Unsur-Unsur Detektif dalam Novel The Tokyo Zodiac Murders

akhir surat, Tokiko juga menjelaskan bahwa surat yang ditemukan polisi di studio milik Heikichi Umezawa adalah tulisannya. Heikichi begitu baik padanya. Dia hanya memiliki sedikit teman, karena itu Heikichi banyak menceritakan tentang dirinya pada Tokiko. Tulisan tangan mereka mirip, karena itu Tokiko memutuskan untuk membuat surat seperti itu sebagai bagian dari rencananya. Tapi, dia juga harus membunuh ayahnya sendiri.

3.2 Unsur-Unsur Detektif dalam Novel The Tokyo Zodiac Murders

Berikut akan dibahas mengenai unsur-unsur detektif yang terdapat dalam novel The Tokyo Zodiac Murders berdasarkan dari pendapat yang dikemukakan oleh Sukapiring.

1. Unsur Kejahatan

Unsur kejahatan akan menjadi unsur pertama yang akan dibahas dalam novel ini. Unsur kejahatan ini akan terfokus pada tindak pembunuhan. Cuplikan 1 hal 46 Hal yang paling mengerikan dan sulit dimengerti dalam kasus Zodiak adalah bahwa keenam wanita muda tersebut dibunuh tepat seperti yang digambarkan dalam catatan Heikichi. Yang aneh adalah, Heikichi dibunuh sebelum kematian wanita-wanita muda itu, yang, sebenarnya, adalah para putri dan keponakannya. Dia menyebut-nyebut nama sejumlah orang, tetapi mereka punya alibi. Tentu saja, semua alibi itu diperiksa dengan seksama, tetapi semua tersangka telah terbukti tidak bersalah. Heikichi sendiri tampaknya merupakan satu- satunya orang yang memiliki motif kuat, tetapi dia sudah mati ketika pembunuhan terjadi, sehingga dia tidak mungkin dicurigai. Analisis: Pada cuplikan di atas, dijelaskan oleh Kazumi Ishioka bahwa benar adanya telah terjadi pembunuhan pada keenam gadis seperti yang dituliskan oleh Heikichi Umezawa di dalam catatannya. Hal ini menjadi mengerikan dan sangat tidak masuk akal mengingat Heikichi Umezawa sendiri sudah dibunuh sebelum pembunuhan itu terjadi. Dalam cuplikan ini, disebutkan bahwa Heikichi sudah mati dibunuh sebelum pembunuhan gadis-gadis lainnya. Dari cuplikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi tindak kejahatan yang berbentuk pembunuhan di dalam novel ini. Pada cuplikan ini, fokus korban pembunuhan adalah Heikichi Umezawa sendiri. Dengan adanya cuplikan di atas, menunjukkan indeksikal adanya unsur kejahatan yang berbentuk pembunuhan. Hal ini membenarkan pendapatkan Sukapiring 1987:135, bahwa kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama dalam roman detektif. Cuplikan 2 hal 50 “Kazue dibunuh di rumahnya di Kaminoge, Subdistrik Setagaya, yang cukup jauh dari rumah keluarga Umezawa dan studio Heikichi di Ohara, Subdistrik Meguro. Dia diperkosa, sehingga disimpulkan bahwa pembunuhnya adalah laki-laki, dan kemungkinan perampok. Bisa jadi hanya kebetulan saja Kazue dibunuh pada saat bersamaan dengan Umezawa dan yang lainnya. “Setelah kematian Kazue, pembunuhan berantai itu berlangsung, tepat seperti yang digambarkan dalam catatan Heikichi. Mereka menyebutnya „pembunuhan berantai‟, tetapi korban sebenarnya tidak dibunuh secara berantai satu demi satu — mereka dibunuh pada saat bersamaan. Entah bagaimana, keluarga Umezawa dikutuk.” Analisis: Pada cuplikan ini, dijelaskan bahwa Kazue telah dibunuh di rumahnya. Ia kemungkinan diperkosa, dibunuh dan kemudian dirampok oleh pelaku