Defisit perawatan diri Domain persepsi diri Keputusasaan

l. Kolaborasi pemberian obat antipsikosis dan antiansietas. m. Monitoring efek samping obat. n. Berikan penkes pada keluarga tentang cara mengahadapi pasien dengan delusi. NIC : Hallucitation Managementmanajemen halusinasi a. Monitoring kecemasan dan stimulasi lingkungan. b. Pertahankan lingkungan yang aman. c. Catat tingkah laku yang mengindikasi halusinasi. d. Lakukan komunikasi terbuka dan jelas. e. Pertahankan kegiatan harian. f. Berikan pasien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya dan mengekspresikan perasaannya. g. Monitoring halusinasi yang membahayakan. h. Hindari perdebatan tentang isi delusi atau menguatkannya. i. Fokuskan diskusi pada penekanan perasaan, bukan isi halusinasi seperti “hal itu mungkin terjadi karena anda merasa takut”. j. Anjurkan pasien untuk menvalidasi halusinasi dengan orang yang dipercaya. k. Bantu pasien mengidentifikasi situasi di mana masyarakat tiak dapat menerima halusinasinya. l. Monitoring kemampuan perawatan diri. m. Monitoring status fisik pasien, berikan istirahat dan nutrisi yang adekuat. n. Berikan kenyamanan dan keselamatan pada pasien dan orang disekitarnya ketika pasien tidak dapat mengontrol tingkah lakunya : pengekangan fisik. o. Kolaborasi pemberian obat antipsikosis dan antiansietas. p. Monitoring efek samping obat. q. Berikan penkes pada keluarga tentang cara mengahadi pasien dengan halusinasi.

4. Defisit perawatan diri

Kriteria HasilNOC : Aktivitas hidup sehari-hari terpenuhi Mandi, Makan, Berpakaian, Toiletting, dan Berhias. IntervensiNIC: NIC : Self care assistanceBantuan perawatan diri a. Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri. b. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri. c. Pantau kemampuan pasien untuk perawatan diri independen. d. Pantau kebutuhan pasien untuk perangkat adaptif untuk kebersihan pribadi, berpakaian, menata rambut, toileting, dan makan. e. Gunakan pengulangan konsisten rutinitas kesehatan sebagai sarana membangun mereka. f. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sesuai tingkat kemampuan. g. Dorong kemandirian, bantu jika pasien tidak dapat melakukannya sendiri. h. Tetapkan rutinitas kegiatan perawatan diri. NIC : Unilateral neglect managementManajemen pengabaian unilateral a. Pantau respon abnormal terhadap tiga jenis rangsanganutama: sensorik, visual, dan pendengaran. b. Evaluasi status dasar mental, pemahaman, fungsi motorik, fungsi sensorik, rentang perhatian, dan respon afektif. c. Berikan umpan balik yang realistis tentang defisit persepsi pasien. d. Tunjukkan cara perawatan diri dengan tata cara yang konsisten dengan penjelasan. e. Sentuh bahu saat memulai percakapan. f. Hindari gerakan cepat di ruang. g. Hindari benda bergerak dalam lingkungan.

5. Isolasi sosial

Kriteria HasilNOC : Menunjukkan keterlibatan sosial, ditandai dengan indikator berikut sebutkan nilai 1 - 5 : tidak ada, terbatas, sedang, banyak atau luas.  Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga, dan kelompok kerja.  Melaporkan adanya partisipasi sebagai anggota kelompok keagamaan, klub, atau kelompok sukarelawan  Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan IntervensiNIC: NIC : Coping enhancement Perbaikan koping a. Nilai penyesuaian pasien terhadap perubahan Body Image. b. Nilai dan diskusikan alternatif respon untuk situasi. c. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyenangkan, ciptakan lingkungan yang nyaman. d. Anjurkan pasien memiliki teman yang dia sukai. e. Gali perhargaanpencapaian yang sebelumnya diterima psien dan alasan ia mengkritik diri sendiri. f. Anjurkan pasien mengidentifikasi kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya. g. Bantu pasien mnegidentifikasi respon positif dari orang lain. h. Kaji mekanisme koping sebelumnya digunakan pasien. i. Dukung pengunaan mekanisme koping yang tepat. j. Anjurkan pasien mengutarakan peraaan, persepsi dan rasa takut. NIC : Family integrity Promotion Promosi integritas keluarga a. Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan keluarga anggota yang akan terlibat dalam perawatan. b. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien. c. Tentukan sumber daya fisik, emosional, dan pendidikan pengasuh utama. d. Identifikasi defisit selfcare pasien. e. Identifikasi harapan anggota keluarga untuk pasien. f. Antisipasi dan mengidentifikasi kebutuhan keluarga. g. Pantau struktur dan peran keluarga. h. Pantau keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan pasien. i. Identifikasi stres situasional lainnya untuk anggota keluarga. j. Dorong fokus pada setiap aspek positif dari situasi pasien. k. Identifikasi dengan anggota keluarga koping pasien yang sulit. l. Identifikasi dengan anggota keluarga kekuatan pasien dan kemampuan bersama keluarga. NIC : Moodmanagement Manajemen mood

