maksimal.

2. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik.

D.

Perumusan Masalah

Perencanaan program bilingual merupakan hal yang dangat urgen diperbincangkan dalam pengelolaan pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis dapat merumuskan bahwa masalah yang sangat penting dan pokok yang akan diteliti adalah “bagaimana proses perencanaan program bilingual dan bagaimana penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua (Inggris)”.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan apa yang telah dirumuskan pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua (Inggris) di SMP Bakti Mulya 400.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, diantaranya : 1. Bagi Peneliti :

a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti sebagai calon guru dalam mengembangkan unsur-unsur dalam manajemen sebagai strategi dalam meningkatkan kualitas melalui implementasi yang benar tentang program bilingual. b. Dapat memberikan gambaran seberapa besar efektivitas manajemen


(26)

2. Bagi Siswa :

a. Siswa menjadi lebih tertarik dalam kelas program bilingual karena siswa merasa program ini mempunyai manfaat ilmu dan praktis yang mampu mengembangkan pola pikir mereka.

b. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi akan lebih mudah paham.

c. Dengan menggunakan manajemen yang baik, diharapkan program bilingual di SMP Bakti Mulya akan berjalan lebih efektif lagi.

3. Bagi Guru :

a. Guru dapat menemukan kreasi dan inovasi baru dalam proses penerapan program bilingual di semua mata pelajaran.

b. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas program bilingual di sekolah itu dan memperbaiki sistem manajemen program bilingual sehingga outcome yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

4. Bagi sekolah :

Dapat memberikan masukan dan evaluasi terhadap proses perencanaan kembali dalam program bilingual.

5. Bagi peneliti lain :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan esensi ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Perencanaan Program

1. Pengertian Perencanaan Program

Perencanaan dalam arti yang sederhana dapat dijelaskan sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Suatu definisi mengenai perencanaan memang diperlukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Perencanaan merupakan fungsi pertama dari fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan pada berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan. Tujuan fungsi ini adalah untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengelolaan program suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Fungsi ini berkaitan dengan bidang-bidang manajemen lainnya, seperti manajemen produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia yang tentunya menjadi bagian dari sekolah. Semua bidang manajemen terlebih dahulu melaksanakan kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya.

Perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam berbagai macam ragam tergantung dari sudut pandang yang melihat, serta latar belakang


(28)

apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Diantara beberapa definisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, rencana ialah rekaan tentang sesuatu yang akan dikerjakan.1 Perencanaan ialah proses, cara, atau perbuatan merencanakan. Perencanaan sebagai proses manajemen yang pertama hendaknya benar-benar mapan. Perencanaan merupakan masalah memilih, yaitu memilih tujuan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada, tanpa alternatif, perencanaan pun tak ada.2

Perencanaaan dapat dartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukam. Perencanaan itu dapat pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. Perencanaan dapat pula diartikam sebagai upaya untuk memadukan antara cita nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.3

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan.4 Rencana harus diimplementasikan. Selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Perencanaan kembali dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir . Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri denan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.

Ada yang mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai suatu alat untuk mengatur sistem pendidikan, penyesuaiannya dengan kebutuhan dan aspirasi seseorang dan masyarakat. Perencanaan harus mampu melihat bagaimana gambaran masyarakat pada masa yang akan datang dan adalah tugas perencanaan untuk menyesuaikan sistem

1

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002),

edisi ke-2, hal.1260

2

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT.Bina Aksara, 1988), cet.I, hal.

21

3Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun,

Perencanaan Pendidikan (Suatu Pendekatan Komprehensif), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 200, hal. 4-5

4


(29)

10

pendidikan ke arah itu. C.E. Beeby dalam tulisannya memberikan definisi yang perencanaan pendidikan yang dianut oleh banyak negara berkembang. Ia mengemukakan suatu definisi sebagai berikut:5 Educational planning is the exercising of foresight indetermining the policy, priorities and costs of an educational system,

having due regard for economic and political realities, for the system’s potential for

growth, and for the needs of the country and of the pupils served by the system.”

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.6

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “Rancangan rencana kegiatan mengenai asas-asas, serta usaha-usaha yang akan dijalankan.7 Pengertian tersebut sudah ada terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program yang dilaksanakan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan di lapangan.

Program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.8 Suatu program mungkin saja sesuatu yang berbentuk nayat (tangible) seperti materi kurikulum, atau yang abstrak (intangible)

seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup, jadwal 4 hari lokakarya, atau sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap terhadap P4, dan lain-lain.

Merujuk dari beberapa pendapat ilmuwan di atas, bahwa perencanaan program memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan untuk mendekati masalah.. Dalam menghampiri masalah, kita perlu merumuskan apa dan bagaimana mengerjakannya. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu program akan mengalami

5

Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992, hal.2

6

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),

Cet. 8, hal. 49.

