Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN
PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI
DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
SENIWATI SEMBIRING
067017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN
PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI
DI BURSA EFEK JAKARTA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SENIWATI SEMBIRING
067017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis : PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI DI BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Seniwati Sembiring
Nomor Pokok : 067017044
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)
(4)
Telah Diuji pada
Tanggal: 17 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak.
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta “
Adalah bensr hasil karya saya dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 17 September 2008 Yang membuat pernyataan,
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, berjumlah 39 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 12 perusahaan. Teknik pengujian data dengan menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linear berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.
Hasil penelitian ini membuktikan secara parsial bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) sebagai indikator kinerja keuangan, sedangkan kebijakan pendanaan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap NPM dan EPS sebagai indikator kinerja keuangan. Secara simultan membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif sementara kebijakan pendanaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap NPM, sedangkan terhadap EPS, ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan berpengaruh positif secara tidak signifikan.
Kata Kunci: Teori trade off, total aktiva, long term debt to equity, NPM, EPS, dan kinerja keuangan.
(7)
ABSTRACT
The objective of this research is to test the impact of firm size and financing policy to NPM and EPS as indicator of finance performance.
The population in research is all real estate company which enlisted in Indonesian Stock Exchange, at a period time of 2002 to 2006, amounting to 39 company. Sample selected by using method of purposive sampling amount to 12 company. Technique test of data is by using simple linear regression to test by parsial and and multiple linear regression to test by simultan, by level of significant alpha 5%.
Result of test by parsial prove that firm size have an effect on positively and significant to NPM and EPS as indicator of finance performance, while financing policy have an effect on negatively in and not significant to NPM and EPS as indicator of finance performance. By simultan prove that firm size have an effect on positively and financing policy have an effect on the negativily and significant to NPM, while to EPS have an effect on positively and not significant.
Key Words: Trade off theory, firm size, financing policy, NPM, EPS and finance performance.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kepada penguasa jagat alam yaitu Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembanding utama penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
(9)
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, memberikan saran-saran dan memberikan dorongan moril kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Ketua Yayasan Perguruantinggiswadaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana.
9. Ibu Ellis Dj. Lahmudin dan seluruh Staf Pengajar Perguruantinggiswadaya beserta civitas akademi Perguruantinggiswadaya.
10.Ayahku tercinta Drs H. S. Sembiring (Alm) dan Ibuku tercinta Dra. S. Br Bangun serta kedua mertuaku I. Ginting dan NG br Sembiring. Ayahku, inilah persembahanku yang sangat ayah dambakan tapi tak sempat ayah saksikan.
11.Suamiku tercinta (Ir. S. Ginting MP), untuk segala pengorbanan, pengertian dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
12.Kakanda tercinta (Siti Esyah Sembiring, SPd dan keluarga), Adik-adikku tersayang ( Ir Swati Sembirng dan keluarga, Suedi Sembiring, SH dan keluarga, Dr Capt Sumanta Sembiring dan keluarga, serta Sya’ban Rizal Sembiring dan keluarga) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
(10)
13.Anak-anakku tercinta (Isranda Haryadi G, Harsandi Utama G, Harry Apri A. G, Rizky A. G dan sicantik Annisa DA G), maafkan mama telah jauh dari kalian selama mama sekolah.
14.Rekan-rekan mahasiswa angkatan XI ( Eli, Joe, Susan, Rose, Destry, Evy, Abdi, dll) untuk semua dukungan, perhatian, dan saran yang sangat berarti bagi penulis. 15.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2008 Penulis
Seniwati Sembiring
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Seniwati Sembiring 2. Tempat/Tanggal Lahir : Tiganderket/22 Januari 1962 3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
4. Agama : Islam
5. Orang Tua
a. Ayah : Drs H. S. Sembiring (Alm) b. Ibu : Hj. S. br Bangun, BA
6. Alamat : Jl. Letjen Jamin Ginting KM 11 Gg Bunga Rimta I No. 17 Medan 7. Pendidikan
a. SD Negeri : Tanjung Merawa, lulus tahun 1973 b. SMP Negeri : Tiganderket, lulus tahun 1976 c. SMA Negeri 1 : Medan, lulus tahun 1980 d. S 1 Universitas Sumatera Utara : Medan, lulus tahun 1987
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
RIWAYAT HIDUP ………. vi
DAFTAR ISI ……… vii
DAFTAR TABEL ……… x
DAFTAR GAMBAR………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian……….. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian……….. 4
1.3 Tujuan Penelitian………. 5
1.4 Manfaat Penelitian……… 5
1.5 Originalitas Penelitian……… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS…. 8 2.1 Teori Struktur Modal……… 8
2.2 Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Kinerja Keuangan……… 16
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan ………….. 24
(13)
2.5 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis..………….… 29
2.6 Hipotesis Penelitian ……… 31
BAB III METODE PENELITIAN ..………... 33
3.1 Rancangan Penelitian……… 33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian…………..……….. 33
3.3 Variabel Penelitian………..……… 34
3.3.1 Klasifikasi Variabel………. 34
3.3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel……… 34
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 37
3.5 Prosedur Pengambilan Data……… 37
3.6 Model dan Teknik Analisis Data………. 37
3.6.1 Statistik Deskriptif……… 37
3.6.2 Uji Asumsi Klasik………….……….…… 38
3.6.3 Pengujian Hipotesis……….. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 44
4.1 Hasil Penelitian……… 44
4.1.1 Statistik Deskriptif……… 44
4.1.2 Teknik Pengujian Data………. 47
4.1.3 Pengujian Hipotesis……….. 62
4.2 Pembahasan………. 74
4.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan……. 74
(14)
4.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan
Terhadap Kinerja Keuangan……… 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 87
5.1 Kesimpulan ……….. 87
5.2 Keterbatasan ……… 88
5.3 Saran ……… 89
(15)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Karakteristik Pemilihan Sampel………..……….. 34
3.2 Definisi Opersional Variabel………..……….………….. 36
4.1 Statistik Deskriptif………..……….………….. 44
4.2 Uji Normalitas skewness dan kurtosis………..………..………….. 47
4.3 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov………..……….……….. 48
4.4 Statistik Deskriptif – SQRT………..………..……… 51
4.5 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov - SQRT………..…….………… 53
4.6 Nilai Skor Outlier ………..………..………..…………. 55
4.7 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov ………..………… 56
4.8 Uji Multikolinearitas.………..……… 59
4.9 Uji Autokorelasi - NPM…….………..……….……… 61
4.10 Uji Autokorelasi - EPS………..……….……….. 62
4.11 Nilai R Square Hipotesis 1………..……… 62
4.12 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 1………..…………...………… 63
4.13 Model Hipotesis 1………..……… ………. 64
4.14 Nilai R Square Hipotesis 2………..………...………… ………. 65
4.15 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 2 ……….……… 65
(16)
4.17 Nilai R Square Hipotesis 3………..………..…..……… 67
4.18 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 3 ……….………. 67
4.19 Model Hipotesis 3………..……….………. 68
4.20 Nilai R Square Hipotesis 4………..………. 68
4.21 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 4………..……… 69
4.22 Model Hipotesis 4………..……….………. 70
4.23 Nilai R Square Hipotesis 5………..……….……..………. 70
4.24 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 5 ………..…………..…………. 71
4.25 Model Hipotesis 5………..……….………. 71
4.26 Nilai R Square Hipotesis 6………..………..……….. 72
4.27 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 6 ………..……….……….. 73
4.28 Model Hipotesis 6………..……….. 73
4.29 Perkembangan Aktiva, Hutang , Ekuitas, Penjualan, dan Laba Bersih………..……….. 85
(17)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Bagan du Pont ... 22
2.2 Kerangka Konseptual Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan ... 28
3.1 Uji Durbin-Watson... 40
4.1 Histogram Ukuran Perusahaan ... 49
4.2 Histogram Kebijakan Pendanaan... 49
4.3 Histogram Kinerja Keuangan – NPM... 50
4.4 Histogram Kinerja Keuangan – EPS... 50
4.5 Histogram Kebijakan Pendanaan (SQRT)... 54
4.6 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (SQRT)... 54
4.7 Histogram Kinerja Keuangan – NPM (SQRT)... 55
4.8 Histogram Ukuran Perusahaan (setelah outlier)... 57
4.9 Histogram Kebijakan Pendanaan (setelah outlier)... 57
4.10 Histogram Kinerja Keuangan – NPM (setelah outlier)... 58
4.11 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (setelah outlier)... 58
4.12 Uji Heterokedastisitas – NPM... 60
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Data Sampel Perusahaan tahun 2002 sampai dengan tahun 2004…….. 94 2 Data Sampel Perusahaan tahun 2005 sampai dengan tahun 2006…….. 95 3 Data Perhitungan periode Penelitian tahun 2002 sampai tahun 2006 … 96
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Copeland (1992,116) menyatakan kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba dan mencerminkan kondisi suatu perusahaan. Kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.