tersebut. Dalam cuplikan, “Kazue dibunuh di rumahnya di Kaminoge, Subdistrik Setagaya ” disebutkan dengan jelas bahwa korban pembunuhan adalah Kazue dan telah dibunuh di rumahnya. Dalam cuplikan di atas, fokus korban pembunuhan adalah Kazue yang telah dibunuh di rumahnya. Berdasarkan dari cuplikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesimpulan bahwa cuplikan tersebut menunjukkan adanya indeksikal unsur kejahatan, yaitu pembunuhan. Hal ini juga membenarkan pendapat Sukapiring 1987:135, bahwa kejahatan adalah merupakan salah satu komponen yang utama dalam roman detektif. Bentuk dari kejahatan ini adalah pembunuhan, seperti yang dikatakan Kartini Kartono dalam Sukapiring 1987:136. Cuplikan 3 hal 97 “Keenam gadis itu dibunuh dengan asam arsenius. 0,2-0,3 gram zat tersebut ditemukan di dalam perut mereka berenam.” “Apa? Ada yang tidak cocok di sini. Menurut catatan Heikichi, setiap gadis seharusnya dibunuh dengan logam berbeda. Dan sebotol racun yang berada di dalam rumah tidak masuk akal — bukankah gadis-gadis itu dibunuh di tempat lain sebelum Masako sampai di rumah?” “Ironisnya, itu alasan yang digunakan polisi untuk meringkusnya. Racun tersebut memungkinkan mereka untuk mengeluarkan surat penangkapan. Sementara untuk logam yang disebutkan dalam catatan Heikichi, beberapa jenis logam yang berbeda ditemukan di dalam mulut dan kerongkongan korban, tetapi bukan itu yang membunuh mereka. Jelas asam arsenat yang menyebabkan kematian mereka — dosis 0,1 gram saja sudah mematikan. Di antara para pembunuh, potasium sianida adalah racun pilihan, tetapi jumlah yang dibutuhkan 0,15 gram. Asam arsenius lebih beracun. Arsenik trioksida terurai di dalam air dan menjadi asam arsenius. Semakin besar kadar alkali di dalam air, semakin mudah ia terurai. Rumusnya adalah As 2 O 3 +3H 2 O ↔ H 3 AsO 3 . Sebagai tambahan, obat penawar untuk keracunan arsenik adalah besi oksida hidrat.” Analisis: Dalam cuplikan ini, dijelaskan bahwa keenam gadis Umezawa telah dibunuh oleh pelaku dengan memberikan mereka racun arsenik. Ini sedikit aneh mengingat di dalam catatannya, Heikichi mengatakan akan membunuh mereka dengan logam yang sesuai dengan astrologi mereka. Memang beberapa logam ditemukan dalam mulut mereka, tapi bukan logam itu yang membunuh mereka. Dalam cuplikan di atas, fokus korban pembunuhan adalah keenam gadis-gadis Umezawa. Cuplikan ini menunjukkan adanya indeksikal unsur kejahatan, yaitu pembunuhan terhadap keenam gadis Umezawa. Dari keterangan di atas, maka dapat dipastikan bahwa telah terjadi pembunuhan dalam novel ini. Ada tiga kasus pembunuhan yang terjadi dalam novel ini, dan kesemuanya saling berkaitan. Yang pertama adalah pembunuhan Heikichi Umezawa, si seniman gila. Yang kedua adalah pembunuhan Kazue, putri tiri dari Heikichi Umezawa, dan yang ketiga adalah pembunuhan sekaligus terhadap keenam gadis yang adalah putri dan keponakan Heikichi Umezawa. Dengan adanya cuplikan di atas, menunjukkan indeksikal adanya unsur kejahatan. Hal ini membenarkan pendapat dari Sukapiring 1987:135, bahwa kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama dalam roman detektif. Bentuk dari kejahatan itu sendiri adalah pembunuhan, seperti yang dikatakan oleh Kartini Kartono dalam Sukapiring 1987:136.

