Jenis-Jenis Hubungan Pela PELA GANDONG

48

3. Jenis-Jenis Hubungan Pela

Bartles 95 membuat klasifikasi pela berdasarkan perkembangan pembentukan hubungan tersebut, dan dapat dibedakan dalam dua kategori, yakni: pertama, sejarah: war aliance and peace treaty; kedua, fungsi: muttual assistence. Klasifikasi pela dalam kategori sejarah dapat dipahami dalam jenis Pela Tuni. Sedangkan kategori fungsi, terlihat dalam bentuk pela gandong dan pela tempat- siri. Adapun, berdasarkan sebab-sebab terjadinya pela, dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, Pela Tuni 96 , atau pela Darah dan Pela Batu Karang. 97 Dalam pela batu karang 98 atau pela darah ini, hubungan pela antar sekutu pela ditetapkan dengan ketat, melalui sumpah oleh para leluhur dengan cara mengangkat sumpah, minum darah. Sumpah itu melegitimasi hubungan pela itu untuk selamanya atau abadi. Termasuk pelarangan perkawinan antar sekutu pela. Anggota-anggota pela terikat oleh kewajiban saling membantu dalam suka-duka, dalam masa peperangan atau krisis, memenuhi permintaan sekutu pela untuk kehidupan bersama sebagai sekutu pela. Pela ini terbentuk karena berbagai peristiwa yang dasyat seperti musibah dan peperangan. Kedua, Pela-gandong. Pela Gandong atau disebut gandong saja pela adik- kakak, pela saudara. Hubungan pela ini bersifat keras dalam arti hubungan antar dua negeri dianalogikan sebagai hubungan persaudaraan. Fungsinya untuk saling membantu dalam hal sosial dan ekonomi. Jenis pela ini dihubungkan dengan perkawinan. Atau dengan kata lain, hubungan pela ini di dasarkan pada ikatan keturunan keluarga, yaitu satu atau beberapa sukumarga di negeri-negeri yang berbeda mengklaim memiliki leluhur yang sama. Pela ini terbentuk berdasarkan 95 Dieter, Bartels. Guarding... 1977,181-189 96 Istilah tuni berasal dari bahasa Alifuru yang artinya asli atau sejati. 97 Histori lahirnya ikatan pela keras terjadi pada abad ke-15. Ketika Maluku mulai terbuka kepada dunia luar, ketika Sultan Ternate, Ticore, Bacan, Jailolo bersaing untuk memperluas kekuasaannya ke wilayah selatan, menguasai wilayah dan tanah di Pulau Seram. Tekanan bertambah kuat dengan ekspansi Portugis dan Belanda yang dialami orang asli Maluku Tengah. Situasi itu menimbulkan ketegangan, ketidakstabilan dan perpindahan pemukiman untuk melepaskan diri dari penindasan politik dan agama. dalam keadaan terjepit, maka dua atau lebih kelompok mengadakan ikatan diantara mereka dengan sumpah persaudaraan yang ketetapannya dipertahankan hingga kini. 98 Istilah Batu karang mensifatkan perjanjian-perjanjian pela tersebut yang sekokoh “batu karang” 49 pengakuan terhadap adanya hubungan darah genealogis antara negeri-negeri berpela. Ketiga: Pela tempat-siri 99 . Hubungan Pela tempat siri yang dibuat pada saat dua individu yang tidak terlalu bersahabat bertemu untuk menghindari konflik. Bentuk pela ini bersifat tidak abadi. Untuk itu tidak ditetapkan dengan sumpah, serta tidak terikat dengan kewajiban yang ketat. Jenis pela ini terbentuk karena kebiasaan saling membantu untuk kebutuhan pokok yang dibutuhkan masing- masing negeri berpela. Sesama sekutu pela diperlakukan sebagai saudara sendiri, dan secara tradisional memiliki hak-hak sesuai kedudukan mereka di dalam fakta perjanjian hubungan berpela. Jenis pela ini dihasilkan setelah ada peristiwa kecil, untuk memulihkan kedamaian setelah ada pertikaian, atau setelah satu negeri memberi bantuan kepada negeri yang lain. Pela ini juga dibuat untuk mendukung hubungan-hubungan ekonomi atau perdagangan. Berbeda dengan kedua jenis pela diatas, jenis pela tampa sirih, tidak terkandung prinsip kekerabatan atau persaudaraan darah, melainkan hanya prinsip persahabtan saja. Akibatnya perkawinan kedua pelah pihak tidak dilarang oleh adat. 100 Sementara itu, Coley, 101 membagikan Pela berdasarkan sifatnya, yakni pela keras dan pela tampat siri. Pembagian ini didasarkan pada eratnya ikatan. Pela keras menunjuk pada kerasnya larangan serta ancaman-ancaman yang terkandung di dalam dalamnya. Jenis pela keras ini, kadang-kadang diberi nama pela darah atau pela minum darah, hal ini berdasarkan akta minum darah sebagai materai pensyarahan hubungan tersebut. Dengan meminum campuran darah bersama itu maka kedua belah pihak menjadi orang basudara secara genealogis, sebagaimana orang yang dilahirkan sekandungan. Konsekuensi keduanya tidak boleh kawin. Sumpah adalah janji untuk menaati semua hal yang ditetapkan pada waktu itu. Sumpah terkandng sebuah kewajiban. Sumpah berlaku kepada semua orang termasuk mereka yang tidak hadir pada saat itu. Sedangkan, pela tampa siri, karena disahkan dengan dengan makan sirih pinang, suatu tradisi adat di dalam masyarakat Alifuru sama dengan sekarang 99 Istilah tampa-siri merupakan dua suku kata dalam dialek Ambon untuk menyebutkan kata tempat-sirih. Bagi masyarakat Ambon, tampat-siri adalah sebuah kotak untuk menyimpan sirih- pinang, kapur dan tembakau. 100 Dieter, Bartels. Guarding …1977, 37 101 Frank.L. Coley, Mimbar… 1987, 261 50 orang melayani tamunya dengan menyuguhkan rokok. Siri pinang bukan hanya kebiasaan belaka, karena bagi orang Alifuru masing-masing ramuan yang dikunyah itu mempunyai arti tertentu yang menjadikan ramuan itu penting di dalam upacara-upacara Adat. 102 Pandangan kedua ahli diatas secara subsansi adalah sama dan berbeda dari sisi mana cara pandangnya. Coley sendiri bertolak dari sifatnya. Sedangkan, Bartels dari latar belakang pembentukannya. Senada dengan itu, C.M. Pattiruhu pun mengungkapkan tentang, sifat-sifat perserikatan Pela, yakni:persaudaraan sekandung sejati, persaudaraan sekandung biasa berdasarkan pengakuan bersama; persaudaraan batu karang; dan persaudaraan tampa-siri. 103

4. Panas Pela

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB VI

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Simbol dan Rekonsiliasi Gong Perdamaian Dunia sebagai Simbol Rekonsiliasi Lintas Agama di Ambon T2 752015017 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB II

0 0 25

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB II

0 1 32