a. Evaluasi mood misalnya, tanda, gejala, sejarah pribadi dari awal, dan secara

teratur, sebagai kemajuan pengobatan. b. Rujuk pasien untuk evaluasi dan atau pengobatan yang mendasari penyakit medis yang mungkin berkontribusi terhadap disfungsional moodmisalnya, gangguan tiroid. c. Pantau kemampuan perawatan diri misalnya, perawatan, kebersihan, makanan asupan cairan, eliminasi dan bantupasien untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap perawatan diri yang mampu dilakukannya. d. Pantau status fisik pasien misalnya, berat badan, status hidrasi dan fungsi kognitif misalnya, konsentrasi, perhatian, memori, kemampuan untuk memproses informasi, dan kemampuan pengambilan keputusan. e. Gunakan bahasa yang sederhana, konkrit, bahasa di sini dan sekarang selama interaksi dengan pasien yang kognitifnya terganggu f. Ajarkan koping baru dan kemampuan memecahkan masalah. g. Monitor pasien untuk efek samping pengobatan dan dampak pada suasana hati. h. Membantu dokter dengan pemberian terapi electroconvulsive ECT perawatan, ketika dibutuhkan. i. Monitor status fisiologis dan mental pasien segera setelah ECT. NIC : Recreation therapy terapi rekreasi a. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kurangnya mobilitas. b. Bantu pasien mengeksplorasi arti personal dari aktivitas rekreasi favorit. c. Monitoring kapasitas fisik dan mental untuk berpartisipasi dalam aktivitas rekreasi. d. Ikut sertakan pasien dalam perencanaan aktivitas rekreasi. e. Bantu pasien memilih aktivitas rekreasi sesuai dengan fisik, psikologi dan sosial. f. Berikan aktivitas rekreasi yang sesuai kemampuan dan usaha serta dapat menurunkan kecemasan. g. Berikan pujian selama aktivitas berlangsung. NIC : Sosialization Enhancement Peningkatan sosialisasi a. Peningkatan Sosialisasi: Fasilitasi kemampuan berinteraksi dengan orang lain. b. Bantu pasien untuk membedakan antara persepsi dan kenyataan. c. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial d. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk berinteraksi. e. Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama. f. Anjurkan aktivitas sosial dan komunitas. g. Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam perawatan penampilan diri atau aktivitas lainnya. h. Tingkatkan rasa berbagi diantara orang lain tentang masalah-masalah yang biasa terjadi. i. Dukung pasien dalam melakukan kegiatan seperti menonton tv. j. Ikut sertakan pasien dalam kegiatan berkelompok. k. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan pembatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. l. Gunakan permainan peran untuk berlatih mengembangkan kemampuan dan teknik komunikasi. m. Anjurkan perencanaan grup kecil untuk aktivitas khusus.

6. Resiko bunuh diri

Kriteria HasilNOC : a. Risiko bunuh diri hilang seperti ditunjukkan oleh kontrol depresi, level depresi, kontrol pemikiran menyimpang, kontrol impuls, pengendalian bunuh diri dan keinginan untuk hidup. b. Pengendalian bunuh diri di tunjukkan dalam sebutkan nilai1-5  Mencari bantuan ketika perasaan ingin bunuh diri muncul  Menyatakan ide bunih diri jika muncul  Menahan diri dari memperoleh keinginan untuk bunuh diri  Tidak membuang barng-barang  Tidak mencoba bunuh diri IntervensiNIC: NIC : Anger control assistanceBantuan kontrol kemarahan a. Binahubungan saling percaya. b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan . c. Tentukan perilaku yang tepat untuk mengekspresikan rasa marah. d. Batasi akses ke situasi yang menyebabkan frustasi sampai pasien mampu mengekspresikan kemarahan secara adaptif. e. Pantau potensi agresi yang tidak pantas dan berikan intervensi sebelum muncul. f. Cegah kerusakan fisik jika kemarahan diarahkan pada diri sendiri atau orang lain. g. Gunakan kontrol eksternal seperti pengekangan. h. Berikan umpan balik pada perilaku untuk membantu pasien mengidentifikasi kemarahan. i. Bantu pasien dalam mengidentifikasi sumber kemarahan. j. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. NIC : Suicide preventionPencegahan bunuh diri

