Konsep Roman Detektif dan Unsur-Unsur Detektif

suami mereka. Di Jepang terdapat ribuan agensi detektif yang mempekerjakan puluhan ribu detektif yang juga bekerja untuk perusahaan asuransi terhadap klaim yang dicurigai penipuan, lalu pada berbagai perusahaan yang memeriksa calon karyawannya dan pada para pengacara yang membutuhkan informasi. https:id- id.facebook.comSSJofficialpageposts425659154176899

2.3 Konsep Roman Detektif dan Unsur-Unsur Detektif

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Sukapiring 1987:132, kata detektif berarti polisi rahasia. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kata detektif berasal dari kata bahasa Inggris detective yang berarti: detektif, reserse, mata-mata polisi. Kata reserse di Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Sukapiring 1987:132 berarti polisi rahasia. Selain kata detective dalam bahasa Inggris juga dikenal kata detect yang berarti: menemukan, mencium, mendapatkan, merasakan. Secara terperinci, Webster‟s New International Dictionary dalam Sukapiring 1987:132 mengatakan detect verb berarti: 1 menemukan, membuka kedok, membongkar: membuat jelas, membuat nyata: menyatakan, menampakkan, membuka, mengungkapkan; 2 memberitahu kepada, menyatakan kepada; menuduh, menyalahkan; membuka, menyingkapkan terhadap cahaya, membongkar; 3 menemukan mengetahui rahasia; 4 menemukan eksistensi, kehadiran atau kenyataan dari sesuatu sesuatu yang tersembunyi atau tak jelas. Misalnya menemukan bau, kejahatan. Kata detective berarti seseorang yang menemukan, secara khusus, seseorang yang bekerja dalam pencarian pelawan hukum atau membuntuti tersangka. Cerita detektif diartikan cerita yang mengisahkan pencarian atau pelacakan kejahatan. Menurut Poerwadarminta dalam Sukapiring 1987:133 yang dimaksud roman detektif ialah cerita roman yang menceritakan perbuatan-perbuatan detektif. Eksiklopedi Indonesia II dalam Sukapiring 1987:133 menjelaskan, yang dimaksud dengan roman detektif ialah, cerita roman yang menokohkan agen polisi yang trampil menyingkap rahasia, pembunuhan dan liku-liku kejahatan. Menurut Jakob Sumardjo dalam Sukapiring 1987:133 yang dimaksud dengan dengan novel detektif ialah cerita novel yang dimulai dengan pembunuhan, kemudian sang detektif mencari bukti-bukti, melacak si pembunuh, dan akhirnya ditutup dengan ditemukannya si pembunuh yang tak disangka-sangka pembaca. Selain itu di dalam Kamus Istilah Sastra yang terdapat di dalam Sukapiring 1987:133, yang dimaksud dengan cerita detektif detective story adalah kisahan yang mengungkapkan sebuah misteri melalui kumpulan tafsiran isyarat-isyarat. Dari uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan roman detektif ialah cerita yang mengisahkan perbuatan- perbuatan detektif yang trampil menyingkap misteri pembunuhan dan liku-liku kejahatan melalui kumpulan tafsiran. Menurut Teeuw dalam Sukapiring 1987:134 ada tiga konvensi roman detektif. Yang pertama harus ada mayat, yang kedua harus ada detektif, yaitu tokoh yang lebih pintar dari semua tokoh lain dalam roman ini. Orang ini merupakan satu-satunya tokoh yang nantinya mampu memecahkan segala teka- teki yang ada dalam roman detektif itu. Konvensi yang ketiga adalah, pemecahan teka-taki yang tidak terduga pada akhir cerita. Kemudian Sudjiman dalam Sukapiring 1987:134 mengatakan, konvensi cerita detektif ada empat. Yang pertama di dalam cerita detektif terdapat butir- butir kepintaran si penjahat. Yang kedua, kedunguan polisi. Yang ketiga, kehebetan detektif, dan yang keempat, pengungkapan kejahatan yang mengesankan. Di samping keempat konvensi tersebut, dalam cerita detektif, ada hukum yang lazim berlaku. Menurut Sudjiman dalam Sukapiring 1987:135, hukum yang lazimnya berlaku dalam cerita detektif ialah bahwa isyarat-isyarat yang menuju penyelesaian harus diungkapkan tepat ketika sang detektif menemukan syarat-syarat tersebut. Kemudian Faruk dalam Sukapiring 1987:135 mengatakan, cerita detektif setidak-tidaknya dua komponen yang utama, yaitu pendeteksian dan unsur yang dideteksi. Menurut Sukapiring 1987:135, dari batasan konvensi detektif serta konvensi roman detektif Teeuw, Panuti Sudjiman dan Faruk itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa cerita detektif itu setidak-tidaknya mempunyai 4 komponen yang utama, yaitu: unsur kejahatan, unsur misteri, unsur detektif dan unsur pemecahan masalah yang tidak terduga.

2.4 Unsur-Unsur Detektif