28
serta budaya dan tujuan hidupnya. Perbedaan-perbedaan atau keberagaman tersebut merupakan identitas yang di bawa individu atau kelompok dalam proses
interaksinya dengan pihak lain dapat menimbulkan pertentangan.
2.2. Jenis-jenis Konflik
Konflik memiliki banyak jenis dan dapat dikelompokan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai contoh, konflik dapat dikelompokan berdasarkan latar terjadi
konflik, pihak-pihak yang terkait dalam konflik dan substansi konflik:
51
2.2.1. Konflik menurut bidang kehidupan: Konflik bidang kehidupan adalah
objek konflik. Sering berdiri sendiri atau saling kait mengaitkan. Contoh, konflik sosial yang sering kali tidak hanya oleh perbedaan suku, ras, atau
kelompok sosial tetapi disebakan oleh kecemburuan ekonomi, kehidupan politik dan perbedaan agama. Oleh karena itu sering sulit membedakan
suatu fenomena konflik apakah merupakan konflik sosial, konflik politik, atau konflik ekonomi. Maka sejak merdeka bangsa dan negara Indonesia
mengalamai berbagai jenis konflik. Berikut adalah contoh konflik multidimensional yang melandai bangsa Indonesia:
52
1. Konflik ekonomi. Konflik ekonomi adalah konfilk yang terjadi karena
perbutan sumber-sumber ekonomi yang terbatas. Seperti, sengketa batas tanah antara warga dan perusahaan perkebunan, antara warga dengan warga
yang lain; perebutan wilayah pasar oleh para pedagang pada satu daerah.
2. Konflik politik. Konflik politik adalah konflik yang terjadi karena pihak-
pihak yang terlibat konflik berupaya mendapatkan dan mengumpulkan kekuasaan yang sama pada jumlahnya yang terbatas dan menggunakan
kekuasaan untuk mencapai tujuan atau ideologinya.
3. Konflik agama. Konflik agama adalah konflik diantar pemeluk, bukan konflik
diantara ajaran atau kitab suci agama. Terdapat banyak jenis konflik agama, salah satunya yakni: konflik antara individu atau komunitas yang menganut
agama yang berbeda. Konflik ini sering menimbulkan konflik fisik dan kekerasan, seperti perang salib. Ada juga konflik agama yang terjadi karena
pemanfaatan agama untuk tujuan tertentu. Agama dijadikan alat untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, dan sosial dari satu kelompok atau
51
Wirawan, K onflik dan Manajemen Konflik… 2010, 55-93
52
Wirawan, K onflik dan Manajemen Konflik… 2010, 62-105
29
individu tertentu. Dalam bidang politik, agama dijadikan sebagai ideologi dan simbol partai untuk mencapai kekuasaan partai: berikut akan dikemukakan
contoh kasus konflik di antara pemeluk agama.
4. Konflik Sosial. Konflik sosial adalah konflik yang dilatarbelakangi oleh
berbagai faktor. Pertama, karena masyarakat terdiri atas sejumlah kelompok sosial mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain: konflik kelas-
kelas sosial. Kedua, kemiskinan bisa menjadi pemicu terjadinya konflik ketika ada ketimpangan antara jumlah orang miskin dan orang kaya, yang
pada akhirnya dapat menimbulkan rasa ketidakadilan. Ketiga, karena migrasi manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Orang yang bermigrasi adalah
orang yang ingin memperbaiki kehidupannya: perdagangan, pekerjaan. Pada konteks ini, konflik sering terjadi antara para imigran dan penduduk asli suatu
daerah. Keempat, konflik sosial terjadi karena kelompok mempunyai karakteristik dan perilaku yang inklusif. Kelompok-kelompok sosial tersebut
saling terpisah dan ingin mendominasi kehidupan politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Perpisahan ini menimbulkan prototype, prasangka, stigma
dan curiga atau kecemburuan satu antar yang lain. Salah satu contoh konflik sosial, yakni: Konflik Maluku. Konflik Maluku
merupakan konflik horizontal yang menimbulkan banyak korban jiwa, rusaknya fasilitas pemerintah, sekolah, rumah penduduk serta terjadi dalam
kurun waktu lama. Konflik kecil terjadi antara warga Kristen-Muslim telah terjadi semenjak tahun 1995, dan secara terbuka tahun 1999, 2005. Konflik
ini terjadi secara sporadis, bersifat multidimensi, meliputi konflik politik, konflik sosial, konflik ekonomi, konflik agama, dan konflik budaya. Oleh
karena itu, faktor penyebabnya beragam: Politik. Pencalonan dan pemilihan kepala daerah yang nepotisme, gerakan separatism RMS. Ekonomi,
penduduk Maluku terdiri dari berbagai sukuras. Penduduk Maluku, orang bugis, buton, makasar, cina, arab, dan jawa. Orang pendatang menguasai
perdagangan, ini menimbulkan kecemburuan ekonomi. Konflik yang terjadi makin memiskinkan sebagian besar warga Maluku.