a. Tentukan keberadaan dan tingkat risiko bunuh diri.

b. Tentukan apakah pasien memiliki sarana yang tersedia untuk menindaklanjuti

rencana bunuh diri. c. Obati dan kelola segala penyakit jiwa atau gejala yang dapat menempatkan pada risiko untuk bunuh diri.

d. Melakukan pemeriksaan mulut setelah pemberian obat untuk memastikan

pasien tidak menyimpan obat di pipi untk upaya overdosis nantinya. e. Memberikan sejumlah kecil obat preskriptif yang mungkin mengurangi keinginan bunuh diri.

f. Monitor untuk efek samping obat dan hasil yang diinginkan.

g. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatannya sendiri, jika sesuai.

h. Anjurkan pasien dalam menggunakan koping yang strategis.

i. Kontrak lisan atau tertulis dengan pasien untuk tidak membahayakan diri

untuk jangka waktu tertentu, kontrak kembali pada interval waktu tertentu, yang sesuai.

j. Bantu individu dalam membahas perasaannya terkait kontrak yang dibuat.

k. Amati individu untuk tanda ketidaksesuaian yang mungkin menunjukkan

kurangnya komitmen untuk memenuhi kontrak. l. Berinteraksi dengan pasien secara berkala untuk menyampaikan kepedulian dan keterbukaan dan untuk memberikan kesempatan bagi pasien untuk berbicara tentang perasaan. m. Lakukan pendekatan yang tidak menghakimi dalam membahas bunuh diri. n. Bantu pasien untuk mengidentifikasi orang-orang yang mendukungnya. o. Periksa lingkungan secara rutin untuk menghilangkan barang yang berbahaya. p. Batasi pengunjung yang berpotensi memiliki alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri. NIC : Surveillance : safetyPengawasan keselamatan a. Awasi pasien untuk perubahan dalam fungsi fisik atau kognitif yang dapat mengakibatkan perilaku yang tidak aman. b. Awasi lingkungan untuk potensi bahaya keamanan. c. Tentukan tingkat pengawasan yang dibutuhkan oleh pasien, berdasarkan tingkat fungsi dan bahayadalam lingkungan. d. Berikan pengawasanyang sesuai untuk memantau pasien dan memungkinkan untuk tindakan terapeutik, sesuai kebutuhan. e. Tempatkan pasien di lingkungan minim bahaya yang sesuai kebutuhan pengawasan. f. Mulai dan pertahankan status pencegahan dan pengaturan perawatan untuk pasien berisiko tinggi untuk bahaya khusus. g. Komunikasikan resiko bahaya pasien dengan petugas kesehatan lainnya.

