Biografi Pengarang TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE TOKYO ZODIAC

dicurigai sebagai pelaku kejahatan misterius yang dideteksi itu. Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu, yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu. Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah yang oleh Roland Barthes dalam Sukapiring 1987:32 disebut sebagai snare “perangkap”. Karena menampilkan pemecahan yang tidak terduga pada akhir cerita. Sukapiring, 1987: 137-138 Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan mengenai dugaan yang salah yang terdapat dalam novel The Tokyo Zodiac Murders.

2.5 Biografi Pengarang

Soji Shimada lahir pada tanggal 12 Oktober 1984 di kota Fuyukuma, Prefektur Hiroshima, Jepang. Ia lulus dari Seishikan High School di kota Fuyukuma dan kemudian Musashino Art University sebagai seni komersial desain utama. Setelah menghabiskan bertahun-tahun sebagai pengemudi truk sampah, penulis bebas dan musisi, ia melakukan debut sebagai penulis misteri pada tahun 1981 ketika The Tokyo Zodiac Murders ditetapkan sebagai finalis di penghargaan Edogawa Rampo. Karyanya yang paling terkenal termasuk Detective Mitarai Series dan Detective Yoshiki Series. Adapun serial dari Detective Mitarai Series sendiri sudah memiliki banyak judul, di antaranya: The Tokyo Zodiac Murders, Murder In The Crooked Mansion, The Knight Stranger, The Cannibal Tree of Dark Hill, The Crystal Pyramid, Vertigo, The Ryugatei Murders, Hollywood Certificate, Phantom Russian Warship dan masih banyak lainnya. Karya-karyanya sering melibatkan tema-tema seperti hukuman mati, Nihonjinron teorinya pada orang Jepang, Jepang dan budaya internasional. Dia adalah pendukung kuat dari amatir Honkaku otentik, ortodoks penulis misteri. Mengikuti tren Sekolah Sosial Fiksi kejahatan yang dipimpin oleh Seicho Matsumoto, ia adalah pelopor “Shin-Honkaku” ortodoks baru genre misteri logika. Dia dibesarkan penulis seperti Yukito Ayatsuji, Rintaro Norizuki dan Shogo Utano, dan ia booming sebagai pemimpin misteri dari akhir 1980-an. Sebagai ayah dari “Shin-Honkaku”, Shimada kadang-kadang disebut sebagai “The Godfather of Shin-Honkaku”. Meskipun seorang kritikus serius dan penulis, Shimada bukanlah orang yang keras. Banyak yang membayangkan bahwa dia adalah orang yang suram, tapi pada kenyataannya, dia cukup ramah secara pribadi. Sesekali karakter humornya bisa didapat di kisah misterinya, seperti di Soseki and The London Mummy Murders dan Let There Be Murder, Any Kind of Murder. Novel ini, terutama yang terakhir, melibatkan trik misteri mewah serta unsur sindiran, kebingungan, pemuda dan kelangsungan hidup. Tema yang bermacam-macam membuat novelnya menjadi sukses besar dan dibuat menjadi seri pendek. Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah memulai tantangan baru, sebuah serial animasi yang disebut “Taiga Novels”, berkolaborasi dengan ilustrator terkenal Masamune Shirow. Setelah dimulai pada bulan Januari 2008, ia dan Shirow berencana untuk menciptakan dua belas buku melalui penerbit Kodansha BOX. Di atas BOX, Shimada memegang kolom di majalah terkenal, Shinco Weekly. Dia juga memimpin dua kontes baru novel misteri amatir, yang pertama, “The City of Roses Fukuyama Mystery Award” untuk penulis amatir di Jepang, dan “The Soji Shimada Mystery Award” di Taiwan, yang disponsori oleh Crown Publishing Company. Bahkan melewati usia enam puluh, semangat menulis telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ia benar-benar maestro dari misteri Shin- Hankoku.

BAB III UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL THE TOKYO ZODIAC

MURDERS KARYA SOJI SHIMADA

3.1 Sinopsis Novel

Novel The Tokyo Zodiac Murders dibuka dengan surat tulisan tangan berisi pesan dan wasiat terakhir dari Heikichi Umezawa pada 21 Februari 1936. Di dalam surat itu, dia menuliskan bagaimana dirinya sejak kecil. Ia mengaku bahwa dia dirasuki iblis, roh jahat yang bertindak di luar kehendaknyan sejak kecil. Dia mengatakan bahwa iblis itu memainkan tipuan padanya, dan dirinya hanyalah sekadar boneka. Iblis itu sering menguasi dirinya bahkan sampai dirinya sendiri tidak bisa melawannya. Teman-temannya menganggapnya gila, hingga dia berusaha untuk mengeluarkan iblis itu dari tubuhnya dengan caranya sendiri. Di dalam surat itu Heikichi juga menceritakan bahwa dia sering bermimpi aneh di malam hari dan dia juga mengakui kekagumannnya terhadap wanita. Saat dia merasa iblis mempermainkannya seperti boneka, di saat itulah dia bermimpi tentang sang wanita sempurna. Ia terpesona oleh kecantikannya, kemampuan psikisnya, kekuatannya, dia sendiri sadar bahwa dia tidak bisa melukiskannya di kanvas. Ia kemudian memberi nama Azoth kepada wanita sempurna yang ada di dalam mimpinya tersebut. Yang artinya “dari A ke Z”. Wanita itu memenuhi impiannya sepenuhnya.