Pengaruh Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan

4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan

Hasil pengujian terhadap hipotesis dua H2 menunjukkan bahwa penelitian ini menemukan pengaruh negatif yang tidak signifikan antara LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien regresi kebijakan pendanaan sebesar -0,078 dengan signifikansi 0,263 yang berarti bahwa setiap adanya penurunan LDE sebesar satu satuan akan berpengaruh pada kenaikan NPM sebesar 0,263 satuan. Hasil temuan ini terbukti menolak hipotesis dua H2 yang menyatakan bahwa long term debt to equity mempunyai pengaruh positif terhadap NPM, dan sekaligus menjawab rumusan masalah kedua penelitian ini. Hasil temuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sheng dan Li 2006, Masidonda 2001, Arrayani 2003, Arsana 2007 yang menemukan pengaruh positif yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja keuangan. Hasil temuan ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya diduga disebabkan perbedaan objek penelitian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan properti sedangkan penelitian sebelumnya mengambil objek penelitian pada perusahaan petrokimia Sheng dan Li, perusahaan makanan dan minuman Masidonda, industri tekstil Arrayani, Koperasi Unit Desa Arsana. Perbedaan objek penelitian ini memberikan karakteristik sumber dan penggunaan dana yang berbeda dimana perusahaan yang menjadi objek penelitian sebelumnya memperoleh sumber dana untuk memenuhi kebutuhan aktiva dalam melakukan operasional perusahaan sementara perusahaan properti yang menjadi objek penelitian lebih Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008 banyak didanai oleh kewajiban jangka pendek yang diterima sebagai uang muka. Perbedaan variabel penelitian juga diduga sebagai faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, dimana variabel bebas dalam penelitian ini adalah long term debt to equity sementara variabel bebas pada penelitian sebelumnya adalah debt to asset ratio DAR, variabel terikat pada penelitian ini adalah NPM sedangkan variabel terikat pada penelitian sebelumnya adalah rentabilitas modal sendiri. Lokasi penelitian yang berbeda diduga juga menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian ini berdasarkan laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam pasar modal yang berkembang emerging financial market Tandelilin, 1997 sementara penelitian Sheng dan Li berdasarkan laporan keuangan pada perusahaan dengan pasar modal yang relatif kuat. Selanjutnya perbedaan diduga terjadi karena jumlah sampel pada penelitian ini yang relatif sedikit hanya 12 perusahaan dibandingkan dengan sampel pada penelitian sebelumnya 23 hingga 157 perusahaan. Hasil temuan ini mendukung prediksi teori trade off yang menyatakan bahwa apabila posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan Brigham dan Gapensi, 1993: 415-416. Dari tabel 4.29 dapat dilihat bahwa posisi struktur modal debt to asset ratio, DAR sampel perusahaan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 berkisar antara 0,50 – 0,60 dan sudah berada di atas target struktur modal optimal 0,30 – 0,40 Sugihen, 2003. DAR yang mengalami penurunan Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008 mulai dari tahun 2003 menggambarkan adanya kenaikan EAR equity to asset ratio , dan kenaikan EAR ini terjadi pada saat terjadi penurunan laba menggambarkan bahwa kenaikan ekuitas bukan berasal dari laba tetapi berasal dari pertambahan modal pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahan lebih mengutamakan sumber dana dari modal sendiri. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ditemukan pengaruh yang tidak signfikan antara LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan dengan NPM sebagai indikator kinerja keuangan. Hasil pengujian terhadap hipotesis lima H5 menunjukkan bahwa penelitian ini menemukan pengaruh negatif yang tidak signifikan antara LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien regresi kebijakan pendanaan sebesar -0,204 dengan signifikansi 0,895 yang berarti bahwa setiap adanya penurunan LDE sebesar satu satuan akan berpengaruh pada kenaikan EPS sebesar 0,263 juta rupiah. Hasil temuan ini terbukti menolak hipotesis lima H5 yang menyatakan bahwa long term debt to equity mempunyai pengaruh positif terhadap EPS, dan sekaligus menjawab rumusan masalah kelima penelitian ini. Pembahasan pada hipotesis lima ini mengenai hasil temuan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya dan hubungan hasil temuan dengan teori trade off adalah sebagaimana halnya dengan pembahasan pada hipotesis dua. Untuk melihat kenyataan empiris dari hasil temuan ini, informasi perkembangan kebijakan pendanaan dan EPS dari sampel perusahaan selama periode 2002 sampai dengan 2006 yang disajikan pada tabel 4.29 dapat digunakan. Tabel 4.29 Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008 menunjukkan adanya fluktuasi LTD dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 sementara terjadi kenaikan ekuitas yang terus menerus yang menyebabkan LDE juga mengalami fluktuasi yaitu menurun pada tahun 2003, meningkat kembali pada tahun 2004, pada tahun 2005 turun kembali dan pada tahun 2006 meningkat lagi yang memberikan LDE 0,195. Penjualan mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 tetapi tidak disertai dengan peningkatan laba bersih secara terus menerus. Peningkatan ekuitas yang menyebabkan LDE menurun disebabkan oleh peningkatan modal saham yang terlihat dari kenaikan jumlah saham yang beredar secara terus menerus dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Penurunan laba bersih yang terjadi pada satu sisi, sebaliknya terjadi peningkatan jumlah saham yang beredar pada sisi yang lain menyebabkan EPS turun dalam tingkat yang sangat tinggi sehingga EPS sebesar 129,24 pada tahun 2002 turun menjadi 18,78 pada tahun 2006. Hal ini merupakan penjelasan mengapa ditemukan pengaruh yang tidak signifikan antara LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan dengan EPS sebagai indikator kinerja keuangan dengan kekuatan pengaruh yang relatif lemah.

4.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan