Tahap Pengembangan Karakter Siswa

kognitif dan mendalam sampai kepenghayatan nilai secara afektif. Menurut Mochtar Buchori 2007, pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing abak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan dengan kata-kata cipta, rasa dan karsa. 11

6. Pengembangan Diri di Sekolah

a. Latar Belakang Program Pengembangan Diri

Latar belakang terbentuknya program pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 karena melihat semakin majunya suatu zaman, makan semakin maraknya moral yang kurang baik berkembang karena tidak menutup kemungkinan teknologi juga semakin canggih dan pasti sangat mempengaruhi pergaulan anak bangsa. Maka dari itu untuk upaya mengoptimalkan moral anak bangsa SMP Bakti Mulya 400 menciptakan sebuah program yang disebut pengembangan diri. Program pengembangan diri di sini adalah suatu program yang diciptakan sekolah, untuk membantu dalam pembentukan atau pembinaan akhlak siswa agar mampu memiliki akhlak yang baik, karena sekolah bukan hanya membentuk dari sisi kognitif saja, melainkan juga dari sisi psikomotorik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya terjadi apabila perubahan tingkah laku dapat diamati, 11 Ibid., h. 39-40 bila kebiasaan berprilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau pengaruh peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Dari berbagai macam teori dalam kelompok behavioristik, program pengembangan diri ini mengacu kepada teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik. 12 operant conditionging adalah bagian dari teori behavior yang dikembangkan oleh Skinner, merupakan pengembangan dari stimulus respons. Menurut Skinner perubahan tingkah laku yang kemudian akan menjadi kebiasaan akan menimbulkan efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa, program pembiasaa akan lebih berhasil apabila diberi penguatan atau stimulus respon. 13

b. Macam-macam Pengembangan Diri

Macam-macam pengembanagn diri yang diterapkan SMP Bakti Mulya 400 yaitu: pengembangan diri rutin, pengembangan diri keteladanan dan pengembangan diri spontan. Yang penulis teliti hanya salah satu dari program tersebut yaitu pengembangan diri rutin. Dalam program ini terkait di dalamnya, pertama shalat berjama‟ah yang dilakukan setiap saat shalat zuhur dan dhuha, kedua tadarus al-Qur`ân yang dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya pembelajaran dan ketiga upacara bendera yang dilakukan dua minggu sekali. Pengembangan diri rutin ini salah satu yang membantu dalam pembentukan akhlak siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik. Maka dari itu, akan penulis paparkan pengertian serta nilai-nilai akhlak yang didapatkan dalam pembinaan terkait shalat, tadarus dan upacara, sebagai berikut: 12 Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, April 2010, Cet ke-III, h. 237 13 Ibid., h. 241 a Shalat 1 Pengertian Shalat Shalat merupakan ritual keagamaan umat Islam yang menduduib posisi paling puncak di banding ibadah-ibadah lainnya. Ia menempati peringkat kedua setelah umat Islam berikrar syahadat, menyatakan diri bahwa Allah Swt Swt merupakan pencipta paling patut disembah serta, Nabi Muhammad Saw terakhir yang diutus Allah Swt ke dunia ini. Setelah itu, barulah ibadah-ibadah lainnya bias dilakukan. 14 Adapun pengertian shalat yang lain adalah ibadah badaniah yang telah diwajibkan Allah Swt atas setiap muslim, agar menunaikannya lima kali dalam sehari semalam, diwaktu-waktu yang telah ditentukan dengan berdiri menghadap kiblat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 15 Namun secara lebih luas, shalat pun bisa menyimpan makna yang beragam. Misalnya saja saat Allah Swt menyebut kata shalat kepada Nabi Muhammad Saw. Jika merujuk pada makna kata dasar, berarti Allah Swt sedang berdoa kepada Nabi Muhammad Saw, namun yang dimaksud adalah pujian kepada Nabi.                Sesungguhnya Allah Swt dan Malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk Nabi , Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Q.S al-Ahzab : 56. 16 14 Sari Narulita, Tuntunan Praktis Shalat, Cibubur: PT Variapop Group, 2012, Cet. I, h. 14 15 Ahmad Sudirman, Keajaiban Shalat Rawatib, Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009, Cet. I, h. 2 16 Kementrian Agama RI, Al-Qur`ân Perkata Indonesia Inggris, Ttp: Kalam Media Ilmu, 2012, h. 426 Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan. Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat 157:            Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk .” 17 Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan Karena antara keduanya shalat dan doa terdapat kesesuaian. antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan. 18 2 Hukum Shalat Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapan al-Qur`ân, sunnah dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al- Bayyinah ayat 5:                   Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus .” 19 17 Ibid, h. 24 18 Narulita, op, cit., h. 15 19 Kementrian Agama RI, op, cit., h. 598