7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002, Cet. II, Edisi ke -3, hal. 897

8


(30)

kesulitan, bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam perencanaan program, terdapat faktor tujuan dan faktor sarana yang perlu diperhatikan, baik sarana personal maupun materiil. Perencanaan program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat dicapai. Perencanaan program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan suatu rencana, penjabaran rinci tentang langkah-langkah yang diambil untuk menjabarkan kebijakan sesuai kebutuhan, an sasaran sebagaimana yang dimaksudkan oleh kebijakan organisasi. Perencanaan program tidak terlepas dari stategi utama sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perencanaan program merupakan proses memilih, menyeleksi, menyesuaikan program sekolah dengan sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan kebutuhan sekolah dan lingkungan untuk mencapai tujuan program yang baik. Di setiap perencanaan selalu terdapat kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk mencapai tujuan, identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Perumusan tujuan tentunya ditetapkan oleh stake holder bersama dengan komite sekolah membahas tentang formulasi yang dibutuhkan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Kemudian, dengan memilih program yang sesuai dengan kebutuhan masa depan, dengan mengidentifikasi sumber daya yang terkait dengan program bilingual sekolah mampu merancang sebuah program yang searah dengan perubahan zaman. Bagian terakhir dari perencanaan tentang bagaimana sekolah mengidentifikasi dan mengarahkan sumber daya manusia yang terbatas untuk melaksanakan program tersebut sejalan dengan keinginan dan tujuan program sehingga hasil yang maksimal dapat tercapai

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan program yang baik adalah suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan atau program yang akan dilaksanakan dengan tidak jauh menyimpang dari konsep dan tujuan awal, sesuai dengan obyek yang ditangani. Perencanaan diharapkan tepat guna dalam mencapai


(31)

12

tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah melakukan proses perencanaan program yang matang untuk menyeimbangkan perubahan kebijakan pemerintah yang sering terjadi di Indonesia. Perencaaan program itu sendiri mampu mengubah sebuah lembaga pendidikan agar sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal.

Perencanaan merupakan penentu segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai akternatif tujuan, strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan. Jelas usaha tersebut merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya suatu lembaga pendidikan di waktu yang akan datang. Kita hendaknya mengetahui kaidah perencanaan. Setelah rencana tercipta, strategi,kebijakan, dan taktik perlu digariskan, sedang pelaksanaan rencana itu harus konsekuen.

Dikemukakan secara singkat berbagai aspek perencanaan, yaitu bahwa perencanaan itu meliputi penciptaan rencana yang komprehensif dan menyeluruh, langkah-langkah perencanaan itu teratur rapi, dan rencana itu harus selalu diperbaiki.

Perencanaan yang dibuat haruslah bersifat sebagai berikut : a. Menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi,

b. Merupakan dasar tolok fungsi manajemen yang lain yaitu organisasi pengarahan, koordinasi, dan pengawasan,

c. Merupakan fungsi dari setiap orang yang berada dalam organisasi, baik horizontal maupun vertikal,

d. Efisien, artinya bila dilaksanakan rencana tersebut dapat mencapai tujuan secara berhasil dengan biaya yang sekecil-kecilnya.9

Dengan demikian, perencanaan diharuskan mampu mencapai tujuan suatu organisasi dan merupakan landasan bagi fungsi manajemen yang lainnya sehingga jelas sulit membuat suatu rencana yang harus memenuhi syarat tersebut. Oleh karena itu memang tidak boleh terlalu meremehkan perencanaan karena hal itu merupakan tugas berat. Pembuatan rencana melalui suatu proses pengambilan keputusan tertentu.

9

Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yokyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,


(32)

Pada hakekatnya perencanaan adalah pemilihan berbagai alternatif tujuan, strategi, kebijaksanaan, tak-tik, prosedur dan program-program. Inti perencanaan adalah pemilihan jalan yang akan ditempuh. Ini merupakan prinsip utama perencanaan.

B.

Pendekatan Perencanaan Program

Adapun pendekatan perencanaan suatu program adalah sebagai berikut: 1. Memilih tujuan

2. Menganalisa lingkungan

3. Membandingkan rencana sub unit dengan rencana strategis 4. Menentukan perbedaan yang ada

5. Memilih alternatif terbaik 6. Melaksanakan rencana strategis

7. Menilai dan mengawasi kemajuan rencana.10

Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, dapat dianalisis bahwa dalam membuat suatu program tentunya langkah-langkah yang harus dilakukan adalah memilih tujuan program itu sendiri agar program yang telah dicanangkan sesuai dengan visi dan misi sekolah, menganalisa lingkungan baik secara internal sekolah maupun eksternal sekolah, melakukan triangulasi terhadap rencana yang sudah dibuat dengan rencana strategis suatu program, menentukan jawaban atas perbedaan rencana yang ada, melaksanakan rencana strategis dengan sebaik mungkin, dan melakukan pengawasan dan pengevaluasian terhadap proses jalannya rencana yang telah dilaksanakan.

C.

Jenis-jenis Perencanaan Program

Perencanaan dapat dibedakan menurut waktu, menurut besarannya, tingkatannya, dan menurut jangka waktunya. Adapun disini, perencanaan menurut waktu yang dianggap sebagai efektivitas dari sebuah perencanaan program. Berdasarkan kriteria waktu, ada tiga macam perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu rencana perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan

10


(33)

14

jangka pendek atau yang lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan tujuan kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning), mempunyai jangka waktu 10, 20, atau 25 tahun.

2. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning), mempunyai jangka waktu 4-7 tahun seperti repelita

3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning), mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun seperti perencanaan tahunan.11

Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek memuat rencana-rencana yang berbeda. Perencanaan jangka panjang bersifat umum, global, dan belum terinci, dan perspektif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang berjangka waktu lebih pendek. Susunan dari tiap perencanaan bermula dari perencanaan jangka panjang yang masih perlu dijabarkan menjadi perencanaan jangka menengah, dan selanjutnya perlu dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka pendek. .