Dalam mengelola perusahaan manajer mengemban dua jenis tanggung jawab yaitu tanggung jawab operasi dan tanggung jawab pendanaan. Dalam tanggung jawab operasi manajer memikul tanggung jawab atas penggunaan aktiva-aktiva perusahaan
(20)
seefektif mungkin dalam rangka menghasilkan laba bagi para pemilik atau pemegang saham. Sedangkan tanggung jawab pendanaan. berkenaan dengan bagaimana seorang manajer dapat menghimpun dana yang dibutuhkan untuk menyediakan aktiva-aktiva yang akan digunakan dalam operasi perusahaan. Total aktiva yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu indikator untuk ukuran perusahaan dan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Dalam konteks ini, semua keputusan usaha dapat dikelompokkan dalam tiga bidang pokok: (1) investasi sumber daya, (2) operasi usaha melalui penggunaan sumber daya, (3) kombinasi pembelanjaan yang tepat, yang menyediakan pendanaan bagi sumber daya ini. (Helfert, 1997: 4)
Kebutuhan dana dalam sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana eksternal maupun sumber dana internal. Memenuhi kebutuhan dana dari sumber dana eksternal berarti menambah jumlah hutang perusahaan yang sekaligus akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk membayar pada waktu yang akan datang yaitu sebesar pokok hutang ditambah bunga. Salah satu pertimbangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana adalah keinginan dari pemilik modal sendiri (pemegang saham) untuk dapat tetap menguasai perusahaannya atau mempertahankan kontrol terhadap perusahaan. Memenuhi kebutuhan dana dengan hutang tidak akan mengurangi kekuasaan pemegang saham, sementara kalau pemenuhan kebutuhan dana melalui penerbitan saham baru akan mempengaruhi perimbangan kekuasaan pemegang saham lama terhadap perusahaan.
Investor dan kreditur merupakan kelompok penyedia dana bagi perusahaan dan sangat mengharapkan agar perusahaan selalu berada pada tingkat profitabilitas
(21)
yang tinggi. Manajemen sebagai agen harus berusaha untuk merealisasikan harapan ini agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan keuangan karena dengan tingkat laba yang rendah akan mengakibatkan nilai perusahaan mengalami penurunan
Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan perusahaan telah dilakukan banyak peneliti dan mereka masih menemukan hasil yang berbeda-beda. Masidonda (2001 menemukan pengaruh struktur modal yang positif terhadap Rentabilitas Modal Sendiri, Arrayani (2003) menemukan struktur modal mempunyai pengaruh yang positif terhadap Rentabilitas Modal Sendiri, Jandik dan Makhija (2004) menemukan hubungan yang negatif antara leverage dengan kinerja, Bancel dan Mittoo (2004) menemukan hubungan yang negatif antara keputusan struktur modal dengan volatilitas pendapatan sebaliknya hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan volatilitas pendapatan, Wang Fu Sheng dan Du Xiao Li menemukan pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap kinerja keuangan sebagai berikut: pada perusahaan dengan DAR < 40% kinerja keuangan paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60%, dan menurun lagi pada DAR > 60% dan pada perusahaan dengan DAR > 80% kinerja keuangannya sudah relatif mencemaskan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya karena masih terdapat ketidakkonsisstenan hasil penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian sebelumnya indikator yang dipergunakan untuk variabel struktur modal (kebijakan pendanaan)
(22)
sebagai variabel bebas adalah DAR dan indikator untuk variabel kinerja keuangan adalah rentabilitas modal sendiri. Sementara dalam penelitian ini indikator yang dipergunakan untuk kebijakan pendanaan yang merupakan variabel bebas adalah Long Term Debt to Equity Ratio (LDE) dan indikator untuk kinerja keuangan sebagai variabel terikat adalah Net Profit Margin (NPM) dan laba per lembar saham (EPS). Perbedaan lainnya adalah penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan bisnis properti dengan pertimbangan bahwa salah satu bidang investasi yang banyak memberikan return adalah investasi di sektor properti karena mempunyai ability to hedge against inflation atau kemampuan melindungi diri dari pengaruh inflasi, Li et al dan Hamelink et al (1977) dalam Fathimati Zahra (2000).
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan?
2. Apakah kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan?
3. Apakah ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan, secara simultan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan?
(23)
5. Apakah kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan?
6. Apakah ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara simultan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berhubungan dengan rumusan masalah penelitian maka penelitian ini bertujuan:
a. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva terhadap NPM. b. Untuk menguji secara empiris pengaruh LDE terhadap NPM.
c. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva dan LDE terhadap NPM.
d. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva terhadap EPS. e. Untuk menguji secara empiris pengaruh LDE terhadap EPS.
f. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva dan LDE terhadapEPS.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan.
(24)
2. Bagi peneliti selanjutnya dan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi dan keuangan untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang akan datang. 3. Bagi manajemen penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam menetapkan struktur modal perusahaan, bagi investor sebagai dasar mengambil keputusan dalam melakukan investasi dan bagi BAPEPAM penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan mengenai kinerja keuangan yang terkait di pasar modal.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian tentang kinerja keuangan telah banyak dilakukan baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia, yang pada umumnya untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan.
1. Sheng dan Li (2006) menguji hubungan antara hutang dengan profitabilitas pada industri petrokimia dan hasil penelitiannya adalah: pada perusahaan dengan DAR < 40% kinerja keuangan yang lebih dari rata-rata, perusahaan dengan DAR paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60% memiliki kinerja sedikit lebih rendah dari pada perusahaan dengan DAR 40%, kinerja keuangan menurun secara signifikan pada perusahaan dengan DAR di atas 60 % kinerja keuangan paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60%, dan menurun lagi pada DAR > 60% dan perusahaan dengan DAR di atas 80% kinerja keuangannya buruk.
(25)
2. Masidonda (2001) dan Arrayani (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan implikasinya terhadap rentabilitas modal sendiri dengan menggunakan teknik analisi regresi sederhana dan berganda. Hasil kedua penelitian tersebut, menunjukkan bahwa variabel struktur modal, beban bunga, dan Retuen On Asset (ROA), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri.
3. I Made Marsa Aesana (2007) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan Koperawsi Unit Desa, alat analisis yang digunakan SEM dengan program AMOS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penentu kinerja keuangan adalah likuiditas, leverage, dan aktivitas. Dari ketiga faktor tersebut ternyata faktor likuiditas berpengaruh secara nyata terhadap faktor kinerja keuangan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dan perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya variabel bebas yang digunakan adalah DAR dan indikator untuk kinerja keuangan adalah rentabilitas modal sendiri, sementara variabel bebas dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Equity (LDE) dan indikator untuk kinerja keuangan adalah Net Profit Margin (NPM) dan laba per lembar saham (EPS). Perbedaan lainnya adalah pada objek penelitian dan periode penelitian.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Struktur Modal
Investor dan kreditur merupakan kelompok penyedia dana bagi perusahaan dan sangat mengharapkan agar perusahaan selalu berada pada tingkat profitabilitas yang tinggi. Manajemen sebasgai agen harus berusaha untuk merealisasikan harapan ini agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan keuangan karena dengan tingkat laba yang rendah akan mengakibatkan nilai perusahaan mengalami penurunan.