2. Unsur Misteri

Unsur misteri merupakan satu dari beberapa unsur detektif yang dibahas karena unsur ini sangat penting, hal ini adalah pemicu munculnya suatu ketegangan yang dihasilkan oleh tindak kejahatan yang dilakukan oleh tokoh- tokohnya dari setiap cerita novel tersebut. Unsur misteri ini sendiri terdiri atas hal- hal yang menimbulkan pertanyaan. Cuplikan 1 hal 60 “Tapi, cukup sekian kita membahas jejak sepatu— yang jauh dari hal paling menarik dalam pembunuhan Heikichi. Seperti yang diungkapkannya sendiri, dia memasang jeruji besi pada jendela dan kaca atap studionya. Dia orang yang sangat berhati-hati. Jeruji tersebut sama sekali tidak diotak-atik. Untuk alasan keamanan, jeruji ini dirancang untuk dilepas dari dalam. Dengan demikian, hanya ada satu cara untuk memasuki studio, yaitu melalui pintu. Si pembunuh harus masuk dan keluar melalui pintu. Sebenarnya, pintu itu bukan pintu biasa. Pintu itu berpanel tunggal dan bergaya Barat yang membuka ke arah luar, dan di bagian dalam ada palang untuk mengamankannya. Rupanya, Heikichi pernah melihat pintu seperti itu di hotel-hotel pedesaan Prancis dan dia memesan satu untuk studionya. Untuk mengunci pintu, kau harus menggeser palang dan memasukkannya ke dalam lubang di kerangka pintu. Palang itu memiliki lidah kecil yang harus diputar ke bawah pada tonjolan di pintu. Tonjolan ini dilengkapi cincin, dan ke dalam cincin ini dis elipkan kunci berbentuk kantong.” Kiyoshi tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan mengangkat tubuhnya di sofa. “Serius?” katanya. “Ya. Dan Heikichi dibunuh di balik pintu terkunci” Analisis: Dari cuplikan ini, dapat diketahui dengan pasti bahwa Heikichi telah dibunuh di dalam ruangan tertutup. Pada zaman dulu, pintu di Jepang adalah berbentuk pintu geser, sementara di studio Heikichi, pintunya sudah berbentuk pintu biasa yang daunnya terbuka ke arah luar. “Pintu itu berpanel tunggal dan bergaya Barat yang membuka ke arah luar, dan di bagian dalam ada palang untuk mengamankannya ” kalimat itu memberikan maksud bahwa pintu itu sudah berbentuk modern di mana di balik pintu tersebut, ada kunci yang biasa digeser ke arah dalam menuju lubang kunci yang memungkinkannya untuk tidak bisa terbuka dari luar ataupun dikunci dari luar. “Untuk mengunci pintu, kau harus menggeser palang dan memasukkannya ke dalam lubang di kerangka pintu .” untuk melakukan hal ini, tentunya orang dari dalamlah yang bisa mengunci pintu tersebut. Tetapi, sebuah misteri muncul ketika pintu itu terkunci dari dalam, sementara pelaku pembunuhan sudah keluar dari ruangan tersebut. “Palang itu memiliki lidah kecil yang harus diputar ke bawah pada tonjolan di pintu. Tonjolan ini dilengkapi cincin, dan ke dalam cincin ini diselipkan kunci berbentuk kantong. ” kalimat ini memberikan maksud bahwa pintu tersebut harus dikunci dengan gembok untuk menguncinya. Dan untuk melakukan itu, seseorang juga harus berada di dalam ruangan untuk bisa menguncinya. Karena mayat Heikichi ditemukan di dalam ruangan yang dikunci, maka kejadian ini adalah sebuah misteri pembunuhan di dalam ruangan terkunci. Hal yang membuat pertanyaan adalah, bagaimana si Pelaku membunuh Heikichi di dalam ruangan tertutup? Untuk itu, hal ini masuk ke dalam hal-hal yang menimbulkan pertanyaan. Dengan adanya pertanyaan berupa bagaimana si pelaku membunuh Heikichi di dalam ruangan tertutup, menunjukkan adanya indeksikal unsur misteri di dalam cuplikan novel ini. Hal ini membenarkan pendapat dari Sukapiring 1987:136-137, yang mengatakan bahwa misteri merupakan salah satu komponen yang utama roman detektif, merupakan komponen yang dideteksi, yang harus dipecahkan. Yang penting semua itu harus misteri, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya dan lain- lainnya. Cuplikan 2 hal 78 “Yah, untuk sementara kau boleh bilang begitu. Mari kita lanjutkan ke pembunuhan selanjutnya. Putri pertama Masako, Kazue, dibunuh di rumahnya di