C. PP RI No. 55 Tahun 2007 ditinjau Berdasarkan Tujuan Kebijakan
Publik
Tujuan dari kebijakan publik dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Men-distribusi sumberdaya negara kepada masyarakat, termasuk di
dalamnya alokatif, realokatif, dan redistribusi, versus mengabsorbsi atau menyerap sumberdaya ke dalam negara.
2. Regulatif versus deregulatif. 3. Dinamisasi versus stabilisasi
4. Memperkuat negara versus memperkuat masyarakatpasar.
16
Tujuan kedua dari kebijakan publik adalah regulatif versus deregulatif. Regulatif adalah kebijakan yang bersifat mengatur dan membatasi, sedangkan
deregulatif adalah kebijakan yang bersifat membebaskan. Tujuan ketiga dari kebijakan publik adalah dinamisasi versus stabilisasi. Dinamisasi adalah
kebijakan yang bersifat menggerakkan sumberdaya nasion menuju kemajuan tertentu yang dikehendaki, sedangkan stabilisasi adalah kebijakan yang
bersifat mengerem dinamika yang terlalu cepat agar tidak merusak sistem yang ada. Kebijakan dengan tujuan memperkuat negara adalah kebijakan
yang mendorong lebih besar peran negara, sedangkan kebijakan dengan tujuan memperkuat publikpasar adalah kebijakan yang mendorong lebih
besar peran publik daripada peran negara.
17
Rumusan PP RI No. 55 Tahun 2007 terkait dengan pendidikan keagamaan Islam memiliki lebih dari satu tujuan kebijakan publik. Tujuan
tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan regulatif.
PP RI No. 55 Tahun 2007 memiliki tujuan regulatif, yaitu membatasi dan mengatur bagaimana penyelenggaraan pendidikan keagamaan Islam.
Rumusan regulatif tersebut terlihat dalam Pasal 14 ayat 1 s.d ayat 3. Pada pasal tersebut mengatur dan membatasi tentang bentuk pendidikan
keagamaan Islam, yaitu terdiri dari pendidikan diniyah dan pesantren. Kemudian juga mengatur dan membatasi jalur apa saja yang dapat
diselenggarakan oleh pendidikan diniyah dan pesantren.
16
Riant Nugroho, op.cit., h. 155.
17
Ibid., h. 154.
Pada Pasal 15, rumusan regulatifnya adalah jenjang pendidikan diniyah formal, yaitu terdiri dari jenjang pendidikan anak usia dini, dasar,
menengah, dan tinggi. Kemudian, Pasal 16 s.d Pasal 17 membatasi dan mengatur jenjang pendidikan diniyah formal jenjang dasar dan
menengah. Kemudian, Pasal 18 ayat 1 s.d ayat 2 mengatur dan membatasi kurikulum wajib pendidikan diniyah formal jenjang dasar dan
menengah. Sedangkan, pasal yang mengatur dan membatasi pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan tinggi diatur dalam Pasal 20 ayat 1
s.d ayat 3. Lalu, yang mengherankan adalah tidak ada pasal untuk rumusan yang mengatur tentang pendidikan diniyah formal jenjang
pendidikan anak usia dini. Padahal, telah disebutkan pada Pasal 15 bahwa jenjang pendidikan diniyah formal terdiri dari pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Terkait dengan pendidikan diniyah nonformal diatur dalam Pasal 21
s.d Pasal 25. Sedangkan, pasal yang mengatur dan membatasi pendidikan informal tidak ada. Pasal yang mengatur dan membatasi pesantren
termaktub pada Pasal 26 yang terdiri dari tiga ayat. 2. Tujuan deregulatif
PP RI No. 55 Tahun 2007 memiliki rumusan tujuan deregulatif, yaitu yang bersifat membebaskan. Pasal terkait pendidikan keagamaan Islam
dengan tujuan tersebut hanya sedikit. Rumusan deregulatif, terkait dengan pemberian nama pada satuan pendidikan diniyah formal jenjang
dasar dan menengah. Rumusan tersebut termaktub pada Pasal 16 ayat 3 bahwa penamaan satuan pendidikan diniyah formal jenjang dasar dan
menengah adalah hak penyelenggara pendidikan yang bersangkutan. Kemudian, rumusan deregulatif juga termaktub pada Pasal 25 ayat 4
bahwa penamaan atas diniyah takmilyah merupakan kewenangan penyelenggara.