Keputusan pendanaan (Financing decision) berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Sumber dana internal berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari hutang dan penerbitan saham (ekuitas). Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut dengan struktur modal perusahaan, sebagaimana menurut Brigham dan Daves (2004, 486), bauran (mixture) dari hutang dengan ekuitas perusahaan disebut dengan struktur modalnya.
Teori struktur modal menjelaskan bagaimana pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan. Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang dengan ekuitas sebagai hasil atau akibat dari keputusan pendanaan. Kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan pengembalian. Dari sudut pandang penggunaan hutang (leverage) oleh
(27)
perusahaan, risiko yang ditanggung oleh pemegang saham biasa dibedakan atas : (1) Risiko bisnis yaitu risiko atas saham perusahaan jika tidak menggunakan hutang, (2) Risiko finansial adalah pertambahan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham sebagai akibat dari keputusan pendanaan menggunakan hutang (Brigham dan Daves, 2004, 489). Setiap perusahaan memiliki sejumlah risiko yang melekat pada operasinya yaitu risiko bisnis, yang timbul dari ketidakpastian dalam proyeksi arus kas perusahan yang berarti ketidakpastian tentang kebutuhan modal ( investasi) dan laba operasinya. Dengan penggunaan hutang atau saham preferen (leverage) maka biaya tetapusahaan akan meningkat dan sekaligus meningkatkan risiko bisnis. Peningkatan risiko bisnis karena penggunaan leverage ini merupakan risiko finansial. Dengan demikian risiko bisnis yang merupakan risiko dasar perusahaan berkaitan dengan keputusan pendanaan. Secara umum, pemegang saham suatu perusahaan yang menggunakan leverage akan mensyaratkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas peningkatan risiko ini. Jadi risiko finasnisal terdiri dari risiko ketidak sanggupan membayar bunga dan variabilitas earning yang tersedia bagi pemegang saham.
Ada beberapa konsep struktur modal yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain pendekatan tradisional, pendekatan laba bersih atau net income (NI), pendekatan Modigliani dan Miller (MM), pendekatan laba bersih operasi atau net operating income (NOI), dan pecking order theory.
(28)
2.1.1 Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan tradisional terdapat struktur modal yang optimal yang untuk setiap perusahaan yang terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau pada saat biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan, sehingga baik ke (biaya modal ekuitas)
maupun kd (biaya modal hutang) relatif konstan (Sartono, 2001: 301). Namun setelah
rasio leverage tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri akan meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Hal ini akan mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun tetapi setelah tingkat leverage tertentu akan meningkat, sehingga nilai perusahaan pada awalnya meningkat dan akhirnya menurun dikarenakan peningkatan biaya modal tersebut. .
2.1.2 Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI)
Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa investor menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang (kd) yang konstan
pula. Karena ke dan kd konstan maka semakin besar jumlah hutang yang
digunakan perusahaan menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang (ko) menjadi semakin kecil, ini dikarenakan biaya hutang lebih rendah daripada biaya modal sendiri.
(29)
D E
ko = --- kd (1 – T) + --- ke
(D + E) (D +E)
Dimana : kd = biaya hutang
ke = biaya modal sendiri
ko = biaya modal rata-rata tertimbang
D = nilai pasar hutang E = nilai pasar saham biasa T = tingkat pajak perusahaan
2.1.3 Pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income (NOI)
Pendekatan laba operasi bersih mengasumsikan investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Biaya modal rata-
rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan karena :
1. biaya hutang diasumsikan konstan, sebagaimana dalam pendekatan laba bersih
2. pemilik modal sendiri memandang penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat, yang memberikan konsekuensi biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
(30)
2.1.4 Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
Pendekatan ini menyatakan bahwa kemungkinan munculnya proses arbitrase akan membuat harga saham untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang maupun yang menggunakan hutang pada akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih suka terhadap investasi yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat risiko yang sama pula.
Dalam pasar sempurna dan tidak ada pajak, biaya modal dirumuskan sebagai berikut :
ke = keu + (keu - kd) (B/S)
Dimana : ke = biaya modal sendiri setelah menggunakan hutang
keu = biaya modal sendiri sebelum menggunakan hutang
kd = tingkat bunga
B = nilai hutang S = nilai modal sendiri
Jadi MM beranggapan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang atau modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahan.
Dalam keadaan terdapat pajak, MM berpendapat keputusan pendanaan menjadi relevan karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan kena pajak (tax deductible). Dengan kata lain,
(31)
perusahaan akan membayar pajak yang lebih kecil karena perusahaan harus membayar bunga sebagai akibat penggunaan hutang. Manfaat atas penghematan yang diperoleh dengan membayar pajak yang lebih kecil akan mengalir kepada pemilik perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.5 Pecking Order Theory
Pecking order theory (Myers dan Majluf, 1984 dan Myers, 1984 dalam Kaaro, 2003) menunjukkan bahwa urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, hutang dan yang terakhir adalah penerbitan saham (ekuitas). Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan dana lebih tinggi dari sumber dana internal (laba ditahan) yang ada.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit bukan karena mempunyai debt ratio yang rendah, tapi dikarenakan memerlukan external financing yang sedikit. Sementara perusahaan dengan profitable yang rendah akan cenderung meminjam dalam jumlah yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai (Husnan, 1996: 325).
2.1.6 Pendekatan Balanced Theory
Menurut balance theory, perusahaan berusaha menciptakan struktur modal yang optimal dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.Struktur modal yang optimal diperoleh dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan hutang
(32)
dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan, yang disebut dengan model trade off (Myers, 1984, Jensen dan Meckling, 1979 dalam Mayangsari, 2001).
Sundjaya dan Barlian (2002) mengatakan, teori struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas pinjaman dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Sedangkan biaya dari pinjaman dihasilkan dari (1) peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang yang tergantung pada tingkat risiko bisnis dan risiko keuangan. (2) biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan (3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor.
Menurut Husnan (1996, 324), esensi balanced theory adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang, apabila manfaat penggunaan hutang masih lebih besar daripada pengorbanan atas penggunaan hutang, maka hutang masih akan ditambah, namun apabila pengorbanan atas penggunaan hutang sudah lebih besar dari manfaatnya maka hutang tidak boleh ditambah lagi. Balanced theory selanjutnya disebut dengan Trade Off theory.
(33)
2.1.7 Financial Distress, Agency Cost dan Trade Off Theory
Financial distress bermula ketika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas menunjukkan bahwa dalam waktu dekat pembayaran itu tidak akan dapat dipenuhi (Brigham and Daves, 2004: 840). Financial distress mungkin mengakibatkan perusahaan gagal memenuhi komitmen kontrak dimana perusahaan dapat melakukan restrukturisasi keuangan antara perusahaan, kreditur da, pemegang saham. Biasanya perusahaan diharuskan mengambil tindakan yang mana tindakan itu tidak akan dilakukan jika perusahaan mempunyai cash flow yang cukup.
Ancaman terjadinya financial distress juga merupakan biaya karena manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan daripada membuat keputusan perusahaan dengan baik. Pada umumnya kemungkinan financial distress semakin meningkat dengan adanya penggunaan hutang. Logikanya semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula beban biaya bunga, semakin besar probabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan financial distress.
Agency cost atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena adanya konflik antara kreditur dan pemegang saham sebagai akibat penggunaan hutang oleh perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana dengan jumlah hutang yang tinggi dan tidak disertai dengan pertimbangan menghindari kecenderungan perilaku opportunistic insider menyebabkab biaya keagenan hutang akan semakin tinggi dan pada akhirnya akan merugikan pemegang saham juga.Untuk itu diperlukan suatu pengendalian agar
(34)
perilaku opportunistic insider dapat dihalangi dan bertindak yang terbaik bagi pemilik perusahaan (pemegang saham).