7. Koping individu tidak efektif

Kriteria HasilNOC: a. Menunjukkan koping yang efektif, ditandai dengan indikator berikut ditunjukkan dengan ketentuan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan konsisten:  Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tiak efektif  Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan  Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress  Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping  Melaporkan penurunan perasaan negatif b. Menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten. c. Menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan menunjukkan proses berpikir logis secara konsisten. IntervensiNIC: NIC : Anger control assistance Bantuan kontrol kemarahan a. Binahubungan saling percaya. b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan . c. Tentukan perilaku yang tepat untuk mengekspresikan rasa marah. d. Batasi akses ke situasi yang menyebabkan frustasi sampai pasien mampu mengekspresikan kemarahan secara adaptif. e. Pantau potensi agresi yang tidak pantas dan berikan intervensi sebelum muncul. f. Cegah kerusakan fisik jika kemarahan diarahkan pada diri sendiri atau orang lain. g. Gunakan kontrol eksternal seperti pengekangan. h. Berikan umpan balik pada perilaku untuk membantu pasien mengidentifikasi kemarahan. i. Bantu pasien dalam mengidentifikasi sumber kemarahan. j. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. NIC : Coping enhancement Perbaikan koping a. Nilai penyesuaian pasien terhadap perubahan Body Image. b. Nilai dan diskusikan alternatif respon untuk situasi. c. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyenangkan, ciptakan lingkungan yang nyaman. d. Anjurkan pasien memiliki teman yang dia sukai. e. Gali perhargaanpencapaian yang sebelumnya diterima psien dan alasan ia mengkritik diri sendiri. f. Anjurkan pasien mengidentifikasi kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya. g. Bantu pasien mnegidentifikasi respon positif dari orang lain. h. Kaji mekanisme koping sebelumnya digunakan pasien. i. Dukung pengunaan mekanisme koping yang tepat. j. Anjurkan pasien mengutarakan peraaan, persepsi dan rasa takut. NIC : Family involvement promotion Promosi keterlibatan keluarga Hal.348 a. Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan keluarga anggota yang akan terlibat dalam perawatan. b. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien. c. Tentukan sumber daya fisik, emosional, dan pendidikan pengasuh utama. d. Identifikasi defisit selfcare pasien. e. Identifikasi harapan anggota keluarga untuk pasien. f. Antisipasi dan mengidentifikasi kebutuhan keluarga. g. Pantau struktur dan peran keluarga. h. Pantau keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan pasien. i. Identifikasi stres situasional lainnya untuk anggota keluarga. j. Dorong fokus pada setiap aspek positif dari situasi pasien. k. Identifikasi dengan anggota keluarga koping pasien yang sulit. l. Identifikasi dengan anggota keluarga kekuatan pasien dan kemampuan bersama keluarga.

8. Domain persepsi diri

Domain persepsi diri dalam NANDA terdiri atas 3 kelas yaitu : a. Konsep diri Kelas konsep diri adalah persepsi terhadap diri secara total. Terdiri atas 6 diagnosa keperawtan, yaitu :

1. Keputusasaan

Keputusasaan adalah kondisi subjektif seorang individu melihat tidak ada alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimiliki. NOC: a. Membuat keputusan yaitu kemampuan untuk memilih diantara dua alternatif atau lebih. Dibuktikan dengan indicator 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang- kadang, sering atau menunjukkan secara konsisten  Menimbang dan memilih diantara alternative b. Harapan yaitu adanya pernyataan internal dari optimis yang memuaskan dan mendukung kehidupan secara pribadi. Dibuktikan dengan indikator sebagai berikut 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau menunjukkan secara konsisten.  Ekspresi dari keyakinan, keinginan untuk hidup, alas an untuk hidup, keberartian hidup, optimisme, serta percaya pada diri sendiri dan orang lain.  Menunjukkan semangat untuk hidup. NIC : Membangkitkan harapan Membangkitkan harapan yaitu memfasilitasi pengembangan penampilan yang positif dalam situasi yang ada. a. Kaji dan mendokumentasikan kemungkinan bunuh diri b. pantau efek dan kemampuan membuat keputusan c. pantau nutrisi : asupan dan berat badan d. kaji kebutuhan spiritual e. tentukan keadekuatan hubungan dan dukungan sosial f. berikan tentang sumber-sumber dikomunitas g. ajarkan pengenalan terhadap realita dengan meninjau situasi dan membuat rencana yang mungkin h. beri kesempatan pada pasien untuk terlibat dalam kegiatan kelompok pendukung i. dukung partisipasi aktif dalam aktifitas kelompok untuk memberikan kesempatan terhadap dukungan sosial penyelesaian masalah j. gali faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaan pasien NIC : Membangun harapan a. bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area harapan dalam kehidupan b. demonstrasikan harapan dengan mengenalkan penilaian intristik pasien dan memandang penyakitnya hanya dari sudut pandang individu c. bantu pasien memperluas spiritual diri d. arahkan mengingat kembali kehidupan atau mengungkap kenangan sesuai dengan kebutuhan e. hindari menutup kebenaran f. libatkan pasien secara aktif untuk merawat dirinya g. dukung hubungan teraupetik dengan orang yang berarti.

2. Risk for compromised human dignity

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

9 98 138

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

5 96 92

Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan prioritas masalah Gangguan Kebutuhan Tidur pada Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 27 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH KLATEN.

1 2 11

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 11

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 4

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan prioritas masalah Gangguan Kebutuhan Tidur pada Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 10

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 60