Kemudian Kartini Kartono dalam Sukapiring 1987:136 menyebutkan bahwa, yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah: 1. Pembunuhan,
penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. Perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan; 3. Pelanggaran seks dan
pemerkosaan; 4. Maling, mencuri; 5. Pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. Pemalsuan, penggelapan; 7. Korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. Pelanggaran
ekonomi; 9. Penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. Pelanggaran sumpah; 11. Bigami kawin rangkap pada satu saat; 12. Kejahatan-
kejahatan politik; 13. Penculikan; 14. Perdagangan dan penyalahgunaan narkotika. Jadi kejahatan itu bisa jadi berupa pembunuhan dan dapat berupa
perbuatan yang bukan pembunuhan, yaitu perbuatan yang melanggar hukum. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kejahatan ialah hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang dapat merugikan masyarakat luas. Dalam novel The Tokyo Zodiac Murders ini peneliti akan
mengungkapkan kejahatan-kejahatan para pelaku dalam novel tersebut yang berupa pembunuhan.
2.4.2 Unsur Misteri
Misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, merupakan komponen yang dideteksi, yang harus dipecahkan. Karena misteri merupakan
salah satu komponen yang utama, kehadiran mayat seperti dikemukakan Teeuw dalam Sukapiring 1987:136-137 itu tidak penting, kehadiran mayat
sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu. Selain mayat,
terdapat pula alat-alat lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono sebelumnya. Yang penting semuanya itu harus misterius, menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan, seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya dan lain-lainnya. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan
melahirkan sebuah usaha pencari jawaban. Usaha pencarian jawaban ini oleh Faruk dalam Sukapiring 1987:136-137 disebut deteksi dan pencarian jawaban
detektif. Selanjutnya, pencarian-pencarian jawaban itu akan menimbulkan
ketegangan bagi pembaca, seperti yang dikemukakan oleh Teeuw dalam Putra 2009:16 mengatakan, ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah
roman detektif. Ini menunjukkan bahwa rasa tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca roman detektif. Pembaca selalu dibuat ragu-ragu oleh sesuatu hal,
apakah hal itu penting ataukah tidak dalam perkembangan alurnya. Sudjiman dalam Putra 2009:16 merumuskan istilah tegangan sebagai ketidakpastian yang
berkelanjutan atas suasana yang makin mendebarkan yang diakibatkan jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon. Tegangan ini menopang keingintahuan pembaca
akan kelanjutan cerita. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan misteri yang berupa hal-hal yang menimbulkan pertanyaan yang terdapat dalam novel
The Tokyo Zodiac Murders.
2.4.3 Unsur Detektif
Menurut Teeuw dalam Sukapiring 1987:137 unsur detektif merupakan kedua yang harus ada dalam roman detektif. Dialah yang membuka misteri dalam
cerita. Detektif dibedakan atas detektif swasta atau bukan, anggota organisasi detektif atau aparat pemerintah. Ada juga detektif yang bekerja sebagai detektif
tanpa dibantu detektif lain, kecuali polisi. Proses pengungkapan misteri kejahatan yang dilakukan detektif dalam
cerita detektif, pada dasarnya mengandalkan kecerdasan detektif. Detektif dalam menjalankan tugas sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain.
Dalam www.wikipedia_bahasa_indonesia.ensiklopedi.org
dijelaskan detektif adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik
sebagai detektif polisi maupun sebagai detektif swasta. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa detektif adalah seorang yang bekerja untuk
memecahkan suatu masalah dengan memecahkan lika-liku kejahatan melalui kumpulan tafsiran-tafsiran. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan
mengenai detektif swasta yang menyelesaikan kasus pembunuhan tersebut dalam novel The Tokyo Zodiac Murders.
2.4.4 Unsur Pemecahan Masalah yang Tidak Terduga pada Akhir Cerita