Fungsi pembuatan dari, rencana jangka panjang, sedang dan pendek di atas ditandai dengan:

a. Suatu usaha untuk menghasilkan pembangunan secara seimbang pada setiap aspek dalam sistem pendidikan dan juga keseimbangan antara sistem pendidikan dengan sistem lainnya di dalam masyarakat.

b. Korelasi usaha pendidikan dengan kebijaksanaan nasional bagi pembangunan sosial dan ekonomi.

c. Suatu usaha untuk mengkoordinasikan perkembangan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif dalam struktur isi dan metode.

d. Ketentuan yang menjamin bahwa investasi dalam pendidikan akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat maupun bagi individu.12

Dalam melaksanakan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, suatu program pendidikan harus menyeimbangkan antara program yang tersedia di sekolah dengan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat bagi perubahan sosial dan ekonomi nasional, serta mengkoordinasikan struktur isi dan metode dalam perencanaan suatu

11

Husaini Usman, Manajemen (Teori Praktik & Riset Pendidikan) Edisi kedua, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2008, hal. 6

12

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),


(34)

program sehingga berdampak pada keuntungan pendidikan baik bagi individu maupun masyarakat.

D.

Proses Perencanaan Program

Perencanaan sebagai proses yang berlangsung sepanjang waktu dan berulang kembali membentuk siklus. Langkah-langkah yang diikuti alam proses ini pada umumnya sama dalam berbagai unit perencanaan dari berbagai tingkatan. Perbedaan hanya terdapat pada instrumen yang digunakan dan banyak tergantung kepada tingkat proses pengambilan keputusan. Tabel berikut imi dapat memberikan gambaran tentang langkah-langkah dalam proses perencanaan yang membentuk siklus.13

Gambar 2.1

Dari tabel di atas dapat ipaparkan bahwa siklus ini merupakan langkah-langkah utama dalam proses perencanaan. Hal ini tentunya memliki sejumlah langkah kecil alam pelaksanaannya. Paa awal proses perencanaan, sekolah harus memiliki data dan

13

Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992,

hal.43-44

Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi

Analisis dan diagnosis

Penetapan sasaran

Perumusan Kebijaksanaan

Perkiraan kebutuhan yang akan datang

Alternatif strategi Perumusan Rencana

Penganggaran Rincian Rencana

Pelaksanaan rencana Evaluasi Rencana dan Pelaksanaan


(35)

16

informasi yang lengkap, akurat, dan sesuai kebutuhan. Adapun data yang ikumpulkan meliputi kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data agar mudah didiagnosa, menyusun indikator yang perlu, dan menghimpun hasil penelitian serta hasil evaluasi dan monitorning rencana dan program yang lalu. Hal ini tentunya yang terkait dengan data input mentah (calon siswa), input instrumen (guru,kurikulum, gedung, alat belajar, biaya, ll), dan output (lulusan). Kemudian dilakukan analisis dan diagnosis terkait dengan data yang diperoleh sehingga sekolah mampu merumuskan kebijaksanaan atau kebijakan apa yang akan dilakukan. Selanjutnya sekolah bersama yayasan memperkiraan kebutuhan di masa yang akan datang dan menetapkan siapa saja sasaran yang akan ditetapkan. Setelah sasaran suah ditetapkan, dibentuk strategi yang baik untuk menapatkan hasil yang diinginkan. Strategi yang telah tersusun rapi dirumuskan menjadi sebuah rencana yang matang dengan penganggaran yang disesuaikan. Engan merincikan rencana yang telah matang, rencana ilaksanakan sesuai engan apa yang telah ibuat. Kemudian evaluasi rencana dilakukan untuk menghadapi kekurangan yang belum terealisasikan dan dilakukan pelaksanaan kembali.

E.

Pentingnya Perencanaan Program

Perencanaan pendidikan seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Perencanaan dapat membantu, akan tetapi perencanaan itu sendiri harus dip-akai dalam suatu kombinasi yang harmonis dengan alat-alat lainnya seperti misalnya pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan. Perencanaan, untuk menjadi alat yang berguna, perlu juga didampingi dengan pengetahuan dan kemampuan bekerja seseorang secara efektif dalam situasi kepemimpinan yang baik. Hal ini dianggap penting mengingat perencanaan bukan sebagai pengganti (substitusi) kewenangan seorang pengelola. Kelemahan yang terjadi dalam perencanaan dapat disebabkan dua hal penting berikut ini:


(36)

2. Karena perencanaan yang berlebihan.

Dari apa yang diuraikan di atas sudah dapat disimpulkan, mengapa perencanaan terutama dalam suatu program menjadi penting. Pentingnya perencanaan program pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya desakan masalah dalam berbagai aspek yang harus ditangani melalui perencanaan. Sering sekali dibicarakan tentang pelaksanaan program secara terpadu namun dalam kenyataannya banyak hambatan sejak dalam perencanaannya instansi atau orang yang diharapkan terlibat ternyata tidak diikutsertakan sejak awal perencanaan.Suatu program yang direncanakan terlalu padat dan ketat menyebakan ketidakpastian akan pentingnya suatu program dilaksanakan.

Setelah diketahui perbedaan berbagai jenis perencanaan, perlulah dihayati penting dan perlunya rencana bagi suatu organisasi atau lembaga pendidikan :

a. Rencana dapat meniadakan ketidakpastian masa datang dan dapat menanggulangi perubahan-perubahan.

b. Rencana telah digariskan tujuan organisasi sehingga kegiatan dapat dipimpin (difokuskan).

c. Rencana walaupun mahal tetapi ekonomis. d. Rencana merupakan dasar bagi pengawasan. e. Rencana harus fleksibel.14

Dengan adanya rencana program segala sesuatu yang tidak pasti pada waktu yang akan datang telah diusahakan ke dalam situasi sekarang sehingga orang telah siap terhadap kemungkinan perubahan yang timbul. Rencana mampu menghindari kepentingan pribadi yang terjadi dalam suatu program sehingga terhindar dari suboptimalisasi. Karena dalam perencanaan segala kegiatan terpusatkan untuk mencapai tujuan bersama secara konsekuaen dengan biaya yang minimum. Tanpa rencana tidak mungkin dilakukan pengawasan hasil kegiatan karena tidak ada dasar pembandingnya. Dengan rencana orang dapat mengetahui hasil telah melebihi atau kurang dari yang direncanakan. artinya rencana dapat berubah arah tanpa biaya lebih dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, rencana mengandung arti untuk ditinjau kembali dan direvisi

14

Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,


(37)

18

untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh situasi yang dihadapi di masa yang akan datang.