Teori Trade Off merupakan salah satu teori sehubungan dengan masalah keagenan (agency problem) yang berkaitan dengan saling tukar (trade off) antara keuntungan menggunakan hutang (berupa tax benefit) dengan biaya kepailitan (bankruptcy cost) sehubungan dengan penggunaan hutang tersebut. Pembiayaan dengan hutang mempunyai biaya yang lebih rendah daripada ekuitas karena adanya tax benefit. Akan tetapi, apabila telah melampaui suatu titik tertentu (titik yang merupakan struktur modal yang optimal) maka tax benefit yang diperoleh semakin tidak berarti karena pada saat yang bersamaan biaya-biaya lainnya juga akan bertambah besar, antara lain biaya untuk memperoleh hutang. Biaya ini akan menjadi lebih besar karena kreditur akan lebih selektif dalam memberikan pinjaman dan akan menerapkan bunga yang lebih tinggi seiring dengasn semakin tingginya risiko perusahaan. Selain itu, biaya kepailitan (bankruptcy cost), ageny cost dan financial distress cost juga akan semakin besar, sehingga jumlah biaya-biaya tersebut akan melebihi tax benefit itu sendiri.
2.2Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Kinerja Keuangan 2.2.1 Ukuran Perusahaan dan Kinerja Keuangan
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva.
(35)
Faktor ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasikan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah.(Elisabeth Sugiarto, 1997). Sementara Chen A Dhei (1993) memberikan alasan bahwa smallfirm lebih berisiko karena mempunyai effisiensi yang rendah, leverage yang tinggi dan berada dalam “marginal firms” dengan probabilitas yang lebih rendah dalam kelangsungan hidupnya. Dengan demikian diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.
2.2.2 Struktur Modal dan Kinerja Keuangan
Menurut pendekatan tradisional, setelah rasio leverage tertentu, peningkatan biaya modal sendiri akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang akan meningkat sehingga nilai perusahaan menurun dikarenakan peningkatan biaya modal tersebut. Begitu juga menurut trade off theory harus ditentukan perimbangan antara besarnya hutang dan ekuitas, apabila manfaat penggunaan hutang (berupa tax benefit) masih lebih besar daripada pengorbanan (peningkatan suku bunga, bankruptcy cost, agency cost, dan
(36)
financial distress cost), maka hutang masih akan ditambah, namun apabila pengorbanan atas penggunaan hutang sudah lebih besar dari manfaatnya maka hutang tidak boleh ditambah lagi Jadi menurut pendekatan ini struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan sampai rasio leverage tertentu, namun setelah rasio leverage tersebut struktur modal mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja keuangan.
Menurut pendekatan laba bersih (net income) semakin besar penggunaan hutang menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang (ko) menjadi semakin kecil, sehingga akan meningkatkan laba bersih perusahaan. Dalam keadaan terdapat pajak, MM berpendapat keputusan pendanaan menjadi relevan karena bunga yang dibayarkan dapat mengurangi penghasilan kena pajak jadi pertambahan hutang akan menaikkan nilai perusahaan sebesar pengurangan pajak tersebut, jadi semakin tinggi rasio hutang semakin rendah beban pajak, sehingga laba bersih menjadi semakin besar, dengan demikian tingkat profitabilitas semakin tinggi. Dengan demikian struktur modal mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan.
Pendekatan laba operasi bersih (net operating income) memandang penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat, yang memberikan konsekuensi biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan, jadi struktur modal tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.
(37)
Mekanisme pemilihan sumber dana menurut pecking order theory berdasarkan hirarki sumber dana yang paling disukai dan tidak ada suatu target debt to equity ratio (Husnan, 1996: 325). Perusahaan yang profitable memiliki sumber dana internal yang besar sehingga hanya sedikit membutuhkan sumber dana eksternal, sebaliknya perusahaan dengan profitable yang rendah memiliki sumber dana internal yang kecil sehingga meminjam dalam jumlah yang lebih besar. Dengan demikian struktur modal mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja keuangan.
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan
Secara konvensional, terdapat dua jenis norma dengan mana dapat dipertimbangkan kapasitas hutang jangka panjang, yaitu (1) suatu norma kapitalisasi (2) suatu norma peliputan penghasilan (earning coverage). Dalam mencapai suatu kebijakan hutang bagi perusahaan, masing-masing rasio harus dipertimbangkan dan saling dikaitkan. Suatu norma yang telah dipergunakan secara luas adalah rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Dalam mempertimbangkan struktur modal harus diketahui pengaruh dari leverage. Pada dasarnya, leverage terdiri dari pembiayaan sebuah perusahaan dengan hutang untuk menaikkan hasil pengembalian atas modal sendiri. Tindakan ini dikenal dengan istilah “trading on the equity” (Wilson & Campbell, 1991: 67).
Merupakan hal yang sangat penting bagi investor untuk mengetahui kondisi dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Salah satu ukuran dari pada kinerja tersebut
(38)
adalah laba, dengan demikian informasi laba dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen selain itu dapat juga digunakan untuk membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Dalam menentukan keputusan investasi, investor akan bertindak rasional dengan mempertimbangkan trade off antara return yang mungkin diperoleh dan risiko yang akan dihadapi. Investor akan melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Banyak teknik analisa yang menyebabkan berbagai rasio keuangan ersedia untuk penilaian prestasi. Teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangat ditentukan oleh tujuan spesifik dari analis. Rasio-rasio bukan merupakan kriteria yang mutlak, rasio yang bermakna terutama untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dan membantu menggambarkan trend dan pola perubahan yang pada gilirannya dapat menunjukkan risiko dan peluang bagi perusahaan yang ditelaah (Helfert, 1997: 53 )
Pengelompkan rasio keuangan pada dasarnya dibedakan atas kesamaan sifatnya dan tidak ada standar tertentu dalam pengelompokan tersebut. Weston dan Brigham (1993: 57 - 58) mengelompokkan rasio keuangan menjadi 6 (enam) kategori : rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio penilaian. Sartono (2001; 121) mengelompokkannya menjadi 4 (empat) kategori : rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas. Berdasarkan tinjauan atas hubungan analisis keuangan, Weston dan Copeland (1995: 237)
(39)
mengelompokkannya atas : Ukuran Kinerja ( Performance Measure) terdiri dari rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan ukuran penilaian; Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency ) terdiri dari manajemen aktiva dan investasi, manajemen beban, dan Ukuran Kebijakan Pendanaan (Financial Policy Measure ) terdiri dari rasio leverage dan rasio likuiditas.
Rasio Leverage menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam operasi bisnis dan berkaitan langsung dengan risiko pendanaan. Rasio ini dapat dihitung, pertama dengan memperhatikan data neraca, untuk mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, dengan mengukur risiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang (bunga ditambah pokok pinjaman) dapat ditutup oleh laba operasi.
Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efektif dan optimal perusahaan menggunakan sumber daya yang sesuai dengan yang digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan melalui pembandingan rasio aktivitas dengan standard industri sehingga dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dan berbagai aktiva pendukung terjadinya penjualan.
Rasio Profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan perusahaan. Rasio ini memberikan jawaban akhir tentang seberapa efektif perusahaan dikelola. Perusahaan yang mempunyai rasio profitabilitas yang tinggi diharapkan lebih mampu dalam menghadapi fluktuasi bisnis. Rasio ini penting bagi para investor jangka panjang yang akan menanamkan modalnya. Rasio Pertumbuhan menunjukkan sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di dalam
(40)
lingkungan industrinya. Rasio Penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan. Rasio ini mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan risiko.
Untuk melihat hubungan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan dapat dipergunakan analisis keuangan berdasarkan sistem du Pont.