Agama, Maluku sebelum konflik merupakan pemeluk yang hidup rukun dan toleransi. Konflik didorong oleh sentiment agama. Kemiskinan, yang
30
bersumber pada penurunan harga cengekh dan pala. Kemiskinan disebabkan oleh rendahnya jiwa berwirausaha generasi muda. Keterlibatan TNI dan Polri.
Ada kecenderungan TNI membela kelompok-kelompok yang bertikai berdasarkan hubungan keluarga dan agama. Premanisme, sering kali konflik
terjadi antar kelompok preman maupun individu. Pada akhir November 1999 sejumlah preman Maluku pulang ke Ambon karena kasus bentrok ketapang
Jakarta. Di ambon mereka kemudian ikut memicu konflik. Laskar Jihad, Jilid satu dipimpin oleh Jafar Umar Talib, yang dibentuk FKAW untuk membantu
umat Islam di Poso dan Ambon yang diserang oleh kelompok FKM dan untuk mempertahankan NKRI. Mereka membentuk pusat pelatihan militer di
sejumlah kota di Indonesia. Ketika terjadi konflik di Poso dan Ambon, mereka dikirim. Ada juga jemaah Islamiah yang membangun dan membiayai
kekuatan para militer di Poso dan Maluku untuk mempertahankan umat Islam. Memudarnya pelaksanaan dan norma adat: pela gandong, masohi dan
badati. Penegakan hukum. Karena lemahnya penegakan hukum. Pada awal reformasi, terjadi reformasi TNI dan Polri yang sebelumnya merupakan suatu
kesatuan dalam ABRI. Perubahan tersebut menurunkan kemampuan dan koordinasi dalam penegakan hukum.
2.3. Penyebab Konflik
Menurut Wirawan,
53
Konflik dapat terjadi secara alami karena adanya “kondisi objektif”. Misalnya, keterbatasan sumber; tujuan yang berbeda; saling
tergantung atau interdependensi tugas; diferensiasi organisasi; sistem imbalan yang tidak layak; komunikasi yang tidak baik; perilaku yang tidak manusiawi,
melanggar hak asasi manusia dan melanggar hukum; beragam interaksi sitem sosial: perbedaan agama, suku, ideologi; pribadi orang: egoism, curiga, berpikir
negatif, kurang dapat mengendalikan emosi, ingin menang sendiri. Berkaitan dengan kondisi objektif sebagai penyebab konflik seperti yang
dibahasakan wirawan, Alo liliweri mencatat kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya konflik, yakni: ada sejumlah individu atau kelompok yang merasa
bahwa mereka dipisahkan, dibedakan, dianaktirikan dari suatu kebersamaan; tidak
53
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik … 2010,7-14
31
ada interaksi antar anggota kelompok. Interaksi mengandalkan kontak dan komunikasi; ada perbedaan posisi dan peran para anggota kelompok; ada
kelangkaan kebutuhan dan keinginan terhadap sumber daya yang membuat banyak orang merasa tidak puas atas ketidakadilan distribusi sumber daya
tersebut; karena ada suatu perbedaan yang menyulut ketidaksepakatan dalam mengambil keputusan bersama antara dua pihak.
54
2.4. Dampak Konflik
Konflik mempunyai pengaruh atau berdampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia baik secar aindividu maupun kelompok.
55
Dampak positif, yakni menciptakan perubahan, misalnya, antara penjajah dan bangsa yang dijajah,
antara ras menciptakan pesamaan hak, konflik dengan orde lama dan baru, baru dan reformasi; membawa objek konflik kepermukaan; memahami orang lain lebih
baik, memahami adanya perbedaan pendapat, pola pikir, dan karakter; menstimulus cara berpikir kritis dan meningkatkan kreativitas; konflik
menyebabkan revitalisasi norma. Sedangkan Pengaruh negatif, yakni seperti menurunnya produktifitas karena
hilangnya jam kerja, penurunan kesehatan fisik dan jiwa; merusak hubungan komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik; menciptakan rasa tidak
tenang, marah, benci, antipasti dan agresi terhadap lawan konflik; merusak sistem organisasi; kerusakan sistem menciptakan sinergi negatif; menurunkan mutu
pengambilan keputusan karena kebuntuan diskusi, fitnah, agresi, sabotase dan hilangkanya rasa saling percaya.