F.

Tahapan-tahapan perencanaan Program

Dalam perencanaan pendidikan yang menjadi acuan perencanaan suatu program, ada 6 tahap dalam proses perencanaan pendidikan yang disadur ke dalam perencanaan program, yaitu:15

a. Tahap Pra Perencanaan-Perumusan Tujuan

Tahap pra perencanaan dalam suatu program harus dimulai dengan: 1) Pembentukan organisasi perencanaan yang sesuai,

2) penentuan prosedur perencanaan,

3) Reorganisasi struktural mengenai mesin administratif pendidikan untuk berpartisipasi dalam perumusan dan implementasi rencana,

4) Menentukan mekanisme dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data statistik dan lain-lainnya ynag diperlukan bagi perencanaan.

b. Tahap Perencanaan 1) Diagnosis

2) Perumusan kebijaksanaan

3) Perkiraan kebutuhan masa depan 4) Pembiayaan kebutuhan masa depan

5) Penentuan prioritas dan seperangkat sasaran (target) 6) Uji kelayakan.

c. Tahap Perumusan Rencana d. Tahap Elaborasi Rencana 1) Programming

2) Identifikasi dan Perumusan Proyek e. Tahap Implementasi Rencana f. Tahap Implememtasi Rencana g. Tahap evaluasi perencanaan

15

Ananda W.P Guruge, Proses Perencanaan Pendidikan, Surabaya:Surabaya Intelectual Club,


(38)

Sebelum dibentuknya sebuah perencanaan, dibutuhkan pra perencanaan dalam merencanakan suatu program. Dengan membentuk program yang sesuai dengan kebutuhan internal dan eksternal sekolah, menentukan prosedur perencanaan program yang akan dibuat, mereorganisasi struktural yang ada untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana program, dan menentukan mekanisme serta mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan bagi perencanaan suatu program.

Pada tahap perencanaan, perumusan tujuan program harus dipastikan memadai, relevan, dan mentangkan hasil yang baik bagi sekolah. Hal ini dilakukan untuk mencocokkan output dengan tujuan program. Diagnosis mengarahkan kita untuk mengidentifikasi kelemahan program, kualitas, serta tingkat kemajuan suatu program. Kriteria diagnosis seperti relevansi, efektifitas, dan efisiensi harus ada dalam sebuah program. Setelah dilakukan diagnosis, perlu adanya perumusan kebijaksanaan dalam mengoreksi kerangka kerja sehingga keputusan yang lebih rinci atas perubahan suatu program dapat dilakukan. Setelah tujuan program dimodifikasi berdasarkan kebijakan, perencanaan program harus memperkirakan kebutuhan sekolah di masa datang untuk mengantisipasi kebutuhan. Langkah berikutnya dalam tahap perencanaan adalah menetapkan biaya bagi kebutuhan masa depan. Perencanaan harus mengetahui jumlah anggaran program agar semua kebutuhan program terpenuhi. Kemudian menentukan prioritas dan sasaran dalam suatu program dalam mencapai tujuan agar dapat menentukan alokasi biaya yang relevan dan efektif. Sasaran-sasaran ditetapkan sesuai kebutuhan yang diidentifikasi dan diprioritaskan sehingga mendapat perhatian yang serius.

Pada tahap perumusan rencana, telah kita ketahui tujuan perencanaan terutama ada dua, yakni menyajikan seperangkat keputusan kepada mereka yang secara nasional berwenang untuk persetujuan, dan menyiapkan suatu rencana atau cetak biru tindakan oleh macam-macam lembaga yang bertanggungjawab


(39)

20

dalam melaksanakan keputusan-keputusan ini. Maksudnya para stake holder sebagai penguasa yang berkepentingan memerlukan suatu pernyataan yang jelas tentang program yang diusulkan, alasannya, serta penyesuaiannya dengan memerlukan keterampilan tertentu, misalnya pernyataan harus singkat ringkas dan memadai untuk dipahami.

Sebelum suatu rencana diimplementasikan perlu adanya penjabaran atau elaborasi sehingga kegiatan dapat dirinci secara jelas. Implementasi rencana program dimulai apabila perumusan program siap untuk dilaksanakan. Menggunakan anggaran tahunan, sumber-sumber program (manusia, uang, bahan) yang diperlukan dalam program, waktu yang telah ditentukan. Kemudian mendelegasikan wewenang kepada setiapkepala program, membentuk komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik serta mekanisme kontrol yang baik.

Pada tahap terakhir perencanaan terdapat evaluasi perencanaan. evaluasi merupakan usaha berkelanjutan dan bersamaan dengan implementasi rencana. Mempersiapkan laporan tahunan , tengah tahunan, atau separuh periode rencana.

Tahapan-tahapan di atas merupakan seperangkat kegiatan yang kompleks dan berkaitan dalam membentuk proses perencanaan program untuk mengembangkan suatu program selama periode yang telah ditentukan.

G.