Kaminoge antara pukul tujuh dan sembilan malam, pada tanggal 23 Maret, satu bulan setelah kematian Heikichi. Tampaknya dia dipukuli sampai mati dengan vas beling. Aku bilang „tampaknya‟, karena darah pada vas sudah dibersihkan. Dibandingkan dengan kasus Heikichi, kasusnya tidak terlalu misterius. Mungkin kedengarannya jahat, tapi itu seperti pembunuhan biasa, kemungkinan dilakukan oleh perampok. Rumahnya diobrak-abrik, dan barang berharga serta uang dicuri dari laci-lacinya. Meskipun si pembunuh mengabaikan detail, tetapi dia menghapus darah dari vas dengan kain atau selembar kertas. Jika dia ingin menghancurkan barang bukti, dia bisa saja membawa vas itu bersamanya, tapi malah dia tinggalkan di lantai ruangan di sebelah ruangan tempat mayat Kazue ditemukan.” Analisis: Dalam cuplikan di atas, mulai diceritakan mengenai pembunuhan Kazue yang nampaknya memang tidak semisterius kasus pembunuhan Heikichi, tapi tetap saja kasus pembunuhan ini memicu adanya konflik di dalam novel ini. Pada kalimat, “Tampaknya dia dipukuli sampai mati dengan vas beling. Aku bilang „tampaknya‟, karena darah pada vas sudah dibersihkan. Dibandingkan dengan kasus Heikichi, kasusnya tidak terlalu misterius” mengandung unsur misteri. Jika memang benar Kazue dibunuh dengan menggunakan vas beling, kenapa tidak ada noda darah yang menempel di vas bunga tersebut? Selain itu, kenapa si pembunuh harus repot-repot membersihkan noda darah yang menempel di vas bunga yang menjadi barang bukti pembunuhannya. Dan hal itu ditegaskan dalam kalimat, “Meskipun si pembunuh mengabaikan detail, tetapi dia menghapus darah dari vas dengan kain atau selembar kertas. Jika dia ingin menghancurkan barang bukti, dia bisa saja membawa vas itu bersamanya, tapi malah dia tinggalkan di lantai ruangan di sebelah ruangan tempat mayat Kazue ditemukan ” dengan sengajanya si pembunuh membersihkan noda darahnya, maka hal itu merupakan sebuah kejanggalan di dalam kasus ini dan menimbulkan pertanyaan. Dalam cuplikan ini, pertanyaan yang timbul setelah membaca novel ini adalah jika memang benar Kazue dibunuh dengan menggunakan vas beling, kenapa tidak ada noda darah yang menempel di vas bunga tersebut? Dan kenapa si pembunuh harus repot-repot membersihkan noda darah yang menempel di vas bunga yang menjadi barang bukti pembunuhannya? Pertanyaan-pertanyaan yang muncul itu menunjukkan indeksikal adanya unsur misteri di dalam novel ini. Hal ini juga membenarkan pendapat Sukapiring 1987:136-137, yang mengatakan bahwa misteri merupakan salah satu komponen yang utama roman detektif, merupakan komponen yang dideteksi, yang harus dipecahkan. Yang penting semua itu harus misteri, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya dan lain- lainnya. Cuplikan 3 101-103 “Akiko ditemukan pada kedalaman sekitar 50 sentimeter, Tokiko 70 sentimeter, Nobuyo 1,4 meter, Yukiko 1,05 meter, dan Reiko 1,5 meter. Baik polisi maupun para calon Sherlock Holmes tidak dapat menemukan penjelasan yang masuk akal untuk hal itu” “Aha” “Tentu saja, fakta itu mungkin tidak disengaja. Si pembunuh bisa jadi tidak punya maksud tertentu: kalau tanahnya keras, dia tidak mau repot- repot menggali lubang yang dalam; kalau tanahnya tidak keras, dia menggali lebih dalam.” “Mungkin. Tetapi kau nyaris tidak bisa mengubur mayat pada kedalaman 50 sampai 70 sentimeter. Sebenarnya ada perbedaan besar dalam masalah kedalaman ini. Kuburan terdalam adalah 150 sentimeter — orang yang pendek bisa dikubur berdiri di dalam lubang seperti itu Coba kita lihat.. Akiko seorang Scorpio , dan kedalamannya 50 sentimeter.. Tokiko..” “Seorang Aries, dikubur pada kedalaman 70 sentimeter, si Scorpio 50 sentimeter, si Virgo 1,5 meter, si Sagitarius 1,4 meter; dan si Cancer 1,05 meter. Ini peta lokasi tempat mereka ditemukan.” “Baiklah. Jadi, hanya si Aquarius yang tidak dikubur. Terus terang, aku tidak dapat memikirkan hubungannya dengan unsur astrologi. Aku tak bisa