Gambar 2.1 Bagan du Pont (Weston dan Copeland, 1995: 313)
Return On Investment merupakan suatu ukuran untuk melihat kemampuan manajemen dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas seluruh aktiva yang dipergunakan dalam perusahaan. Disamping itu, manajemen juga bertanggungjawab untuk mengoptimalisasikan tingkat pengembalian atas modal pemegang saham (modal sendiri). Hasil pengembalian para pemegang saham yang terdiri dari baik hasil dividen dan apresiasi dalam nilai saham, akan tumbuh dalam hubungannya dengan hasil pengembalian atas modal sendiri. Oleh karena itu, tingkat pengembalian
(41)
atas m tolok ukur terbaik mengenai prestasi manajem ncerminkan efisiensi, tetapi juga pengaruh dari alat pembayaran atau “leverage”. Jadi tingkat pengembalian atas modal pemegang saham dapat dihitung dengan mempergunakan formula ROI dengan mempergunakan faktor persentase dari total aktiva dalam hubungannya dengan modal pemegang saham. Dengan demikian ROE (tingkat pengembalian atas modal sendiri) dapat dihitung dengan rumus :
2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh kombinasi dari likuiditas, manajemen aktiva, dan manajemen hutang pada hasil operasi (Brigham dan Daves, 2004: 238). Karena profitabilitas merupakan ukuran kinerja keuangan maka dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan.
Likuiditas
odal sendiri merupakan salah satu en. Rasio ini tidak hanya me
Sendiri Modal Aktiva Total ROI
ROE= ×
alsendir aktiva Total aktiva Total Penjualan Penjualan operasi bersih Laba ROE mod × × = i sendiri Modal operasi bersih Laba ROE=
(42)
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek baik yang menyangkut kebutuhan operasional maupun utang kepada pihak ekstern. Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan kas atau kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas (alat pembayaran).
Tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tergantung pada jumlah modal kerja yang dimiliki, yang menunjukkan jumlah atau bagian dari aktiva lancar yang dapat digunakan dalam melangsungkan operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu, arti pentingnya aspek likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid.
Manajemen Aktiva
Manajemen aktiva termasuk dalam ukuran efisiensi operasi yang mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dalam pemanfaatan sumber dayanya. (Weston dan Copeland, 1995: 247) menyatakan bahwa menurut tradisi, rasio manajemen aktiva dan investasi disebut rasio aktivitas atau rasio perputaran. Investasi dilakukan untuk menghasilkan penjualan yang menguntungkan, oleh karena itu pencapaian penjualan yang menguntungkan memerlukan pelaksanaan investasi
(43)
yang sehat. Menaksir seberapa baik aktivitas yang dilakukan adalah landasan bagi usaha manajemen untuk memperbaiki profitabilitas.
Manajemen hutang
Kebijakan mengikut sertakan hutang disertai kewajiban membayar bunga yang bersifat tetap di dalam struktur permodalan perusahaan disebut sebagai financial leverage. Perkembangan financial leverage bersama-sama dengan pendapatan dan suku bunga kredit akan mempengaruhi net profit margin. Terdapat tiga kemungkinan net profit margin sebagai akibat penggunaan hutang yaitu :
1. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang lebih besar dari biaya bunga atas hutang tersebut,. Dalam hal ini variable financial leverage akan mendorong peningkatan net profit margin dibanding dengan kalau tidak adavariable financial leverage. Dengan demikian dalam keadaan pendapatan lebih besar dari biaya bunga, semakin tinggi tingkat financial leverage akan memperbesar net profit margin. Dapat dikatakan dalam keadaan penggunaan hutang menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah bunga efektif yang harus dibayar maka penggunaan hutang akan memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri.
2. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang sama dengan atau hanya cukup untuk membayar biaya bunga atas hutang tersebut. Dalam kondisi ini financial leverage tidak mempengaruhi net profit margin
(44)
3. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang, kurang dari atau tidak cukup untuk membayar biaya bunga atas hutang tersebut. Dalam kondisi seperti ini adanya financial leverage justru akan menekan net profit margin, yang berarti semakin tinggi tingkat financial leverage akan memperkecil jumlah pendapatan bagi pemilik modal sendiri.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang struktur moda, dan kinerja keuangan menunjukkan tidak semua variabel yang digunakan menunjukkan hasil yang konsisten. Akan tetapi beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perusahaan cenderung mengikuti filosofi pecking order theory daripada trade offtheory dalam menentukan struktur modalnya.
Beberapa studi empiris yang telah dilakukan tentang pengaruh ukuran perusahaan dan struktur modal terhadap kinerja keuangan adalah sebagai berikut : 1. Wang FU Sheng dan Du Xiao Li (2006)
Penelitian dilakukan untuk menguji hubungan antara hutang dengan profitabilitas pada perusahaan industri petrokimia yang terdaftar berdasarkan data laporan keuangan dari 157 perusahaan untuk periode 2002 – 2004 dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan berbeda- beda menurut rasio hutang yang dimiliki. Pada umumnya perusahaan dengan DAR 40% memiliki kinerja keuangan yang lebih dari rata-rata, perusahaan dengan DAR 40% - 60% memiliki kinerja sedikit lebih rendah dari perusahaan dengan DAR 40%, kinerja keuangan menurun
(45)
secara signifikan pada perusahaan dengan DAR di atas 60%, dan perusahaan dengan DAR di atas 80% kinerja keuangannya buruk.
2. Jaelani La Masidonda (2001)
Penelitian berdasarkan data laporan keuangan industri makanan dan minuman yang go publik di Bursa Efek Jakarta sampai tahun 1997. Hasil penelitian menyimpulkan variabel-variabel struktur modal, beban bunga, dan Return On Asset (ROA), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Sig F = 0,0015 < = 0,05). Sampel dalam penelitian dianggap belum dapat mewakili populasi yang ada, penarikan sampelnya belum representatif, hal ini terlihat dari 23 perusahaan yang bergerak dalam industri makanan dan minuman yang dijadikan sampel untuk diteliti. 3. Arrayani (2003)
Penelitian berdasarkan data laporan keuangan industri tekstil yang go publik di Bursa Efek Jakarta selama periode 1999 – 2001. Hasil penelitian menunjukkankan bahwa dari variabel-variabel yang diteliti, yakni struktur modal, beban bunga, dan (ROA), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Sig F = 0,0015< = 0,05). Secara parsial struktur modal (Sig t = 0,00< =0,05) berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Hasil analisis menunjukkan perusahaan menahan pendapatan dalam jumlah yang lebih besar sebagai laba ditahan.
4. I Made Marsa Arsana (2007)
Penelitian dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan Koperasi Unit Desa di Kabupaten Tabanan selama periode 1998 – 2003.
(46)
Untuk menganalisis factor-faktor penentu kinerja keuangan digunakan SEM dengan program AMOS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penentu kinerja keuangan adalah likuiditas, leverage, dan aktivitas . Faktor likuiditas dimaknai oleh rasio cepat, faktor leverage dimaknai oleh rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas dan rasio aktiva berwujud terhadap hutang jangka panjang, faktor aktivitas dimaknai oleh perputaran modal kerja. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5 % dan faktor likuiditas berpengaruh secara nyata terhadap faktor kinerja keuangan.
2.5 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuanga
Earning Per Share (Y2) 1
H
Ukuran Perusahaan (X1)
Kebijakan Pendanaan (X2)
Net Profit Margin (Y1)
Ukuran Perusahaan (X1)
3
H
2
H
4
H
6
H
5
H
Kebijakan Pendanaan (X2)
(47)
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan dengan beberapa hal antara lain : total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva (Ferri dan Jones, 1979). Sehubungan dengan total aktiva, apabila perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) atau well established. Secara umum perusahaan yang mempunyai total aktiva yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang total aktivanya rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan total aktiva yang besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Dengan asumsi total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan dan NPM sebagai ukuran kinerja keuangan maka terdapat pengaruh total aktiva yang positif terhadap NPM.
Net Profit Margin merupakan laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan (pemegang saham). Semakin tinggi NPM berarti semakin tinggi pula laba yang tersedia bagi pemegang saham. Karena laba per lembar saham dihitung dengan membagikan laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar berarti kenaikan NPM akan menaikkan EPS. Dengan kata lain EPS berubah berbanding lurus dengan NPM, sementara NPM juga berbanding lurus dengan total aktiva, maka pengaruh total aktiva terhadap EPS sama dengan pengaruhnya terhadap NPM artinya total aktiva berpengaruh positif terhadap EPS.
