Implementasi PP RI No. 55 Tahun 2007

66

BAB IV PP RI NO. 55 TAHUN 2007

PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

A. PP RI No. 55 Tahun 2007 ditinjau Berdasarkan Bentuk Kebijakan

Publik Kebijakan publik jika ditinjau berdasarkan bentuknya, menurut Riant Nugroho, “Ada empat bentuk kebijakan publik, yaitu bentuk formal, kebiasaan umum lembaga publik yang telah diterima bersama konvensi, pernyataan pejabat publik, dan perilaku pejabat publik. ” 1 Kebijakan publik dalam bentuk formal adalah keputusan-keputusan yang dikodifikasikan secara tertulis dan disahkan atau diformalkan agar dapat berlaku. Berdasarkan hal tersebut, maka PP RI No. 55 Tahun 2007 dapat digolongkan sebagai kebijakan publik dalam bentuk formal, karena PP RI No. 55 Tahun berbentuk tulisan yang telah diformalkan dalam ketetapan presiden dan diundangkan oleh menteri hukum dalam lembaran negara. 2 Oleh sebab itu, PP RI No. 55 Tahun 2007 bukan konvensi, bukan pernyataan pejabat publik, dan bukan pula perilaku pejabat publik. Menurut Riant Nugroho, “Kebijakan publik dalam bentuk formal terdiri dari perundang-undangan, hukum, dan regulasi. ” 3 Perundang-undangan oleh Riant Nugroho adalah “kebijakan publik berkenaan dengan usaha-usaha pembangunan nasion, baik berkenaan dengan negara maupun masyarakat atau rakyat. Karena berkenaan dengan pembangunan, maka perundang-undangan lazimnya bersifat menggerakkan, maka wajarnya ia bersifat mendinamiskan, mengantisipasi, dan memberikan ruang bagi inovasi.” 4 Berdasarkan penjelasan di atas, maka PP RI No. 55 Tahun 2007 merupakan bentuk kebijakan formal yang perundang-undangan. Karena, lahirnya PP RI No. 55 Tahun 2007 bukan upaya yang bersifat membatasi dan 1 Riant Nugroho, Public Policy, Edisi V, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014, h. 136. 2 PP RI No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124. 3 Riant Nugroho, op.cit., h. 137. 4 Ibid. melarang, apalagi pelimpahan aset negara ke lembaga bisnis. Melainkan, sebagai usaha negara dalam pembangunan warga negara dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Sebagaimana penjelasan klausul “Menimbang” dan “Mengingat” PP RI No. 55 Tahun 2007 bahwa PP tersebut diundangkan adalah sebagai amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 5 Selain itu, dijelaskan dalam UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan bahwa Peraturan Pemerintah merupakan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan. 6