melihat sebab atau alasan untuk melakukannya.” Analisis: Misteri dalam cuplikan ini adalah, kenapa mayat-mayat itu tidak dikubur dengan kedalaman yang sama? Kalimat Kiyoshi yang menyatakan, “Tentu saja, fakta itu mungkin tidak disengaja. Si pembunuh bisa jadi tidak punya maksud tertentu: kalau tanahnya keras, dia tidak mau repot- repot menggali lubang yang dalam; kalau tanahnya tidak keras, dia menggali lebih dalam ” sebenarnya masuk akal, bisa jadi si pembunuh memang tidak punya maksud apapun, mungkin karena lelah, si pembunuh tidak mengubur semua mayat pada kedalaman yang sama. Tetapi tenyata tidak sesederhana itu ketika Kazumi menyatakan fakta, “Mungkin. Tetapi kau nyaris tidak bisa mengubur mayat pada kedalaman 50 sampai 70 sentimeter. Sebenarnya ada perbedaan besar dalam masalah kedalaman ini. Kuburan terdalam adalah 150 sentimeter — orang yang pendek bisa dikubur berdiri di dalam lubang seperti itu Coba kita lihat.. Akiko seorang Scorpio, dan kedalamannya 50 sentimeter.. Tokiko..” “Seorang Aries, dikubur pada kedalaman 70 sentimeter, si Scorpio 50 sentimeter, si Virgo 1,5 meter, si Sagitarius 1,4 meter; dan si Cancer 1,05 meter. Ini peta lokasi tempat mereka ditemukan, ” kedalaman kuburan sangat akurat, seperti si pembunuh memang sudah merencanakan penguburan mayat gadis-gadis itu sejak awal. Dan karena kedalaman yang berbeda-beda itulah yang menjadikan penemuan mayat-mayat ini menjadi sebuah misteri yang harus dipecahkan. Pertanyaan yang muncul di dalam cuplikan ini adalah kenapa mayat-mayat itu tidak dikubur dengan kedalaman yang sama? Dengan adanya pertanyaan itu, maka cuplikan di atas menunjukkan indeksikal unsur misteri sesuai dengan pendapat Sukapiring 1987:136-137, yang mengatakan bahwa, yang penting semua itu harus misterius, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya dan lain-lainnya.

3. Unsur Detektif

Selain unsur kejahatan dan unsur misteri, unsur detektif merupakan unsur terpenting karena detektif adalah orang yang akan memecahkan semua kejahatan dan misteri yang terjadi di dalam novel ini. Unsur detektif ini sendiri akan terfokus pada detektif yang memecahkan masalah dalam novel ini. Cuplikan 1 hal 129 “Terus terang saja,” Mrs. Iida melanjutkan, “seharusnya saya melaporkan hal ini kepada polisi, tetapi situasi kami tidak mengizinkan kami untuk.. Mr. Mitarai, apakah Anda ingat Miss Mizutani? Saya rasa dia mendatangi Anda sekitar setahun yang lalu.” “Miss Mizutani..?” Mata Kiyoshi berkedip cepat. “Oh ya. Dia mendatangi kami karena urusan gangguan telepon yang dia terima.” “Nah, dia itu teman saya. Dia memberitahu saya bahwa Anda sangat berbakat, bukan hanya sebagai peramal nasib, tapi juga sebagai detektif. Dia sangat mengagumi Anda.” “Ah...” Kiyoshi membiarkan dirinya tersanjung. Analisis: Dalam cuplikan ini, dijelaskan mengenai detektif Kiyoshi Mitarai. Detektif Kiyoshi Mitarai adalah seorang peramal nasib, hal itu dapat dijelaskan dalam cuplikan “Anda sangat berbakat, bukan hanya sebagai peramal nasib ,” Dalam cuplikan ini, dapat diketahui bahwa detektif Kiyoshi Mitarai memiliki kemampuan meramal nasib dan berbakat dalam bidang itu. Namun tidak hanya itu, dia juga memiliki bakat seorang detektif, hal ini dapat diketahui pada kalimat selanjutnya yang diutarakan oleh Mrs. Iida, yaitu “tapi juga sebagai detektif” Dalam kalimat ini, dapat diketahui bahwa Kiyoshi Mitarai juga berprofesi sebagai seorang detektif. Dari cuplikan tersebut, mengindikasikan bahwa detektif Kiyoshi Mitarai adalah detektif yang akan memecahkan kasus-kasus dalam novel ini. Hal ini membenarkan pendapat dari Sukapiring 1987:137 yang mengatakan bahwa proses pengungkapan misteri kejahatan yang dilakukan oleh detektif dalam cerita detektif, pada dasarnya mengandalkan kecerdasan detektif. Detektif dalam menjalankan tugas sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain. Cuplikan 2 hal 175-176 “Saya serius. Ayah saya tidak akan beristirahat