(48)
Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan bagan du Pont (Weston dan Copeland, 1995: 313) ROI merupakan hasil akhir dari pengaruh total aktiva terhadap penjualan. Secara tidak langsung, total aktiva merupakan akumulasi dari hutang dengan ekuitas.
Dengan mengasumsikan hutang hanya terdiri dari hutang jangka panjang saja maka total aktiva adalah hutang jangka panjang ditambah dengan ekuitas. Sehingga rumus ROI menjadi :
sendiri Modal
panjang jangka
g Hu
Operasi Bersih
Laba ROI
+ =
tan
sendiri Modal
Bersih Laba
ROE =
Dalam uraian teori struktur modal telah dinyatakan bahwa menurut teori trade-off pembiayaan dengan hutang akan memberikan biaya yang lebih rendah daripada ekuitas karena adanya tax benefit, yang berarti setiap kenaikan hutang akan memberikan kenaikan prndapata sebesar tax benefit tersebut. Setiap kenaikan hutang akan mengakibatkan rasio long term debt to equity naik, maka seharusnya semakin besar LDE semakin besar NPM. Namun hal ini hanya berlaku sampai dengan batas struktur modal yang optimal. Apabila sudah melampaui batas struktur modal yang optimal maka pengaruh tax benefit sudah lebih kecil daripada kenaikan biaya lainnya (seperti agency cost), sehingga pendanaan dengan hutang tidak relevan lagi. Dengan asumsi titik struktur modal belum tercapai, maka menurut teori trade off terdapat pengaruh yang positif dari hutang terhadap net profit margin.
(49)
Pengaruh Total Aktiva dan Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan
Dari uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap NPM, dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap NPM, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa total aktiva dan LDE sama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap NPM. Oleh karena perubahan EPS berbanding lurus dengan perubahan NPM maka sebagaimana halnya dengan NPM, maka total aktiva juga mempunyai pengaruh positif terhadap EPS, dan LDE juga berpengaruh positif terhadap EPS, oleh karena itu dapat pula dinyatakan bahwa total aktiva dan LDE mempunyai pengaruh positif terhadap EPS.
2.6 Hipotesis Penelitian
1 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
2 Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
3 Ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
4 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan
5 Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
(50)
6 Ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
(51)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya ( Umar, 2000: 63 ).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002 sampai 2006. Sampel penelitian diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai 2006.
2. Perusahaan yang masuk sample adalah perusahaan yang memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan data penelitian yaitu memiliki total aktiva yang positif, hutang jangka panjang, ekuitas pemegang saham positif, penjualan, laba bersih setelah pajak positif, dan data jumlah lembar saham yang beredar berturut-turut dari tahun 2002 sampai 2006 sehingga apabila terdapat data yang kosong (missing) atau bertanda negative tidak dimasukkan sebagai sample penelitian.
(52)
Tabel 3.1 Karakteristik Pemillihan Sampel
No. Karakteristik Sampel
Jumlah
1
Perusahaan properti yang terdaftar dari tahun 2002 – 2006
39
2
Perusahaan propert yang tidak memiliki hutang jangka panjang
8
3
Pereusahaan property yang memiliki ekuitas negatif
9
4
Perusahaan properti yang menderita rugi
1
Jumlah sampel penelitian (perusahaan)
12
0
Data untuk penelitian ini meliputi 5 periode pengamatan sehingga walaupun perusahaan yang menjadi sampel hanya 12, jadi jumlah sampel pengamatan adalah 60. Namun karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan analisis dan tiga buah data akhirnya dioutlier sehingga total sampel pengamatan dalam penelitian ini adalah 57. Jumlah sampel pengamatan ini dianggap sudah memadai karena sudah lebih dari 30 sebagaimana dinyatakan Mason (1996, 430) jika besarnya sample sekurang-kurangnya 30 pengamatan, maka hasil dianggap memuaskan.
3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Klasifikasi Variabel
Penelitian ini melibatkan 2 variabel bebas (X) yaitu total aktiva (X1), Long Term Debt to Equity (X2) dan dua variabel terikat (Y): Net Profit Margin (Y1), Earning Per Share (Y2).
3.3.2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Adapun definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah:
(53)
a. Net Profit Margin ( Y1)
Net Profit Margin (NPM) termasuk dalam rasio profitabilitas yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Helfert, 1997: 58). Rasio ini mencerminkan laba bersih setelah dikurangi pajak yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Net Profit Margin dinyatakan dalam rumus :
Penjualan Pajak Bersih
Laba Margin
Profit
Net = −
b. Earning Per Share ( Y2 )
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pengukur kinerja keuangan. Laba per lembar saham merupakan laba bersih yang tersedia bagi setiap lembar saham (Helfert, 1997: 59). Rasio ini dihitung berdasarkan rumus :
beredar yang saham Jumlah
biasa saham bagi tersedia yang Laba Pershare
Earning =
c. Total Aktiva (X1)
Total Aktiva (TA) merupakan jumlah keseluruhan aktiva suatu perusahaan pada satu tanggal laporan keuangan yang diperoleh dari neraca perusahaan.
d. Long Term Debt to Total Equity ( X2)
Long term debt to Total Equity termasuk dalam rasio leverage, menunjukkan seberapa besar operasi perusahaan dibiayai hutang jangka panjang (Wild,
(54)
Subramanyam, Halsey, 2005: 221). Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau dengan rumus :
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Definisi Indikator SkalaPengukuran
Sendiri Modal panjang jangka g Hu Equity to Debt Term
Long = tan
Variabel bebas : Total Aktiva
Long Term Debt to Equity
Sumber daya yang dikuasai oleh per- usahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan
Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas pemegang saham
Jumlah keseluru han aktiva pada satu tanggal laporan keuangan yang diperoleh dari neraca perusahaan Hutang jangka panjang dibagi ekuitas pemegang saham Rasio Rasio Variabel Terikat :
Net Profit Margin
Earning Per Share
Hubungan antara laba bersih dengan penjualan bersih yang menunjukkan berapa bagian dari penjualan yang direalisir menjadi laba
Penghasilan bersih yang tersedia bagi setiap lembar saham biasa
Laba bersih dikurang
pajak dibagi penjualan
Laba bersih setelah pajak dibagi jumlah lembar saham biasa.
Rasio
(55)
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta dan ditetapkan Bursa Efek Jakarta sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa Bursa Efek Jakarta merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia.
3.5. Prosedur Pengambilan Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data diperoleh dari dokumentasi laporan tahunan perusahaan bisnis properti yang dimuat dalam buku Indonesian Capital Market Directory, dari tahun 2002 – 2006.
3.6 Model dan Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier. Sebelum dianalisis data tersebut harus good and fit, maka untuk menilai apakah data good and fit terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data. Uji kualitas data meliputi uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.
3.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum.
(56)
3.6.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal probabilitas plot. Menurut Santoso (2006, 258) jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nlai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus, maka dapat dikatakan persyaratan normalitas bisa dipenuhi.
b.Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang kuat antara satu variable bebas dengan variabel bebas lainnya. Selain itu, uji multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Menurut Mason dan Lind (1999, 113), multikolinearitas terjadi jika variabel-variabel bebas juga saling berkorelasi. Hasil uji multikolinearitas akan memperlihatkan :
1 Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka terdapat multikolinearitas.
(57)
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model-model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Gejala heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Santoso (2006,252) menyatakan cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residunya (DEPENDNT) Dasar pengambilan kesimpulan adalah jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. . Uji Autokorelasi
Salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin-Watson (DW) Test. Menurut Gujarati (1995) pengujian statistik Durbin Watson atau d statistic dihitung dengan rumus :
∑
∑
= −
−
= 2 2
1)
(
t n
t
t t
U U U d
(58)
Daerah Kritis Tolak H0
Daerah Ketidakpastian
Tidak Menolak
H0
Tidak ada Korelasi
Daerah Ketidakpastian
Daerah Kritis
Tolak H0
0 dl du 2 (4-du) (4-dl) 4
Gambar 3.1 Uji Durbin-Watson
Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Apabila d < dL atau d > (4-dU ) maka hipotesis nol ditolak dan sebaliknya hipotesis
alternatif diterima, berarti terdapat autokorelasi.
b. Apabila terletak antara dL dan (4 – dU) maka hipotesis nol diterima yang juga
berarti tidak ada autokorelasi.
c. Apabila nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4 – dU) dan (4 – dL) maka uji
Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak ada autokorelasi.