Upaya-upaya Perencanaan Program

Agar perencanaan program dapat dilaksanakan secara realistis, maka diperlukan upaya-upaya:

a. Penentuan pimpinan mengenai sejauhmana tingkat keterkaitan (atau hubungan) antara visi, misi, tujuan, sasaran, dana strategi utama sekolah dengan rencana program.

b. Koordinasi atas rencana program tidak perlu secara menyeluruh, akan tetapi cukup dilakukan terhadap program kerja yang memang penting saja, hal ini dilakukan untuk mengurangi kebebasan dan motivasi pegawai.


(40)

d. Setiap pimpinan unit memberikan kontribusinya dengan mengajukan rencana programnya masing-masing.

e. Harus diperhatikan agar jangan sampai suatu program kerja hanya merupakan suatu ekstrapolasi keadaan yang lampau akan tetapi yang lebih penting adalah yang berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang.

f. Rencana program dibuat dengan memperhatikan prioritas tinggi dan berdampak dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah.16

Adapun langkah-langkah yang telah disebutkan dapat diterapkan pada perencanaan program bilingual di suatu sekolah. Bahwa kepala sekolah sebagai stakeholder harus mampu menganalisa keterkaitan antara visi dan misi sekolah dengan rencana program yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan, koordinasi kepada bawahan lebih bersifat kondisional sesuai dengan program kerja yang dianggap penting, rencana program hendaknya sederhana tidak bertele-tele, kaku, dan ruwet karena justru membuat kompleksitas dalam sebuah program, setiap pimpinan seperti ketua program bilingual memerikan kontribusi dengan merencanakan kegiatan dalam program, sesuai dengan kebutuhan di masa yang akan datang, dan mempunyai prioritas tinggi terhadap kemajuan sekolah dan keberhasilan pencapaian pemerintah.

H.

Komponen Struktur Program

Komponen struktur program ialah menetapkan struktur dan materi program pendidikan. Struktur program pendidikan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan lembaga pendidikan mencakup alokasi waktu yang diberikan untuk setiap bidang studi dalam setiap minggunya.

Ada beberapa jenis struktur peogram pendidikan dalam kurikulum, yaitu: a. Pendidikan umum (general education), program pendidikan yang

bertujuan membinas siswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan tingkatannya.

16

Muhaimin,dkk, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana


(41)

22

b. Pendidikan akademik (academic education), program pendidikan yang ditujukan untuk mencapai pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin ilmu masing-masing.

c. Pendidikan Keterampilan, program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan anak sebagai bekal hidupnya di masyarakat. Sifat pendidikan ini temporer,

artinya sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan keperluan juga sifatnya efektif, artinya setiap siswa dapat memilih jalur keterampilan yang diinginkannya.

d. Pendidikan kejuruan (Vocational Education), bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang ditempuhnya. 17

Program bilingual di Indonesia terutama pada SMP Bhakti Mulya 400 termasuk ke dalam struktur program akademik dimana bahasa Inggris yang merupakan bidang study yang dijadikan sebagai bahasa pengantar untuk beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan dengan bahasa pengantar tersebut. Ada beberapa manfaat yang didapat dalam mengadakan kelas bilingual

ini, selain mampu untuk menguasai akademik dan non akademik dengan baik tetapi juga mampu berbahasa asing.

B.

Bilingual

1. Pengertian Bilingual

Pendidikan bilingual di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan baru dalam menghadapi globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin berkembang di dunia. Pendidikan bilingual atau biasa disebut dengan

bilingual class telah diterapkan di beberapa sekolah internasional di Indonesia.

Bilingual dijadikan sebagai metode alternatif pembelajaran bahasa asing secara aktif yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik.

Menurut Mackey kewibahasaan bukanlah gejala bahasa, tetapi merupakan karakteristik penggunaannya. Mackey menjelaskan bahwa jika bahasa milik

17


(42)

kelompok, maka bilingualisme adalah kekayaan perorangan. Pemakaian perorangan akan dua bahasa berarti adanya dua masyarakat yang berbeda.18

Pengertian bilingual (dwibahasa) itu sendiri relatif. Adapun kajian tentang bilingualisme adalah sebagai berikut:

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bilingual dapat diartikan mampu menggunakan bahasa lain sebaik atau hampir sebaik bahasa sendiri, dan mampu menguasai dua bahasa. Bilingualisme diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa dengan sama atau hampir sama baik.19

Menurut Bloomfield, dwibahasa adalah menguasai dua bahasa seperti bahasa ibunya. Menurut Lado, dwibahasa secara populer diartikan sebagai kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya, secara teknis diacukan pada pengetahuan seseorang akan dua bahasa bagaimana pun tingkatnya.20

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.21

Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa asli (bahasa ibu) atau bahasa pertama memegang peranan penting dalam perkembangan bilingualisme, dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga

18

Alwasilah, A. Chaedar., Pengantar Sosiologi Bahasa. (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 106

19

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,

2002), edisi ke-2, hal.204

20

Op.cit, hal. 107

21


(43)

24

keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.22

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Seseorang yang mampu menggunakan bahasa kedua secara baik dan lancar seperti ketika berbicara bahasa pertama. Penggunaan bilingual di Indonesia telah digunakan di beberapa sekolah Internasional, salah satunya di SMP Bhakti Mulya 400. Biasanya bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam kelas pada beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan sehingga siswa menggunakan dua bahasa dalam satu kelas. Penguasaan dua bahasa di dalam kelas atau di suatu negara dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti aslinya sangatlah sulit untuk diukur. Hal ini yang menjadi perhatian bahwa

bilingual merupakan alternatif pembelajaran bahasa asing di Indonesia.

Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Dibawah ini adalah pendapat-pendapat atau definisi tantang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :

a. Robert Lado, kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.

b. MacKey, kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual).

c. Hartman dan Stork, kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.