dengan tenang kalau kau terus bermain detektif-detektifan dengan catatannya. Penyidik kriminal bukanlah permainan ruang tamu. Hanya akan berhasil kalau kau mau berjalan ke sana kemari.” “Apakah yang Anda maksud Pembunuhan Zodiak Tokyo?” “Pembunuhan Zodiak Tokyo? Apa sih itu, judul buku komik? Orang langsung terpesona pada sesuatu yang terdengar sensasional, lalu bertingkah seakan-akan mereka detektif swasta. Mereka pikir itu mudah dan menyenangkan, tapi pekerjaan seorang detektif sungguhan sangat serius. Kami profesional — tidak seperti kalian— dan catatan tersebut dibutuhkan untuk penyelidikan kami.” “Kalau yang dibutuhkan hanya berjalan ke sana kemari, maka menjadi detektif adalah pekerjaan yang paling tepat untuk putra seorang penjual sepatu. Tetapi Anda melupakan sesuatu yang sangat penting — kerja otak. Jika kecerdasan adalah syarat untuk menjadi detektif yang baik, apa jadinya dengan Anda, hah? Saya pikir Anda tidak berhak mendapatkan catatan ini. Namun saya akan mempertimbangkan untuk menyerahkannya kepada Anda. Tetapi saya ragu. Anda tidak akan bisa memecahkan kasus ini, kecuali dengan menggunakan otak Anda — karena kalau tidak, saya peringatkan Anda , Anda akan kehilangan muka.” “Memperingatkan saya? Itu tidak perlu. Kami detektif profesional yang sangat terlatih. Kau pasti tahu, penyelidikan kriminal tidak semudah berjalan- jalan di hutan.” Analisis: Cuplikan di atas adalah perdebatan antara detektif Kiyoshi Mitarai dengan seorang detektif polisi yang tidak mempercayai kemampuan detektif Kiyoshi Mitarai. Detektif polisi itu menyebutkan dia adalah detektif profesional yang sudah terlatih, sedangkan detektif Kiyoshi Mitarai hanyalah orang yang sedang bermain detektif-detektifan. Polisi itu juga menuding bahwa detektif Kiyoshi Mitarai berlagak menjadi detektif swasta hanya karena terpesona pada kasus Pembunuhan Zodiak Tokyo. Namun, detektif Kiyoshi menyanggah pernyataannya dengan mengatakan bahwa “Kalau yang dibutuhkan hanya berjalan ke sana kemari, maka menjadi detektif adalah pekerjaan yang paling tepat untuk putra seorang penjual sepatu. Tetapi Anda melupakan sesuatu yang sangat penting — kerja otak. Jika kecerdasan adalah syarat untuk menjadi detektif yang baik, apa jadinya dengan Anda, hah? Saya pikir Anda tidak berhak mendapatkan catatan ini ” dalam cuplikan ini, Kiyoshi Mitarai menjelaskan bahwa pekerjaan detektif bukan hanya berjalan ke sana kemari, namun juga memerlukan kerja otak, dan syarat untuk menjadi detektif adalah kecerdasan. Berdasarkan cuplikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa detektif Kiyoshi Mitarai adalah detektif yang cerdas, namun orang lain masih meragukan kemampuannya. Cuplikan ini mengandung indeksikal unsur detektif, yang mana detektif tersebut adalah detektif Kiyoshi Mitarai. Cuplikan ini juga membenarkan pendapat dari Sukapiring 1987:137 yang mengatakan bahwa proses pengungkapan misteri kejahatan yang dilakukan oleh detektif dalam cerita detektif, pada dasarnya mengandalkan kecerdasan otak. Cuplikan 3 hal 195 “Boleh saya lihat kartu nama Anda?” Aku agak bingung dengan permintaan Okawa, tetapi Kiyoshi sedang bersemangat. Dia menautkan alisnya dan berbicara kepada Okawa dengan suara pelan, “Terus terang, Mr. Okawa, kami tidak diizinkan memperlihatkan kartu nama kami kepada warga sipil. Saya minta maaf. Apakah Anda pernah mendengar tentang Agen Penyelidikan Keamanan Publik?” “Mmm, yaa, sepertinya saya pernah dengar..” gumam Okawa. Sekarang giliran dia yang tampak gelisah. “Nah..” Kiyoshi berhenti sebentar sebelum melanjutkan. “Sebenarnya saya tidak boleh mengatakan ini. Tolong lupakan kalau saya pernah menyinggungnya. Kapan Anda bisa menemukan alamat terbaru Mr. Yasukawa?” Okawa tiba- tiba menjadi sangat kooperatif. “Saya harus pergi ke Takatsuki sekarang, tetapi saya akan segera kembali. Saya akan mendapatkan alamatnya pukul lima sore. Bisakah Anda menelepon saya sekitar waktu itu? Saya