Klien dengan penyakit jiwa kronis atau mengancam jiwa mungkin tidak dapat mengubah kondisi mereka, tetapi dapat mencoba untuk mengendalikan stres dan
meminimalkan efeknya pada kehidupan mereka.
2. Pemeriksaan status mental a.
Penampilan dan perilaku
Catat bentuk dan postur tubuh pasien, pakaian dan hiasan serta usia seharusnya berpenampilan. Beberapa kata sifat dapat digunakan untuk
mendeskripsikan penampilan umum klien seperti pakaian kusut, make up tebal, lebih muda atau lebih tua dari usia biologis, postur tegang, berat badan berlebihan
atau kurang dan berpakain kasual. Dalam istilah perilaku, pengkajian klien meliputi gaya berjalan, tingkat aktivitas, gerak, tingkah laku dan aktivitas
psikomotor. Pasien manik mungkin menunjukkan kegelisaahn ketika ia duduk sedangkan pasien skizofrenia mungkin menunjukkan postur yang aneh atau
keterbelakangan psikomotor.
b. Emosi: afek dan mood
Mood pasien adalah pernyataan emosional yang subyektif, dan ekspresi yang dapat dilihat dari pernyataan tersebut dinamakan afek. Observasi kedalaman,
rentang, dan flukstuasi dari ekspresi emosi selama wawancara. Tanyakan langsung pada klien bagaimana suasana hati. mood dan afek bisa dideskripsikan
sebagai normal, labil, depresi, tertekan, mudah marah, terlalu senang, ketakutan atau hampa. Bermacam-macam afek klien harus dicatat, terutama ketika
mengalami fluktuasi dari datar ke labil. Contohnya, beberapa pasien yang depresi tampak depresi dan beberapa pasien depresi bisa saja tampak normal afeknya.
c. Berbicara
Perawat harus mengobservasi jumlah, gaya, kecepatan dan nada bicara pasien ketika wawancara. Pembicaraan mungkin menunjukkan kebimbangan,
keras kemudian mengecil sampai tidak bersuara, spontan atau tidak spontan, menyatu ke jelas, monoton sampai dramatis. Pasien mungkin menunjukkan
pembicaraan yang aktif atau diam, bergantung pada jumpah pembicaraan. Observasi adanya bukti disartria, ekolalia, aphasia dan gangguan bicara lainnya.
d. Isi dan proses pikir
Proses pikir merupakan cara bagaimana pasien berpikir. Sering ditunjukkan ketika pasien berbicara. Observasi saat wawancara dapat
ditemukan pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan
Sirkumstansial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan Tangensial, pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalitnat
lainnya, dan pasien tidak menyadarinya Kehilangan Asosiasi, pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis
dan tidak sampai pada tujuan Flight of ideas, pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali Blocking dan
Perseverasi pembicaraan yang diulang berkali-kali. Pada skizofrenia biasanya terdapat asosiasi pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dan pasien tidak menyadarinya dan neologisme.
e. Gangguan persepsi