22

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka


(44)

d. Bloomfield, kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. e. Haugen, kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Pemakaian dua bahasa

secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.

f. Oksaar, kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. 23

Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bilingual atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan dua bahasa sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia, program bilingual tidak diterapkan pada semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada kelas tertentu saja. Pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara kontinuitas oleh seseorang atau lebih sering oleh seorang individu dalam suatu kelas atau oleh masyarakat akan semakin membentuk kognitif serta kelancaran dalam menggunakan bahasa kedua. Namun, penggunaaan dwibahasa ini mengalami ketimpangan sosial di beberapa Negara terutama Indonesia. Penggunaan bahasa rumah yang berbeda dengan bahasa di sekolah menyebabkan banyak terjadi ketidakjelasan komunikasi verbal antara orang tua dengan siswa.

2. Sejarah Bilingual

Penelitian modern tentang pemerolehan bahasa pada akhir abad ke-18, ketika filsuf Jerman Dietrich Tiedeman mencatat pengamatannya atas perkembangan psikologis dan linguistik anak belianya. Pada akhir abad ke-19, Francois Gouin

23


(45)

26

mengamati keponakannya dan darisana ia menyusun Metode Serial pengajaran bahasa asing. Pada abad ke-20, para peneliti mulai menganalisis bahasa anak-anak secara sistematis dan berusaha menguak watak proses sosiolinguistik yang memungkinkan setiap manusia mencapai kontrol mudah atas sistem komunikasi yang luar biasa kompleks. Beberapa dasawarsa kemudian, langkah-langkah penting diambil khususnya dalam model-model generatif dan kognitif untuk menjelaskan pemerolehan bahasa-bahasa tertentu, dan untuk menyelidiki aspek-aspek universal pemerolehan bahasa.24

Penerapan bilingual di negara berkembang seperti Indonesia dengan tujuan menciptakan generasi muda yang berkapasitas dan mampu bersaing secara Internasional belum lama dilaksanakan. Sejak tahun 2006/2007 telah melaksanakan pendidikan bilingual dalam pembelajarannya di kelas. Pendidikan bahasa dijadikan sebagai salah satu jurusan favorit di sekolah selain IPA dan IPS. Oleh karena itu, melihat semakin pesatnya pendidikan bilingual di Indonesia yang telah diakui sebagai pendidikan kaum elite dan memiliki prestise tinggi serta sistem penilaian khusus serta sertifikasi dan kualifikasi yang baik.

3. Pembagian Bilingual (Kedwibahasaan)

Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :

a. Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism), Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-dendiri.

b. Kedwibahasaan Koordinatif / Sejajar, kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.

24

H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, (Person Education, Inc,


(46)

c. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks), kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.25

Menurut Pohl tipologi dwibahasa lebih didasarkan pada status bahasa yang ada didalam masyarakat, maka Pohl membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Kedwibahasaan Horisontal (horizontal bilingualism), merupakan situasi pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi masing-masing bahasa memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan maupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya.

b. Kedwibahasaan Vertikal (vertical bilinguism), merupakan pemakaian dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.

c. Kedwibahasaan Diagonal (diagonal bilingualism), merupakan pemakaian dua bahasa dialek atau tidak baku secara bersama-sama tetapi keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat itu.

4. Strategi Pembelajaran Bahasa dalam Bilingual

Ada empat strategi dasar yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap tepat.

25

Diakses di http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/kedwibahasaan-dan-diglosia/ pada tanggal


(47)

28

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan untuk dijadikan pedoman evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar selanjutnya.26

Strategi pembelajaran dapat digunakan dalam bilingual dengan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku dan kepribadian peserta didik dimana dalam merencanakan program bilingual, seorang kepala sekolah mempunyai persyaratan kualifikasi siswa yang ingin masuk kelas bilingual, menetapkan pendekatan, prosedur, metode dan taknik belajar mengajar yang tepat dalam merumuskan perencanaan sehingga guru diberikan gambaran umum terkait dengan implementasi perencanaan, menetapkan batas keberhasilan siswa kelas bilingual untuk mengevaluasi perencanaan yang sudah ditetapkan.

Ada beberapa kesempatan yang dimiliki anak-anak bilingual yang diungkapkan oleh Singgih dalam bukunya, yaitu:

a. Simultaneous bilingualism, merujuk pada anak yang mempunyai kesempatan luas untuk mempelajari dan menggunakan kedua bahasa sejak awal.

b. Receptive bilingualism, merujuk pada anak yang mempunyai kesempatan yang luas untuk mempelajari bahasa kedua namun kesempatan penggunaannya terbatas.

c. Rapid successive bilingualism, merujuk pada anak yang mempunyai sedikit keselmpatan akan bahasa kedua sebelum ia sekolah namun mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari dan menggunakannya di sekolah.

d. Slow successive bilingualism, merujuk pada anak yang hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk menggunakan bahasa kedua dan motivasinya untuk menggunakan juga rendah.27

Dengan banyaknya kesempatan bagi siswa untuk menggunakan bahasa kedua, maka sistem pembelajaran bilingual akan semakin efektif. Dengan berbagai kesempatan yang ada, siswa memiliki kebebasan eksploratif baik

26

Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta:

Lembaga Penelitian Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal.129

27Gunarsa Singgih D, “Dari Anak sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), Cet.II, hal. 94.