2.5. Proses Konflik
Menurut wirawan, konflik merupakan proses yang berawal dari adanya sesuatu yang menyebabkan terjadinya konflik-konflik-objek konflik-sampai
terjadinya solusi. Proses konflik terdiri dari beberapa fase. Fase-fase tersebut
antara lain: Pertama, penyebab konflik. Pada fase ini, perbedaan tujuan terjadi.
Atau tujuan sama, tetapi perbedaan untuk mencapai tujuan tersebut. Kelangkaan
54
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogjakarta: LKIS, 2005, 256-261
55
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik…,2010,109-110
32
sumberdaya terjadi, seperti anggaran, seumberdaya manusia dan alam terbatas. Terjadi kompetisi dan perbutan sumberdaya dan kemudian menciptakan konflik.
kedua, laten atau tidak terlihat. Pada fase ini, penyebab konflik telah ada.
perbedaan pendapat telah terjadi. Akan tetapi pihak-pihak yang terlibat konflik diam saja dan belum mengekspresikannya. Konflik belum disadari.
Ketiga, pemicu. Pada fase ini, masing-masing pihak telah mengekspresikan
pertentangan mereka. Ekspresi tersebut merupakan pemicu konflik secara terbuka. Ekspresi pertentangan berupa: sikap, perilaku dengan menggunakan kata atau
tulisan. Konflik terbuka dan menyadarkan masing-masing pihak akan konflik tersebut. Masing mencari asal-usul, menentukan posisi dalam konflik, dan
menentukan strategi untuk menghadapi lawan konfliknya. Dalam fase ini terjadi proses diferensiasi menyadari perbedaan diantara keduanya. Masing-masing
pihak menganalisis posisi lawan konfliknya. Kemudian menyusun strategi dan taktik konflik untuk melakukan interaksi konflik.
Keempat, eskalasi. Konflik tidak terselesaikan, perbedaan pendapat semakin
tajam sehingga kedua pihak akan mengalami frustrasi karena tidak dapat mencapai tujuannya. Masing-masing mengembakan polarisasi. Konflik yang
awalnya konflik interpersonal kemudian berubah menjadi konflik personal diantara individu atau kelompok yang menjadi aktor dalam konflik. Sikap negatif
terhadap lawan konflik semakin membesar. Masing-masing merasa dirinya yang benar dan lawannya yang salah. Kekuasaan mulai digunakan untuk mendesak
posisi lawannya.
Kelima, krisis. Jika fase eskalasi tidak menghasilkan solusi, konflik
meningkat menjadi fase krisis. Ciri-ciri fase ini, antara lain: Konflik membesar dan sering kali melibatkan pihak lainnya yang memihak salah satu pihak yang
terlibat konflik. ; Konflik menjadi emosional dan irasional; Norma dan peraturan tidak berlaku; Pihak yang merasa kuat melakukan agresi; Pihak yang terlibat
konflik berusaha menghancurkan lawannya dan memenangkan konflik dengan konsekuensi apapun.
Keenam, resolusi konflik. Pada fase ini terjadi salah satu fenomena: diantara
pihak yang terlibat konflik tidak ada yang menang atau tidak ada yang kalah. Keduanya akan kehabisan energi. Konflik akan berhenti sementara dan
33
kemungkinan akan terjadi lagi. Terjadi solusi dengan cara mengatur sendiri atau
melalui pihak ketiga. Ketujuh, pasca konflik. Pada fase ini terjadi beberapa
kemungkinan antara lain: Hubungan antar pihak sedikit demi sedikit kembali harmonis dan membaik. Terjadi win win solution sehingga ada kepuasan.
Apabila solusi ini diikuti dengan kembalinya saling membutuhkan dan saling percaya, maka hubungan akan menjadi harmonis kembali; Hubungan antar pihak
kembali renggang. Apabila tidak ada kepuasaan antara pihak-pihak yang terlibat.
3. Manajemen Konflik