2.1.4 Pendekatan Modigliani dan Miller MM
Pendekatan ini menyatakan bahwa kemungkinan munculnya proses arbitrase akan membuat harga saham untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang
maupun yang menggunakan hutang pada akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih suka terhadap investasi yang memerlukan dana yang
lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat risiko yang sama pula.
Dalam pasar sempurna dan tidak ada pajak, biaya modal dirumuskan sebagai berikut :
k
e
= k
eu
+ k
eu -
k
d
BS Dimana : k
e
= biaya modal sendiri setelah menggunakan hutang k
eu
= biaya modal sendiri sebelum menggunakan hutang k
d
= tingkat bunga B = nilai hutang
S = nilai modal sendiri Jadi MM beranggapan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak
ada pajak maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang atau modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran
pemilik perusahan. Dalam keadaan terdapat pajak, MM berpendapat keputusan pendanaan
menjadi relevan karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan kena pajak tax deductible. Dengan kata lain,
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
perusahaan akan membayar pajak yang lebih kecil karena perusahaan harus membayar bunga sebagai akibat penggunaan hutang. Manfaat atas penghematan yang
diperoleh dengan membayar pajak yang lebih kecil akan mengalir kepada pemilik perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.5 Pecking Order Theory
Pecking order theory Myers dan Majluf, 1984 dan Myers, 1984 dalam
Kaaro, 2003 menunjukkan bahwa urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, hutang dan yang terakhir adalah penerbitan saham ekuitas. Penggunaan sumber
dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan dana lebih tinggi dari sumber dana internal laba ditahan yang ada.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit bukan karena mempunyai
debt ratio yang rendah, tapi dikarenakan memerlukan external financing yang sedikit.
Sementara perusahaan dengan profitable yang rendah akan cenderung meminjam dalam jumlah yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang
merupakan sumber eksternal yang lebih disukai Husnan, 1996: 325.
2.1.6 Pendekatan Balanced Theory