Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan life histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
”
26
Dalam pengumpulannya langkah-langkah yang digunakan: 1 mengumpulkan data-data yang diperoleh dari sumber primer dan
sekunder. 2 melakukan editing terhadap data yang telah dikumpulkan.
3 menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai dengan urutan pembahasan yang telah direncanakan.
b. Wawancara Lexy J. Moleong
menyatakan, “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. ”
27
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara pendekatan menggunakan petunjuk umum
wawancara. Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa wawancara pendekatan
menggunakan petunjuk umum wawancara adalah sebagai berikut: Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan
pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Petunjuk wawancara hanyalah berisi
petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang dirancanakan dapat seluruhnya
tercakup. Tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara
dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks
wawancara yang sebenarnya.
28
Pada penelitian ini, peneliti akan mewawancarai narasumber yang memahami atau ahli dalam kebijakan pendidikan Islam di
Indonesia, yaitu Prof. Dr. Husni Rahim yang merupakan Guru Besar
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: CV Alfabeta, 2011, Cet. XIII, h. 329.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, Cet. XXI, h. 186.
28
Ibid., h. 187.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan-UIN Jakarta, dan pernah menduduki posisi strategis di Kementerian Agama, di antaranya
pernah menjabat Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama sekarang Kementerian Agama. Tugas
utama yang diembannya ketika itu adalah menangani masalah kebijakan dan pengambilan keputusan bagi pengembangan
pendidikan Islam.