Syaddah Tasydîd Hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi. 2 Ini berarti, perubahan akhlak adalah perubahan kondisi batiniyah dan perubahan perilaku lahiriyah secara kausalitas, yang terjadi sedemikian rupa hingga ia tidak lagi dipikirkan dan dipertimbangkan oleh pelakunya. Perubahan akhlak adalah perubahan ruhani sekaligus membicarakan perubahan akhlak meniscayakan untuk terlebih dahulu mengerti tentang eksistensi dan hakekat ruhani, daya-daya ruhani, dan dinamika ruhani sebelum ia berbicara tentang kaitan keadaan ruhaniyah dengan perilaku lahiriyah. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan. Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi dikalangan pelajar atau mahasiswa maupun kalangan lainnya, jelas menunjukan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter dilembaga pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan pada guru agama saja, karena pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak, termasuk semua guru disekolah, staff tata usaha, bahkan orang tua dirumah. Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan sentral dalam menanamkan, mentransformasikan, dan menumbuh kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, 2 Akhmad Sodiq, “Problematika Pengembangan Pembelajaran PAI”, Tahdżîb JurnalPendidikan Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009, h. 38 pikiran, dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuh kembangkan karakter siswa yang baik. Menurut beberapa sumber buku, pendidikan karakter perlu dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit. Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik components of good character yaitu moral knowing pengetahuan tentang moral, moral feeling penguatan emosi tentang moral dan moral action perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan. 3 Karakter seseorang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan, maka karakter akan menjadi kuat dan akan terwujud menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter tidak melaksanakan sesuatu karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan, karena cinta itulah maka muncul keinginan untuk berbuat baik. Ketika membahas tentang masalah bergesernya nilai-nilai akhlak dikalangan siswa, maka secara cepat akan terlintas dibenak, berbagai potret kelam yang telah dilakukan oleh beberapa orang lain dari kalangan siswa atau pelajar. Harus kita akui bahwa kemerosotan akhlak terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pendidikan dalam keluarga akan tetapi kurangnya pendidikan akhlak di sekolah. Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja termasuk peserta didik. kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan. Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, dengan adanya program percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program akselerasi itu sendiri adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta 3 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabet, 2012, h. 38