B. PP RI No. 55 Tahun 2007 ditinjau Berdasarkan Tingkatan Kebijakan

Publik UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- udangan menjelaskan tentang hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; 3. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 4. Peraturan Pemerintah; 5. Peraturan Presiden; 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan 7. Peraturan Daerah KabupatenKota. 7 Tingkatan hierarki perturan perundang-undangan di atas menurut Riant Nugroho adalah sebagai berikut: Membuktikan bahwa Indonesia masih menganut model Kontinental, warisan penjajah Belanda, di mana kebijakan publik dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum, atau mendasar, yang lazim diterima mencakup UUD, TAP MPR, UUPerpu. 2. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah, atau penjelas pelaksanaan yang lazim diterima mencakup PP dan Perpres. 5 Klausul Menimbang dan Mengingat PP RI No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. 6 Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 7 ayat 1 UU RI No. 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 7 Pasal 7 ayat 1 UU RI No. 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. 3. Kebijakan publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan di atasnya yang lazim diterima mencakup Perda-Perda. 8 Kemudian, menurut Riant Nugroho, “Dengan jenjang kebijakan publik seperti di atas yang amat berlapis mengakibatkan sebuah UU, baru dapat diimplementasikan jika sudah ada peraturan pelaksanaan, kalau perlu sampai KabupatenKota. ” 9 Berdasarkan penjelasan di atas, maka PP RI No. 55 Tahun 2007 merupakan kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah, atau penjelas pelaksanaan dari kebijakan yang di atasnya. Sebagaimana juga penjelasan Tri Widodo Wahyu Utomo bahwa PP adalah kebijakan penjelas atau pelaksana UU. Kebijakan publik memiliki dua lingkup yang masing- masing lingkup memiliki tingkatan. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Lingkup Nasional a Kebijakan Nasional Kebijakan negara yang bersifat fundamental dan strategis dalam pencapaian tujuan nasional. Wewenang dari MPR, dan Presiden bersama-sama dengan DPR. Bentuk dari kebijakan ini, yaitu: UUD,TAP MPR, UU, PERPU. b Kebijakan Umum Kebijakan Presiden sebagai pelaksana UUD, TAP MPR, UU. Kebijakan ini guna mencapai tujuan nasional. Wewenang dari Presiden. Bentuk dari kebijakan ini, yaitu: PP, KEPPRES, INPRES. c Kebijakan Pelaksanaan Penjabaran dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu. Wewenang dari menteri pejabat setingkat menteri dan pimpinan LPND Lembaga Pemerintah Non Departemen. Bentuk dari kebijakan ini, yaitu: Peraturan, Keputusan, Instruksi Pejabat tertentu. 10 2. Lingkup WilayahDaerah a Kebijakan Umum Kebijakan Pemerintah Daerah sebagai pelaksanaan asas Desentralisasi dalam rangka mengatur urusan Rumah Tangga Daerah. Wewenang dari Kepala Daerah bersama DPRD. Bentuk dari kebijakan ini, yaitu: PERDA. b Kebijakan Pelaksanaan 8 Riant Nugroho, op.cit., h. 138. 9 Ibid., h. 52. 10 Tri Widodo Wahyu Utomo, Pengantar Kebijakan Publik Introduction to Public Policy, Bandung: STIA LAN Bandung, 1999, h. 9. Wewenang dari Kepala Daerah atau Kepala Wilayah. Bentuk dari kebijakan ini, yaitu: Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah, atau Keputusan Kepala Wilayah dan Instruksi Kepala Wilayah. 11 Peraturan Pemerintah dalam penjelasan di atas merupakan bagian dari kebijakan lingkup nasional dalam tingkat kebijakan umum. Kebijakan umum merupakan kebijakan yang ditetapkan presiden sebagai pelaksana UUD, TAP MPR, UU. Artinya, PP merupakan kebijakan turunan dari kebijakan yang di atasnya, seperti, UUD, TAP MPR, dan UU. Hal ini senada dengan penjelasan UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan berkaitan dengan hierarki kekuatan peraturan perundang-undangan, “Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat 1. ” 12 Ayat 1 yang dimaksud adalah pasal 7 ayat 1 yang telah disebutkan di atas. PP RI No. 55 Tahun 2007 sebagaimana penjelasan di atas, merupakan peraturan perundang-undangan sebagai kebijakan pelaksana atau turunan dari UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana penjelasannya, “Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat 4, Pasal 30 ayat 5, dan Pasal 37 ayat 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan .” 13 PP sebagai penjelas kebijakan di atasnya, juga ditegaskan dalam UUD 1945, “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.” 14 Lalu, dipertegas lagi dalam UU RI No. 12 Tahun 2011, “Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. ” 15 11 Ibid., h. 10. 12 Pasal 7 ayat 2 UU RI No. 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. 13 Klausul Menimbang PP RI No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. 14 BAB III Kekuasaan Pemerintahan Negara, Pasal 5 ayat 2 UUD 1945. 15 Pasal 12 UU RI No. 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.