(48)

secara kognitif dan emosional dalam mempelajari dua bahasa dalam waktu yang bersamaan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Bilingual

Penerapkan pendidikan bilingual di kelas memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajarannya. Dalam bilingualisme, menurut Halliay & Strevens, ada batasan-batasan/kekurangan seperti berbicara lebih kepada satu bahasa saja tetapi terbatas. Adanya Perbedaan antara masyarakat dwibahasa dengan individu dwibahasa dalam pengaplikasiannya.28 Jadi kemampuan seeorang dalam dwibahasa itu dapat ikatakan relatif tidak selalu ibatasi sebagai penggunaan bahasa yang sempurna alam segala konteks, dalam semua keadaan, dalam semua situasi dan kondisi tertentu. Menurut Cummins dan Macnamara bahwa kelemahan bilingual mungkin mengakibatkan gangguan kognitif, serta pembangunan linguistik, pendidikan bilingual menempatkan anak-anak pada risiko kegagalan akademis atau delay, dan anak-anak bilingual

mengalami gangguan kapasitas untuk belajar bahasa akan terganggu lebih jauh jika terkena lebih dari satu bahasa, secara bersamaan.29 Namun, kelemahan seperti ini tentunya dapat diselesaikan dengan proses pembelajaran yang kontinuitas. Semakin bertambahnya kemampuan bahasa seorang anak akan membantu mengurangi kepasifan ini.

Sedangkan bilingual memiliki beberapa kelebihan dalam hal orientasi analisis bahasa mereka tampaknya cukup kuat. Vygostsky mengemukakan bahwa “bilingualisme memungkinkan seorang anak untuk melihat bahasa sebagai satu sistem tertentudi antara banyak, untuk melihat fenomena di bawah kategori yang lebih umum, dan ini menyebabkan kesadaran operasi linguistiknya”.30 Dalam penelitian Ben-Zeen ditemukan bahwa pada tes ini

28

Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kedwibahasaan. Bndung: Angkasa. 2009. Cet. I. hal. 3-5

29

Jim Cummins, Bilingualism and Special Eucation: Issues in Assesment an Pedagogy, 1984,

p.10

30


(1)

o0 .o E O ui qr (B ! H

\

\E->

'\-f-EE

ft)=

EI

o0 .(] (1 () lri +r(c Lr 63 O.

(

:

-\_ \

l

LA (Bd

tr6

re -(L)

*q

co @ tr-oo

F-

r- tr-tr) .+ ca t--\o \o

N N (r)$

rv (,

tro

CgEr

+Y E/]

r+

-d-N

N c.i Nco o\ o\

+.i

E

;) h F. oi $r (u (d

i-+i

T\ -nJ h\ ! u

v

*t

m

5.tr

Sol

q^ \61 oll cd i.

.i -=

CU

'=v bo q)d

E.F

%6

liHv\

dF-EEF

+r boi

co -o iJi

ctr

.O

m

ir'

AsE

i riv

€t-r

dca

5

a!

s\9.

E.l

u '9 Y cd

Ei:r

:YS?

.=$(, - +r Lrr

! 9 q u ! +

{r-:l

V:

BF N

s6

q)v

\-b"o ol Lrd ,!v (/)

Ei al dl \J ol

P)= L.J

oc

(/) () C.I N (r) a () l-i \) I4i

UU)

Soo

S-{r!

!F *c) HZ

VE

= f!:.^

q

xts

aPot

6 S';

E X'r' :* rY C)

F<JZ

% q)

€K

\i Fr;

"AC hr

"Eo

Nco

Rl co

^=A

{*-:

a)CS

$ a/)

Nd

Qs

1i

r-Eh

A6

--!

ai

.r 6l

.v(s

qh

i _J

.=

'9*y

\s

;t;

).^v H C/]\ =

aSQ

'E

tr

'-1

<fi[

cdROO

rJsi

-F<

HR€

-1

"d"G

H

cn

SPq .=\c<

5S%

EN$

xGt.^

@

r. i ll$

s h",'

=

5du.E

\:-i o

z

N ca

-{-tr) \o a. I I

.t

lu >' ri I V

E

4 FA H

z

a

.l

,=

tu J bI) d .t

-,.1 m d F bOJ?t

oZa-L

L :'

cU i< .o -= :4d-2. rli= -LUF .u;

-otr*(E

gocs+^>,

f-^o2za'

-co'ii]=t-(soq(dr^'

Z1 i^A

=

ri ty:b0b0 !:

--o-o

J-=a.=.=

!;=5"o

cs=!9b6


(2)

*

--d.*,

\J-s

re.

-€

=t:

-r-

-)-p

<>--Er

G

_

\\

q

\

\

l

oo

Ir-s

q

aA

s

N \o o\

n

o\ .+ .+ oo

N

tr-C..l co (.'I N ol c\

\o o\I

o.l \o oo N o\ (r-\o .+ N ca ca \o N

o\ O N $ \o

N c.lcn

tr)

.*

cn N cO ca

(\

6l

:

P Lr (6 j4 CB

x

,lu o

\oo

u

t--*\<

';

co

,{

-q

rrl ro -oo q)* U+j 'S) ()

s r\

.B

-r

<tr

o

,lz

.V CS

o>

.O ol

tro

s>

Ft dl

'E

rr.

cd Or :E co

u

.\r

\

a)

tr

S c'l Scs (JF qJH

$s

$o\

otJ

!Lr

t.g

i<

\r .-A3

am

ots

oo-tr

.. lrl as

q-E a -y/ =63 o\

.t

Fi Boo -R

\o>

\

\./ ar ia \O

S.t

s!s

a)-ssv

Nd

,<

u)

-o

\F<

F; Le

N'E

=-l

B6

No4

d(-Eil

fri b{

ooE

HE

za

s-9

q

:(,

d

r,:

s-

-.i

B-U1

A6

{

Son S9

vN

id

c6 -V

cd

a) 6Oi

z.--cg cd cg

-v6

-o

::

= (J -ll}J

trcd

o_v

oid

i \-, o E.:U ()Ea-1i $H

X o-c

A s$

I

s ,\e

\

\

\) tr

s-boi

o0q

o*

-oo

=oo

.:

o\ $in

a-a

o<

=^n

\(d

.r il

gs

sm

5>

SN

G,.

