5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Skizofrenia
1.1 Defenisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian Kaplan Sadock, 2007. Skizofrenia adalah menggambarkan suatu kondisi psikotik yang kadang-
kadang ditandai dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, asosial, afek tumpul dan alogika. Pasien yang mengalami gangguan pada pikiran dan persepsi serta
perilaku. Pengalaman subjektif dari pikiran yang terganggu dimanifestasikan pada gangguan bentuk konsep yang sewaktu-waktu dapat mengarah salah mengartikan
kenyataan, delusi dan halusinasi. Ambivalensi, perasaan kontriksi atau tidak sesuai, dan hilangnya empati kepada orang lain. Perilaku dapat berubah menarik
diri, regresif atau aneh Shader, 1994 dalam Doenges, 2007. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang terganggu, jarang terjadi pada masa kanak-kanak, biasanya terjadi pada masa
remaja akhir atau dewasa awal Videbeck, 2008 dengan awitan usia 15 sampai 25 tahun untuk pria dan wanita 25 sampai 35 tahun American Psychiatric
Association, 2000.
1.2 Etiologi Skizofrenia
Menurut Kaplan Sadock 2007 ada beberapa penyebab dari skizofrenia antara lain :
a. Faktor genetik
Faktor keturunan genetik juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita skizofrenia
terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9- 1,8; bagi saudara kandung 7–15; bagi anak dengan salah satu orangtua yang
menderita skizofrenia 7–16; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40–68;
bagi kembar dua telur heterozigot 2-15; bagi kembar satu telur monozigot 61–86. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang
disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda diseluruh kromosom.
Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang- orang yang mengalami gangguan dari ringan sampai berat dan mengapa risiko
untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini Durand Barlow, 2007.
b. Faktor biokimia
Dopamine hipothesis menggambarkan aktivitas dopaminergik, teori digambarkan dalam dua pengamatan. Pengamatan yang pertama potensi dari
banyaknya obat anti psikosis seperti resptor dopamin antagonis DRA
S
yang dihubungkan dengan keamampuannya untuk bereaksi dengan dopamin tipe 2 D
2
reseptor. Selanjutnya, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik seperti kokain dan amfetamin yang bersifat psikomimetik. Kelebihan sekresi
dopamin pada pasien dengan skizofrenia dihubungkan dengan gejala positif yang semakin sering muncul.
c. Neuropatologi
Pada penderita skizofrenia ditemukan bahwa adanya ketidaknormalan pada sistem limbik, ganglia basal dan ketidaknormalan neuropatologi serta
neurokimiawi. Pasien skizofrenia mengalami kehilangan volume otak secara luas karena adanya penurunan densitas akson, dendrit, dan sinaps yang menjembatani
fungsi otak. Ventrikal otak. Juga terjadinya penurunan volume kortikal yang
ditunjukkan selama tahap awak dari penyakit. Hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan pada hasil pemeriksaan CT scan yang menunjukkan adanya
perubahan lesi pada waktu dan proses penyakit. d.
Neural circuits Ada evolusi konsep dari skizofrenia sebagai penyakit yang meliputi area
pada otak memperspektifkan skizofrenia sebagai penyakit dari neural circuit otak. e.
Metabolisme otak Penelitian dengan menggunakan spectroscopy resonance, suatu teknik
yang mengukur konsentrasi spesifik molekul didalam otak, menemukan bahwa pasien dengan skizofrenia memiliki phospomonoester dan ionorganik fosfat dalam
jumlah yang lebih rendah dan lebih banyak phosphodieter. Konsentrasi dari N- acetil asparte, bahan pembentuk neuron lebih rendah didalam hipokampus dan
lobus frontal pada pasien dengan skizofrenia. f.
Penggunaan elektrofisiologi Elektroensepalografik menyebutkan banyak pasien skizofrenia memiliki
rekaman abnormal, peningkatan sensitifitas untuk prosedur aktivasi, peningkatan aktivitas alfa, peningkatan teta dan delta. Mungkin lebih banyak pembentukan
gelombang epilepsi dari biasanya. Penderita skizofrenia juga terganggu kemampuan menyaring suara yang tidak relevan dan sangat sensitif dengan suara
bising. Suara bising yang mengakibatkan pasien sulit berkonsentrasi dan menjadi faktor pemicu halusinasi pendengaran. Sesnsitifitas terhadap suara mungkin
dipengaruhi oleh gangguan genetik. g.
Disfungsi pergerakan mata Ketidakmampuan mengikuti perpindahan target visual menjadi dasar
gangguan visual pada pasien dengan gangguan jiwa. Disfungsi pergerakan mata menjadi faktor pencetus skizofrenia. Berbagai macam penelitian dilaporkan
adanya 50 sampai 85 ketidaknormalan pergerakan bola mata pada pasien dengan skizofrenia. Dibandingakan dengan 25 pasien psikiatrik tanpa
skizofrenia dan kurang dari 10 nonpsikiatrik yang terkontrol. h.
Psikoneuroimunologi Beberapa ketidaknormalan dari imunologi dikaitkan dengan pasien
skizofrenia. Abnormalitas yang dimaksud adalah penurunan produksi T-cell interleukin-2, penurunan jumlah dan responsivitas periferal limfosit, abnormal
reaktivitas seluler dan humoral terhadap neuron dan adanya antibodi diotak secara langsung. Data bisa diinterpretasikan adanya neurotoxik virus atau adanya
gangguan autoimun. i.
Psikoneuroendokrinologi Banyak laporan menggambarkan perbedaan neuroendokrin antara
kelompok pasien skizofrenia dengan grup kontrol. Contohnya, hasil dari tes penekanan dexametason ada ketidaknormalan pada beberapa grup dengan
skizofrenia, walaupun nilai praktis dan prediksinya masih dipertanyakan. j.
Psikososial dan psikoanalitik teori Skizofrenia adalah suatu penyakit gangguan pada otak, hal ini
menunjukkan adanya hubungan paralel dengan penyakit pada organ lainnya yang dapat mempengaruhi stres psikososial. Oleh karena itu para professional
kesehatan harus mempertimbangkan antara psikososial dan biologis pada penderita skizofrenia.
Penyakit ini dapat mempengaruhi kepribadian pasien, masing-masing pasien mempunyai pembentukan psikologis yang unik. walaupun banyak teori
psikodinamik terdahulu menyebutkan tentang patogenesis dari skizofrenia .
Teori psikoanalitik , Freud 1923 didalam Kaplan Sadock 2007
mendalilkan skizofrenia dihasilkan dari fiksasi perkembangan yang terjadi lebih awal daripada puncak perkembangan neurosis. Fiksasi ini mengasilkan pengaruh
dalam perkembangan ego dan freud mendalilkan pengaruh perkembangan tesebut dapat berkontribusi terhadap gejala skizofrenia.
Teori belajar, berdasarkan teori belajar, anak-anak dengan skizofrenia
mempelajari reaksi yang tidak rasional dan berfikir oleh orang tua yang memberikan masalah emosional yang signifikan. Dalam teori belajar, adanya
hubungan yang kurang baik orang tua dengan anak-anak dapat berkembang menjadi skizofrenia, karena sedikitnya contoh model belajar ketika masih anak-
anak.
1.3 Kriteria Diagnostik Skizofrenia