Secara sederhana, gejala adanya autokorelasi dapat juga dilihat langsung dengan cara melihat hasil uji statistik untuk Durbin-Watson. Hasil uji statistik Durbin-Watson antara 0 sampai dengan 4. Apabila hasil uji Durbin-Watson dekat dengan 2, berarti tidak ada autokorelasi.
(59)
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Dalam menganalisis data digunakan model regresi linier. Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan bisnis properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan diukur dengan NPM dan EPS.
3.6.3.1 Pengujian hipotesis dengan analisis regresi sederhana
Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana diterapkan untuk menguji hipotesis 1, hipotesis 2. hipotesis 4, dan hipotesis 5 karena hanya melihat pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Adapun persamaan regresinya adalah :
Y1 = b0 + b1X1 + e
Y1 = b0 + b2X2 + e
Y2 = b0 + b1X1 + e
Y2 = b0 + b2X2 + e
Pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat formulasi hipotesis
1. Pengaruh total aktiva terhadap NPM
H1 : b1 ≠ 0, Total aktiva berpengaruh terhadap NPM
2. Pengaruh LDE terhadap NPM
(60)
3. Pengaruh total aktiva terhadap EPS
H4 : b4≠ 0, Total aktiva berpengaruh terhadap EPS
4. Pengaruh LDE terhadap EPS
H5 : b5 ≠ 0, LDE berpengaruh terhadap EPS
b. Menentukan tingkat signifikansi
Untuk menentukan nilai t table digunakan derajat kebebasan (df) = N – 2, taraf nyata (a) 5%.
c. Dasar pengambilan keputusan:
Jika hasil uji t untuk b diperoleh t hitung > t tabel atau jika tingkat signifikan ( )
< 0,05 berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variable terikat dan sebaliknya.
3.6.3.2 Pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda
Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda diterapkan untuk menguji hipotesis 3 dan 6. Analisis regresi linier berganda digunakan karena variabel terikat yang ingin dijelaskan bergantung pada lebih dari satu variabel bebas Adapun model regresinya adalah :
Y1 = b0 + b1 X1 + b2X 2 + e
Y2 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana :
Y1 : Net Profit Margin
Y2 : Earning Per Share
(61)
b1 dan b2 : koefisien regresi
X1 : Total Aktiva
X2 : Long Term Debt to Equity
e : Standard Error
Pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a Membuat formulasi hipotesis H1 : b0≠ b1≠ b2≠ 0
1. Total aktiva dan Long Term Debt to Equity secara bersama-sama berpengaruh terhadap Net Profit Margin.
2. Total aktiva dan Long Term Debt to Equity secara bersama-sama berpengaruh terhadap Earning Per Share.
b. Menentukan tingkat signifikansi
Untuk menentukan nilai F table dengan menggunakan tingkat kepercayaan (convident interval) 95% atau significant level ( ) 5 % serta derajat kebebasan (df1 dan df2 )
c. Dasar pengambilan keputusan
Jika F hitung > F tabel atau jika tingkat signifikan ( ) < 0,05 berarti variabel
(62)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian 4.1.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif difokuskan kepada rata-rata dan standar deviasi.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LnTA_02 LnTA_03 LnTA_04 LnTA_05 LnTA_06 DER_02 DER_03 DER_04 DER_05 DER_06 NPM_02 NPM_03 NPM_04 NPM_05 NPM_06 EPS_02 EPS_03 EPS_04 EPS_05 EPS_06 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11,737 11,681 11,624 11,531 11,482 0,003 0,003 0,004 0.003 0,003 0,011 0,023 0,023 0,025 0,007 1,091 1,166 0,696 1,472 0,842 15,124 15,245 15,530 15,645 15,954 1,698 1,507 1,424 1,419 1,259 1,910 5,289 0,232 0,289 0,257 974,836 284,005 142,815 122,381 85,455 13,4855 13,6213 13,7589 13,8683 13,9164 0,38325 0,24058 0,30142 0,23442 0,31375 0,37058 0,61683 0,13192 0,13742 0,11742 138,813 74,7426 51,8903 51,9730 36,8944 1,05490021 1,14983747 1,22090469 1,28550147 1,33162877 0,55649947 0,40836135 0,39604877 0,39855773 0,43379281 0,53649968 1,48341509 0,07005512 0,09257769 0,07962921 269,557482 76,2642242 43,5100234 43,7959826 33,083168
(63)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perusahaan properti yang terdaftar di BEI sejak tahun 2002 sampai dengan 2006 yang terpilih sebagai sampel melalui metode purposive sampling berjumlah 12 perusahaan sehingga jumlah sampel pengamatan dalam penelitian ini adalah 60 sampel penelitian. Nilai ukuran perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara Rp13,486 – Rp13,921 yang menunjukkan total aktiva meningkat dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Nilai kebijakan pendanaan perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara 38% – 31% dimana nilai rata-rata penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun 2002 sampai 2006. NPM perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara 0,37 sampai dengan 0,12 yang menunjukkan adanya penurunan NPM. EPS perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara 138,81 sampai dengan 36,89 yang berarti terjadi penurunan EPS yang demikian tajam. Total aktiva minimum pada tahun 2002 adalah Rp 11,737 dan total aktiva maksimum Rp 15,124 dengan rata-rata Rp 13,48550 dan standar deviasi 1,054900. Total aktiva minimum pada tahun 2003 adalah Rp 11,681 dan total aktiva maksimum Rp 15,245 dengan rata-rata Rp 13,62125 dan standar deviasi 1,149837. Total aktiva minimum pada tahun 2004 adalah Rp 11,624 dan total aktiva maksimum Rp 15,530 dengan rata-rata Rp 13,75892 dan standar deviasi 1,220905. Total aktiva minimum pada tahun 2005 adalah Rp11,531 dan total aktiva maksimum Rp15,645 dengan rata-rata Rp13,886825 dan standar deviasi 1,285501. Total aktiva minimum pada tahun 2006 adalah Rp 11,482 dan total aktiva maksimum Rp 15,954 dengan rata-rata Rp 13,91642 dan
(64)
standar deviasi 1,331629. LDE minimum pada tahun 2002 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,698 dengan rata-rata 0,38325 dan standar deviasi 0,556499. LDE minimum pada tahun 2003 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,507 dengan rata-rata 0,24058 dan standar deviasi 0,408361. LDE minimum pada tahun 2004 adalah 0,004 dan LDE maksimum adalah 1,424 dengan rata-rata 0,30142 dan standar deviasi 0,396649. LDE minimum pada tahun 2005 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,419 dengan rata-rata 0,23442 dan standar deviasi 0,398558. LDE minimum pada tahun 2006 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,259 dengan rata-rata 0,31375 dan standar deviasi 0,433793 . NPM minimum pada tahun 2002 adalah 0,011 dan NPM maksimum adalah 1,910 dengan rata-rata 0,37058 dan standar deviasi 0,536500. NPM minimum pada tahun 2003 adalah 0,023 dan NPM maksimum adalah 5,289 dengan rata-rata 0,61683 dan standar deviasi 1,483415. NPM minimum pada tahun 2004 adalah 0,023 dan NPM maksimum adalah 0,232 dengan rata-rata 0,13192 dan standar deviasi 0,070055. NPM minimum pada tahun 2005 adalah 0,025 dan NPM maksimum adalah 0,289 dengan rata-rata 0,13742 dan standar deviasi 0,092578. NPM minimum pada tahun 2006 adalah 0,025 dan NPM maksimum adalah 0,257 dengan rata-rata 0,11742 dan standar deviasi 0,79629. EPS minimum pada tahun 2002 adalah 1,091 dan EPS maksimum adalah Rp 974,836 dengan rata-rata 138,81292 dan standar deviasi 269,557482. EPS minimum pada tahun 2003 adalah 1,166 dan EPS maksimum adalah Rp 284,005 dengan rata-rata 74,74258 dan standar deviasi 76,264224. EPS minimum pada tahun 2004 adalah 0,696 dan EPS maksimum adalah Rp 142,815 dengan rata-rata 51,89025 dan standar
(65)
deviasi 43,510023. EPS minimum pada tahun 2005 adalah 1,472 dan EPS maksimum adalah Rp122,381 dengan rata-rata Rp 51,97300 dan standar deviasi Rp 43,795983. EPS minimum pada tahun 2006 adalah Rp 0,842 dan EPS maksimum adalah Rp 85,455 dengan rata-rata Rp 36,89442 dan standar deviasi Rp 33,083168.