3. Tujuan dinamisasi PP RI No. 55 Tahun 2007 memiliki rumusan tujuan dinamisasi, yaitu
yang bersifat menggerakkan sumberdaya nasion untuk mencapai tujuan tertentu. Pasal dengan rumusan dinamisasi termaktub pada pasal
penjelasan umum pendidikan keagamaan yang juga memiliki keterkaitan dengan pendidikan keagamaan Islam, yaitu pada Pasal 13 ayat 2 bahwa
pendidikan keagamaan dapat didirikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah danatau masyarakat. Rumusan dengan tujuan dinamisasi tersebut
terkait dengan diberikannya hak untuk mendirikan lembaga pendidikan keagamaan Islam oleh swastamasyarakat.
4. Tujuan stabilisasi PP RI No. 55 Tahun 2007 memiliki rumusan dengan tujuan
stabilisasi, yaitu bersifat mengerem agar sistem yang ada tidak rusak, maka dibuatlah standar yang harus diikuti. Rumusan dengan tujuan
tersebut terkait dengan adanya standar-standar pendidikan yang harus diikuti.
Pasal 13 ayat 5 yang menjelaskan bahwa pendirian satuan pendidikan keagamaan diatur oleh Menteri Agama yang berpedoman
pada ketentuan Standar Nasional Pendidikan. Pedoman tersebut terkait dengan isi pendidikankurikulum, jumlah dan kualifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran, sumber pembiayaan untuk
kelangsungan program pendidikan sekurang-kurangnya untuk 1 satu tahun pendidikanakademik berikutnya, dan sistem evaluasi.
18
Selanjutnya, Pasal 19 ayat 1 s.d ayat 2 menjelaskan standar ujian nasional pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Terkait dengan standar pendidikan formal jenjang pendidikan tinggi
juga terdapat rumusannya. Rumusannya termaktub pada Pasal 20 ayat 4. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pendidikan diniyah jenjang
pendidikan tinggi diselenggarakan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kemudian, terkait dengan standar pendirian lembaga
pendidikan keagamaan termaktub pada Pasal 13 ayat 4 dan ayat 5.
18
Pasal 13 ayat 4 dan ayat 5 PP RI No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
5. Tujuan memperkuat negara PP RI No. 55 Tahun 2007 juga memiliki rumusan dengan tujuan
memperkuat negara, yaitu rumusan yang bersifat memberikan peran negara. Rumusan tersebut termaktub pada Pasal 12 ayat 3 dan ayat 4.
Pasal 12 ayat 3 dan ayat 4 menjelaskan kewenangan negara dalam melakukan akreditasi. Kemudian, Pasal 13 ayat 2 mejelaskan
kewenangan negara dalam mendirikan pendidikan keagamaan. Lalu, Pasal 13 ayat 3 dan ayat 6 menjelaskan kewenangan negara dalam hal
pemberian izin pendirian satuan pendidikan keagamaan. Selanjutnya, pada pasal 19 ayat 2 dijelaskan kewenangan negara dalam membuat
peraturan tentang ujian nasional pendidikan diniyah formal jenjang dasar dan menengah.
6. Tujuan memperkuat publik PP RI No. 55 Tahun 2007 memiliki rumusan dengan tujuan
memperkua publik, yaitu rumusan yang bersifat memberi peran kepada publik. Rumusan tersebut termaktub pada pasal penjelasan umum
pendidikan keagamaan yang juga memiliki keterkaitan dengan pendidikan keagamaan Islam, yaitu pada Pasal 13 ayat 2 bahwa
pendidikan keagamaan dapat didirikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah danatau masyarakat. Rumusan dengan tujuan memperkuat publik
tersebut terlihat dengan diberikannya hak kepada publikmasyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan keagamaan Islam. Kemudian,
Pasal 16 ayat 3, yang terkait dengan kewenangan penyelenggaran satuan pendidikan diniyah formal jenjang dasar dan menengah dalam
pemberian nama satuan pendidikan. Dan Pasal 25 ayat 4 terkait penamaan
atas diniyah
takmilyah merupakan
kewenangan penyelenggara.
Memperhatikan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Rumusan PP RI No. 55 Tahun 2007 terkait pendidikan keagamaan Islam
memiliki lebih dari satu tujuan kebijakan publik. Riant Nugroho menjelaskan, “Pada praktiknya, setiap kebijakan mengandung lebih dari satu tujuan