terhadap masyarakat itu disebut public service. Para pejabat negara dan seluruh aparatur pemerintahan harus bersikap sebagai pelayan kepada
masyarakat atau disebut public servant. Aparatur pemerintah yang melakukan pelayanan umum itu dikendalikan melalui biro-biro, di mana
sering dinamakan kelompok birokrat dan ini disebut public bureaucracy.
13
Riant Nugroho sebagai public policy specialist di tanah air menyatakan bahwa kebijakan publik
, “Keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan
tujuan dari negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat
pada masa transisi, untuk menuju kepada masyarakat yang dicita- citakan.
”
14
Riant Nugroho juga menyatakan: Kita bisa menemukan lebih dari selusin definisi dari kebijakan
publik, dan tidak ada dari satu definisi tersebut yang keliru, semuanya benar dan saling melengkapi. Hanya satu hal yang perlu dicatat,
beberapa ilmuwan sosial di Indonesia menggunakan istilah kebijaksanaan sebagai kata ganti dari policy. Perlu diketahui,
kebijaksanaan bukanlah kebijakan, karena kebijkasanaan adalah salah satu dari ciri kebijakan publik yang unggul.
”
15
2. Ciri-ciri Kebijakan Publik yang Ideal
Kebijakan publik itu pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas yang unik a unique activity, dalam arti ia mempunyai ciri-ciri tertentu
yang agaknya tidak dimiliki oleh kebijakan jenis lain. Ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan-kebijakan publik bersumber pada
kenyataan bahwa kebijakan itu lazimnya dipikirkan, didesain,
13
Ibid.
14
H. A. R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008, Cet. I, h. 184.
15
Riant Nugroho, Metode Penelitian Kebijakan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, Cet. II, h. 6.
dirumuskan, dan diputuskan oleh mereka yang memiliki otoritas dalam sistem politik.
16
Kebijakan publik yang dapat memberikan keadilan, maka haruslah kebijakan publik yang ideal, yaitu yang unggul, mempunyai tiga ciri
utama, yang sekaligus dijadikan kriteria, yaitu: a. Cerdas.
Cerdas, yaitu
memecahkan masalah
pada inti
permasalahannya. Kebijakan yang harus cerdas intelligent yang secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu cara yang mampu
menyelesaikan masalah sesuai dengan masalahnya sehingga sebuah kebijakan harus disusun setelah meneliti data dan
menyusunnya dengan cara-cara yang ilmiah. Kecerdasan membuat pengambil keputusan kebijakan publik
fokus pada isu kebijakan yang hendak dikelola dalam kebijakan publik daripada popularitasnya sebagai pengambil keputusan
kebijakan.
b. Bijaksana. Bijaksana, yaitu tidak menghasilkan masalah baru yang lebih
besar daripada masalah yang dipecahkan. Kebijaksanaan membuat
pengambil keputusan
kebijakan publik
tidak menghindarkan diri dari kesalahan yang tidak perlu.
c. Memberikan harapan. Memberikan harapan, yaitu memberikan harapan kepada
seluruh warga bahwa mereka dapat memasuki hari esok lebih baik dari hari ini. Dengan memberikan harapan, maka kebijakan publik
menjadi a seamless pipe of transfer of prosperity dalam suatu kehidupan bersama.
Kebijakan publik tidak identik dengan hukum publik, karena hukum publik berkenaan dengan larangan-larangan yang tidak
boleh dilanggar oleh publik, agar kehidupan bersama berjalan dengan tertib, sementara kebijakan publik utamanya berkenaan
dengan kepentingan publik, bukan semata-mata kepentingan negara. Karena itu, ukuran ketiga dari kebijakan ideal adalah
memberikan harapan bagi publik, baik yang menjadi pemanfaat maupun konstituan secara luas.
17
Jika tiga ciri utama kebijakan yang unggul di atas dibuat dalam bentuk tabel, maka dapat dijadikan alat ukur sederhana kualitas kebijakan
publik sebagai berikut:
16
Solichin, op.cit., h. 17-18.
17
Riant Nugroho, Public Policy, Edisi V, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014, h. 744-745.
Tabel Alat Ukur Kualitas Kebijakan Kebijakan
Cerdas Bijaksana
Harapan Kualitas
Kebijakan Kebijakan A
Tidak Tidak
Tidak Amat Buruk
Kebijakan B Ya
Tidak Tidak
Buruk
Kebijakan C Ya
Ya Tidak
Biasa
Kebijakan D Ya
Ya Ya
Unggul Sumber: Riant Nugroho dalam bukunya Public Policy.
18
Riant Nugroho menjelaskan bahwa: Kalau tidak memenuhi semua kriteria, jelas sangat buruk, artinya
tidak layak menjadi sebuah kebijakan, dan kalau perlu dihapus. Kalau hanya satu jenis, kebijakan itu pun masih buruk. Kalau dua kriteria,
masuk kategori kebijakan biasa saja. Selanjutnya, kebijakan yang memenuhi tiga kriteria, adalah kebijakan yang baik dan nilai baik di
sini adalah nilai unggul atau excelleence.
19
3. Bentuk-bentuk Kebijakan Publik
Kebijakan publik memiliki empat wujud, yaitu: a. Kebijakan formal atau Peraturan formal
Kebijakan formal
adalah “keputusan-keputusan yang
dikodifikasikan secar tertulis dan disahkan atau diformalkan agar dapat berlaku. Kebijakan publik diformalkan dalam bentuk legal-
legal tidak senantiasa identik dengan hukum. ”
20
Kebijakan publik tidak identik dengan hukum, karena kebijakan tidak selalu hukum.
Jika hukum itu „menghukum‟ to punish dan membatasi to limit; kebijakan itu mengarahkan to direct membimbing to guide dan
mengelola to govern. Kebijakan publik tidak mengesampingkan hukum, karena hukum adalah salah satu bentuk formal kebijakan
publik.
21
Kebijakan formal dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
18
Ibid., h. 747.
19
Ibid.
20
Riant Nugroho, Public Policy, h. 137.
21
Ibid., h. 70.
1 Perundang-undangan. Perundang-undangan adalah kebijakan publik berkenaan
dengan usaha-usaha pembangunan nasion, baik berkenaan dengan negara maupun masyarakat atau rakyat. Karena
berkenaan dengan pembangunan, maka perundang-undangan lazimnya bersifat menggerakkan, maka wajarnya ia bersifat
mendinamiskan, mengantisipasi, dan memberi ruang bagi inovasi.
22
Untuk perudang-udangan, terdapat dua pemahaman: pola Anglo-Saxon, yang berupa keputusan legislatif dan keputusan
eksekutif; dan pola Kontinental, yang biasanya terdiri dari pola makro, messo, dan mikro.
23
UU RI No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pada Pasal 7, mengatur jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut: a UUD Negara RI Tahun 1945
b TAP MPR c UUPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d Peraturan Pemerintah e Peraturan Presiden
f Peraturan Daerah Provinsi g Peraturan Daerah KabupatenKota
Model susunan jenis peraturan perundang-undangan di atas membuktikan bahwa Indonesia masih menganut model
Kontinentalis yang diwariskan oleh Belanda saat masa penjajahannya
di Indonesia.
Model Kontinentalis
dikelompokkan kebijakan publik menjadi tiga, yaitu: a Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum, atau
mendasar, yang lazim diterima mencakup UUD, TAP MPR, UUPerpu.
22
Ibid., h. 137.
23
Riant Nugroho, Metode Penelitian Kebijakan, h. 9.