4.1.2 Teknik Pengujian Data
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan nilai skewness kurtosis. Berdasarkan nilai ini, suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika Z hitung
lebih kecil dari Z tabel . Nilai Z skewnes dapat dihitung dengan membandingkan antara
nilai kurtosis dengan standard deviasi dari nilai kurtosis. Nilai skewnes dan kurtosis dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Uji Normalitas Skewness Dan Kurtosis
Sumber : Lampiran 4
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari empat variabel yang akan diuji hanya data ukuran perusahaan yang berdistribusi normal. Untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat juga dilakukan dengan uji statistik
Kolmogorov-Variabel Ztabel Skewness Zhitung
Skewness
Kurtosis Zhitung
Kurtosis Ukuran Perusahaan (TA) 1.96 - 0,320 - 1,0356 - 0,868 - 1,428 Kebijakan Pendanaan (DER) 1.96 2,112 6,835 3,410 5,609 Kinerja Keuangan (NPM) 1.96 6,350 20,550 43,653 71,798 Kinerja Keuangan (EPS) 1,96 5,972 19,327 41,061 67,135
(66)
Smirnov. Hasil uji statistikKolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Uji Statistik Kolmogorov - Smirnov
Ukuran Perusahaan Kebijakan Pendanaan Kinerja Keuangan- NPM Kinerja Keuangan- EPS N Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
60 13,73011 1,181684 ,161 ,095 -,161 1,245 ,090 60 ,29468 ,431011 ,260 ,260 ,249 2,015 ,090 60 ,27487 ,711612 ,398 ,398 -,353 3,085 ,000 60 70,86261 129,879289 ,295 ,285 -,295 2,281 ,000 a Test distribution is normal.
b Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel 4.3 dapat dilihat nilai kolmogorov-Smirnov untuk variabel ukuran perusahaan 1,245 dengan probabilitas signifikansi 0.090 dan nilainya di atas 0.05, yang berarti data variabel ukuran perusahaan berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov variabel kebijakan pendanaan 2,015 dengan probabilitas signifikansi 0.001, variabel NPM 3,085 dengan probabilitas 0,000 dan variable EPS 2,281 dengan probabilitas 0,000 berada di bawah 0.05, berarti data variabel kebijakan pendanaan, NPM dan EPS tidak berdistribusi normal. Selain itu, melalui grafik histogram dapat dilihat apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Dari gambar 4.1 nampak bahwa hasil tampilan grafik histogram menunjukkan variabel ukuran perusahaan mendekati distribusi normal, sementara hasil tampilan
(67)
16.00 15.00 14.00 13.00 12.00 11.00 10 8 6 4 2 0
Mean = 13.7301 Std. Dev. = 1.18168 N = 60
Fr equenc y Ukuran Perusahaan 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
DER_ Keb Pen
30 25 20 15 10 5 Fr equ enc y 0
Mean = 0.2947 Std. Dev. = 0.43101 N = 60
Gambar 4.2 Histogram Kebijakan Pendanaan
grafik histogram menunjukkan bahwa variabel kebijakan pendanaan memiliki disribusi tidak normal dan menceng ke kiri (positive skewness).
(68)
(69)
Data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal, Apabila tampilan grafik histogram menunjukkan variable tidak normal dan menceng ke kiri (positive skewness) maka bentuk transformasinya adalah SQRT(x) atau akar kuadrat (Ghozali, 2005: 32). Statistik deskriptif setelah dilakukan transformasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif - SQRT
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LnTA_02 LnTA_03 LnTA_04 LnTA_05 LnTA_06 SQRT_DER02 SQRT_DER03 SQRT_DER04 SQRT_DER05 SQRT_DER06 SQRT_NPM02 SQRT_NPM03 SQRT_NPM04 SQRT_NPM05 SQRT_NPM06 SQRT_EPS02 SQRT_EPS03 SQRT_EPS04 SQRT_EPS05 SQRT_EPS06 Valid N (listwise)
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11,737 11,681 11,624 11,531 11,482 0,05 0,05 0,06 0.05 0,05 0,10 0,15 0,15 0,16 0,08 1,04 1,08 0,83 1,21 0,92 15,124 15,245 15,530 15,645 15,954 1,30 1,23 1,19 1,19 1,12 1,38 2,30 0,48 0,54 0,51 31,22 16,85 11,95 11,06 9,24 13,48550 13,62125 13,75892 13,86825 13,91642 0,4902 0,3976 0,4563 0,3770 0,4496 0,5107 0,5578 0,3480 0,3461 0,3181 8,9230 7,7264 6,4013 6,4216 5,1594 1,054900 1,149837 1,220905 1,285501 1,331629 0,39485 0,29997 0,31893 0,31733 0,34890 0,34610 0,57746 0,10844 0,13865 0,13314 8,03576 4, 05138 3,45054 3,42236 3,34803
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat nilai dari variabel-variabel setelah dilakukan transformasi. LDE minimum pada tahun 2002 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,30 dengan rata-rata 0,4902 dan standar deviasi 0,39485. LDE minimum pada tahun 2003 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,23 dengan rata-rata 0,3976 dan
(70)
standar deviasi 0,29997. LDE minimum pada tahun 2004 adalah 0,06 dan LDE maksimum 1,19 dengan rata-rata 0,4563 dan standar deviasi 0,31893. LDE minimum pada tahun 2005 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,19 dengan rata-rata 0,3770 dan standar deviasi 0,31773. LDE minimum pada tahun 2006 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,12 dengan rata-rata 0,4496 dan standar deviasi 0,34890. NPM minimum pada tahun 2002 adalah 0,10 NPM maksimum 1,38 dengan rata-rata 0,5107 dan standar deviasi 0,34680. NPM minimum pada tahun 2003 adalah 0,15 dan NPM maksimum 2,30 dengan rata-rata 0,5578 dan standar deviasi 0,1,57746. NPM minimum pada tahun 2004 adalah 0,15 dan NPM maksimum 0,48 dengan rata-rata 0,3480 dan standar deviasi 0,10844. NPM minimum pada tahun 2005 adalah 0,16 dan NPM maksimum 0,54 dengan rata-rata 0,3461 dan standar deviasi 0,13865. NPM minimum pada tahun 2006 adalah 0,08 dan NPM maksimum 0,51 dengan rata-rata 0,3181 dan standar deviasi 0,13314. EPS minimum pada tahun 2002 adalah Rp1,04 dan EPS maksimum Rp 31,22 dengan rata-rata Rp 8,9230 dan standar deviasi Rp 8,03576. EPS minimum pada tahun 2003 adalah Rp 1,08 dan EPS maksimum Rp 16,85 dengan rata-rata Rp 7,7264 dan standar deviasi Rp 4,05138. EPS minimum pada tahun 2004 adalah Rp 0,83 dan EPS maksimum Rp 11,95 dengan rata-rata Rp 6,4013 dan standar deviasi Rp 3,45054. EPS minimum pada tahun 2005 adalah Rp 1,21 dan EPS maksimum Rp 11,06 dengan rata-rata Rp 6,4216 dan standar deviasi Rp 3,42236. EPS minimum pada tahun 2006 adalah Rp 0,92 dan EPS maksimum Rp 9,24 dengan rata-rata Rp 5,1594 dan standar deviasi Rp 3,34803.
(1)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
(2)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
(3)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
(4)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
(5)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
(6)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008