SN $ bo=

N.t

<oo

Ca-t6

iu

ul %(g $L

ag

.=

>. 'd' b!

oo

LI

Erl]

cS

tr-0a H.{

J..()cd

FdE

a-u

c:v

(Ba

VJ

EO

6>

oo N v! 'FS :X

q-v

t<

*l--Aa , yt{

tril

NK

\-(€

*-v

$B B'*

=s)

N

".<

-rR

(shJ

E.-cr, S'

,N

!u

'HRto

.4$Fl

IE a- -c t. u -v

tq,

t

c.l

ri

SE

-

,.{ BO\

u_o

q)-bu

\cd

Xc)

.i()

Y-trE

oi-bo !s

->)

=.o

rid

-,:

a

;z 63

sb

x.o

dE

<6

/{

o\ GN

3A

qo

NO

liso

S$E

S

F>

SEE

!vd

s M=

SF-n

S$*r

sse

ssE

Nq-:

N

ss

asi

! 3*

c \ No

-i !'S

oo

.= aiS*

EA-*s--c

'E

E*-r

E li

*E .ii

>€38

'a

o

F

bb

r-€

Cd EQo

-

c-l I

J'o\ -\r i

istr

s*

s"

^q)

>

\P

-()

s\J

^o\

-\4 o\

Eu

ih

cdo

tr-v

r!v

Ets

AM

-: S x: ! t\ {l bO q q L u M

t)-fucn

,o\

.:' o\

9U

\J

ot

.ibi

qc

ai

}H

no

xcl

Qcr :i!

ST

*o

v.3

.S

o.r

q qJ^

sc{

NX

s

c-.1

- c/)

P(,

E9

!i F\(,

i. ;i *U

Qg

jo

='o

-\<i

!z

()r: Hd ,= c6

F3

I M aa ! .E: s bo ca q q)

=;6

\;;

,$'od A(oo

^o\

ti-()

JZS

LIJ 1\ -P

or{

63 ?4

|,-=

c.r "x!o

! L.i SP

.si

s9\i I! \g

.s9

oa l-r

sc)

5S

oea

(Bs

9pB

x&

.: Q.l

IE tr.


(3)

#

\=1

\r-

H

-?::

+\<

$

>s

) \/

>+a

C

\

i L.

c

s

--.>

o'

N

+

o\ Ntr-

$

cn

6l t--ca c.'l tr) cO $ N tr-\o t-r

(\

a

N ooN o\N cnca cacr.) cacA $cn

r-cA

\i

ca N ll -l (sl (dl al csl 'r.l 13t 0)l \l

Ql=

al

o

OI

N

9l .-Nt i..i

>t

q

=l

c

OI J!

PI

gl\o

(,I Cd

o0 bt

ol

b{

-I CB

Lt l9

tiI,E

Bt-c

-Yl

gl';l

dl HI oi

[i

=l.E

.g

ru

EYI

Ft ul

t

(d

E

.ox

'5o8=

oo-=

E

s^x

N

.H'E

<

q*

si'-:

UrE€

S E=

s.3E

-s3e'

h

^^'9 .Fi N .H

.\rY*

El$q-€sH

>S

s

9\H

€*

9or

-o*d 9N

-.CeaH

'i !rd- S.i

\<lPE (d

,4\iJ-C ij H3-i

(sd

-'S

'av

(dcu

o-

oo

d'tr+

H

So

vEsi

t

(.)_c

E.'Y

.

<

0);-i

'E.

o

A

lOU

" O\o

j

.54

o

H'E o

.qoiN

b0'= c6

zl

E>

ss

s

L (g t-i

(B

oo=

)))

OcoO

!

!o

*r .S

tQo

G.t

uo,

Q-^ ss{

sS

F! ,Fs ^v

=\

\l-bot

9\i

ti '=q HY ie rr aa

trh

l- \i

j >. L 'llcd a cd

'F

a- 0-)

"Y^l

Q+

Q9

(ttv Pg

5

"r<

rr*

S

E&

>..:

?t".r

H

PI-.

E

i=

z{.H

F

lJ<

-k J1 F-) Gi q)

s\f,

$ca A:N

S ,''1

$E

\,) 'Sr

l*-!

.Bo

<\J

xA

iJtr)

EO

jv JN 'rr </ .:

.)o

.E c-: a(g !-V

E9

6C

!v

Eca

\-:

$lr q.

M.:

s-E

SY

\)-o\o

So

<

c-.1

11. A

.2 v)

o.g

\CB

c)=

r,z

CBH Fcd C! tr CAE

rl-U) \i 6Jh

>.6

aq

'i^.\l

$rr

": cG

o*

.$@

<5

.^61

cB. i- CU Jid >. </ ,d\ 9U

()

-'r

a5

dl<

tro-O .r -Cg F9 J(S Qi -V

!:

,-E=

tr.i

Ed

a

-B

(S a)

U)e

.,

\)

IE A-6

q1

3

.x

;1

SX

.=Cj)

YO

.s

a'

$c{

^a.) 'ti S

t-g

*r

dc

<.'A

4tr,

3e

8i

o

..

Soo

a

ol

tsa -,f \O

-'! # -rCl X

it-qrn\o

N

c.l ca

N

$CN

tr)


(4)

FOTO FOTO KEGIATAN


(5)

(6)