akan memberikan nomor saya..” “Kau hebat,” aku berbisik pada Kiyoshi, saat kami berderap kembali ke jalan utama. “Aku tidak tahu kau pandai menipu” “Oh, itu hanya masalah logika,” dia menanggapi dengan santai. “Mungkinkah seorang detektif mengungkapkan jati dirinya?” Analisis: Dalam cuplikan di atas, Kiyoshi Mitarai mengaku pada salah seorang narasumbernya bahwa mereka adalah Agen Penyelidikan Kemanan Publik. Memang di dalam cuplikan ini Kiyoshi tidak dengan jelas mengatakan bahwa dirinya adalah agen tersebut, tapi dengan menanyakan hal tersebut, membuat Okawa berpikir bahwa Kiyoshi adalah agen dari keamanan publik tersebut. Di dalam cuplikan selanjutnya, disebutkan bahwa Okawa menjadi sangat kooperatif ketika sudah mendengar bahwa Kiyoshi adalah agen penyelidikan keamanan publik. Di dalam cuplikan “Kau hebat,” aku berbisik pada Kiyoshi, saat kami berderap kembali ke jalan utama. “Aku tidak tahu kau pandai menipu” Kazumi mengatakan bahwa Kiyoshi sudah menipu dan berbohong mengenai identitasnya, namun Kiyoshi menjawabnya, “Mungkinkah seorang detektif mengungkapkan jati dirinya?”. Cuplikan ini menjelaskan, bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, detektif selalu menyamar menjadi profesi lain, dan Kiyoshi Mitarai melakukannya. Melihat dari cuplikan di atas, mengindikasikan adanya unsur detektif dalam novel ini. Hal-hal yang mengindikasikan unsur detektif tersebut adalah Detektif Kiyoshi Mitarai yang adalah orang yang akan memecahkan kasus-kasus di dalam novel ini, dia juga memiliki kecerdasan seorang detektif dan menyamar menjadi profesi lain saat menjalankan tugasnya. Hal ini membuktikan pendapat Sukapiring yang mengatakan bahwa proses pengungkapan misteri kejahatan yang dilakukan oleh detektif dalam cerita detektif, pada dasarnya mengandalkan kecerdasan detektif. Detektif dalam menjalankan tugas sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain.

4. Unsur Pemecahan Masalah yang Tidak Terduga pada Akhir Cerita

Unsur terakhir yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Unsur pemecahan masalah yang tidak terduga ini hanya akan membahas mengenai adanya dugaan yang salah yang membuat pembaca salah menerka siapa pelaku sebenarnya. Cuplikan 1 hal 99 “Akiko, si Scorpio, ditemukan dengan oker merah di mulutnya. Itu sejenis lumpur merah yang sering digunakan dalam cat; tidak beracun, dan merupakan zat yang mudah didapat. Yukiko, si Cancer, menyimpan nitrat perak di kerongkongannya; tidak berwarna dan beracun. Tokiko, si Aries, dipenggal lehernya, tetapi oker merah melumuri sekujur tubuhnya. Reiko, si Virgo, ditemukan dengan merkuri di dalam mulutnya. Dan Nobuyo, si Sagitarius, menyimpan timah di kerongkongannya.” Analisis: Dalam cuplikan ini Kazumi sedang menceritakan mengenai keadaan mayat gadis-gadis Umezawa ketika dibunuh berdasarkan catatan yang dia punya. Melalui cuplikan “Tokiko, si Aries, dipenggal lehernya, tetapi oker merah melumuri sekujur tubuhnya ”, disebutkan bahwa Tokiko ikut dibunuh bersama gadis-gadis lainnya dengan kepala yang dipenggal dengan oker merah yang melumuri sekujur tubuhnya. Melalui cuplikan ini, pembaca dibuat percaya bahwa Tokiko sudah mati bersama gadis-gadis lainnya, padahal kenyataannya Tokiko masih hidup. Di sini pembaca tidak akan menduga bahwa pelaku yang sebenarnya adalah Tokiko. Kebenaran mengenai Tokiko adalah pelaku pembunuhan dalam novel ini ada pada cuplikan 3. Jadi kesimpulannya, cuplikan ini memang menunjukkan adanya unsur yang tidak terduga pada akhir cerita yang membuat pembaca merasa terperangkap. Hal ini dibenarkan oleh Barthes dalam Sukapiring 1987:138, bahwa snare atau perangkap, biasanya akan menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Cuplikan 2 hal 103 “Setelah itu, polisi mengerahkan unit anjing pelacak mereka. Pencarian Tokiko membawa mereka ke Nakatoya di Hokkaido, Chichibu di Distrik Saitama, Kamaishi lagi, dan kemudian tambang besi besar di Prefektur