yang memiliki hubungan dengan penelitian ini yang tujuannya adalah untuk memberikan informasi atau pengetahuan tambahan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi content analysis. Menurut Amirul Hadi dan Haryono:
Penelitian dengan metode analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk
lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisis semua bentuk komunikasi,
seperti pada surat kabar, buku, puisi, film, cerita rakyat, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
29
Teknik analisis isi dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan isirumusan PP RI No. 55 Tahun 2007 mengenai
pendidikan keagamaan Islam dengan teori kebijakan publik. Untuk melaksanakan teknik analisis isi tersebut, maka langkah-langkah yang
digunakan adalah dengan menyeleksi sumber data yang relevan, menyusun item-item yang spesifik, mengurai data atau menjelaskan data,
sehingga berdasarkan data tersebut dapat ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan-kesimpulan.
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam di Indonesia bukankah penelitian yang baru. Ada beberapa peneliti yang telah
melakukan penelitian tentang hal tersebut, di antaranya: Fauzan, dalam tesisnya yang berjudul Kebijakan Pemerintah terhadap
Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri PTAIN di Indonesia: Suatu Analisis Kebijakan dalam Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Penelitiannya
mengkaji kebijakan-kebijakan pemerintah pada Orde Lama dan Orde Baru tentang persoalan kurikulum, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan
persoalan anggaran yang dilihat dari sisi historis dan manajemen yang terjadi
29
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998, Cet. I, h. 175.
pada masa itu. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui apakah kebijakan yang diterapkan pemerintah Orde Lama dan Orde Baru mampu
menciptakan PTAIN yang lebih inklusif atau eksklusif. Hasil penelitiannya adalah ia menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru sangat berpengaruh terhadap proses penciptaan kondisi PTAIN yang lebih inklusif, terbuka, dan lebih memberi peluang kepada para lulusan
perguruan tinggi ini.
30
Kemudian, penelitian oleh Abdul Karim Lubis dalam tesisnya yang berjudul Kebijakan Pemerintah tentang Pendidikan Islam di Era Reformasi:
Studi UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pemerintah, apa tujuan pemerintah,
dan apa implikasinya pemerintah mengakomodasi lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam UU Sisdiknas tahun 2003. Ia membatasi pendidikan
Islam sebagai lembaga yaitu madrasah, madrasah diniyah, dan pondok pesantren. Hasil penelitiannya adalah ia menemukan bahwa kebijakan politik
pendidikan pemerintah era reformasi mengakomodasi lembaga-lembaga pendidikan Islam cenderung murni berasal dari keputusan politik pemerintah
itu sendiri, tanpa ada lobi-lobi, intervensi dan desakan dari eksternal. Lalu, implikasinya adalah diposisikannya madrasah sekolah umum berciri khas
Islam sebagai komponen utama dalam sistem pendidikan nasional dan diintegrasikannya pendidikan diniyah dan pondok pesantren ke dalam sistem
pendidikan nasional.
31
Sedangkan penelitian ini fokus pada bagaimana rumusan PP RI No. 55 Tahun 2007 mengenai pendidikan keagamaan Islam perspektif kebijakan
publik, karena belum ada sepengetahuan peneliti, penelitian yang secara khusus mengkaji PP RI No. 55 Tahun 2007 mengenai pendidikan keagamaan
Islam perspektif kebijakan publik. Oleh karena itu, hal tersebut layak untuk diteliti.
30
Fauzan, “Kebijakan Pemerintah terhadap Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri PTAIN di Indonesia: Suatu Analisis Kebijakan dalam Pemerintahan Orde Lama dan Ord
e Baru”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003, tidak dipublikasikan.
31
Abdul Karim Lubis, “Kebijakan Pemerintah tentang Pendidikan Islam di Era Reformasi: Studi UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009, tidak dipublikasikan.
18
BAB II KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENDIDIKAN KEAGAMAAN
A. Kebijakan Publik
Menurut Yoyon Bahtiar, “Kejalasan maknawiyah tentang kebijakan dapat ditelusuri dari literatur kebijakan tentang ketatanegaraan yang
menganggap bahwa ilmu kebijakan sering dianggap lebih dekat kepada Administrasi Negara dibandingkan dengan Ilmu Politik.
”
1
Solochin menyatakan bahwa: Mendefinisikan atau merumuskan apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik itu ternyata bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan penyebab dari kesukaran ini, karena kebijakan publik itu sendiri -sebagai
bidang kajian- seumpamanya hamparan lahan garapan, bukan hanya terdiri dari satu petak dan satu lapis dengan satu penggarap melainkan terdiri dari
berlapis lahan-lahan garapan dari sekian banyak penggarap.
2
1. Definisi Kebijakan Publik
Banyak tokoh yang mencoba mendefinisikan apa itu kebijakan publik, di antaranya adalah sebagi berikut:
Definisi yang sering dikutip dan hampir selalu dapat kita jumpai di setiap buku teks yang ditulis oleh para ahli adalah yang dikemukakan
oleh Thomas R. Dye sebagaimana dikutip oleh Riant Nugroho, “Kebijakan publik ialah whatever governments choose to do or not to do
pilihan tindakan apa pun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah. Namun, meski cukup akurat, ia sebenarnya tidak cukup
memadai untuk mendeskripsikan substansi atau esensi kebijakan publik yang sesungguhnya.
”
3
1
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. I, h. 31.
2
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, Cet. I, h. 11.
3
Solichin, op.cit., h. 14.