Gumma. Di situlah mereka menemukan mayatnya tiga hari kemudian, tanggal 7 Mei. Mayatnya tak berkepala, jadi Tae ibu kandung Tokiko-lah yang harus mengindentifikasinya. Mayat itu memiliki kaki seorang penari balet, dan juga sebuah tanda lahir pada sisi kanan perutnya — seperti digambarkan dalam catatan Heikichi. Analisis: Dalam cuplikan ini, pembaca dibuat semakin yakin bahwa Tokiko sudah dibunuh oleh si pelaku. Dalam cuplikan, “mayatnya tak berkepala, jadi Tae ibu kandung Tokiko-lah yang harus mengindentifikasinya. Mayat itu memiliki kaki seorang penari balet, dan juga sebuah tanda lahir pada sisi kanan perutnya — seperti digambarkan dalam catatan Heikichi”, pengarang menjelaskan mengenai keadaan mayat Tokiko ketika ditemukan, yaitu tanpa kepala. Keadaan tubuhnya yang memiliki tanda lahir di sisi kanan perutnya membuat pembaca yakin bahwa dia adalah Tokiko. Kemudian ibu kandung Tokiko yang mengidentifikasi mayat Tokiko juga membuat pembaca merasa yakin bahwa Tokiko sudah tewas dibunuh dengan kepala dipenggal dan sama sekali tidak menduga-duga bahwa Tokiko adalah pelakunya. Penjelasan mengenai Tokiko adalah pelaku yang sebenarnya, akan dijelaskan dalam cuplikan berikut ini. Dengan adanya cuplikan ini, membuat pembaca semakin yakin dan terperangkap hingga akhirnya pemecahan kasus ini menjadi tidak terduga oleh pembaca. Hal ini menunjukkan indeksikal adanya unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita, seperti yang diungkapkan oleh Barthes dalam Sukapiring 1987:138, bahwa snare atau perangkap, biasanya akan menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Cuplikan 3 hal 304 “Sekarang, bagaimana dengan lokasi tempat mereka dibuang? Yah, sudah jelas, jika keenam kelompok potongan tubuh tersebut dibuang di satu lokasi, metode si pembunuh pasti akan segera dikenali para penyidik begitu mayat-mayat itu ditemukan. Guna menghindari risiko tersebut, si pembunuh memilih enam lokasi berbeda. Ya, benar sekali, dia yang memilih lokasi, bukan Heikichi Dialah yang menulis catatan Heikichi. Aku tidak yakin dia memercayai penafsiran astrologis yang dia sebutkan dalam catatan tersebut, karena, seperti dapat Anda lihat, bagian atas dan bawah dari setiap wanita pada kenyataannya dikubur secara terpisah di bagian barat dan timur Jepang. Tetapi permainan yang dia rancang memang sangat bagus. “Saat ini seharusnya sudah dapat dipahami, bahwa Taeko Sudo merupakan salah satu dari keenam wanita tersebut. Dan sekarang saya bisa mengungkapkan jati dirinya. Polisi diarahkan untuk menyimpulkan bahwa wanita itu juga mati bersama yang lain dan bahwa mayat tanpa kepala itu adalah dia. Ya, satu kepala yang tidak pernah ditemukan adalah milik.. Tokiko. Jadi, sudah pasti dia pembunuhnya.” Keheningan seketika menyergap. Selama beberapa saat kami semua tak mampu bersuara. “Kalau begitu,” aku berkata, “kau bermaksud mengatakan bahwa Taeko Sudo adalah, sebenarnya..” “Tokiko Umezawa.” Analisis: Pada cuplikan di atas, Kiyoshi mengungkapkan jati diri pelaku pembunuhan berantai tersebut, yaitu Tokiko Umezawa yang sudah mengganti namanya menjadi Taeko Sudo. Pada bagian ini, penonton dibuat tak percaya dan merasa terperangkap oleh cerita yang dibuat pengarang karena tidak menduga bahwa pelaku sebenarnya adalah Tokiko yang sejak awal sudah diceritakan ikut tewas dalam pembunuhan tersebut. Inilah yang disebut sebagai dugaan yang salah yang disengaja oleh pengarang untuk membuat pembaca merasa terperangkap dalam cerita detektif tersebut. Dengan adanya cuplikan-cuplikan di atas, mengindikasikan bahwa ada unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Dalam penelitian ini pemecahan masalah tersebut terfokus pada adanya dugaan yang salah, sehingga pembaca terperangkap dalam cerita. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Barthes dalam Sukapiring 1987: 138, bahwa snare atau perangkap, biasanya akan menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan