50
orang melayani tamunya dengan menyuguhkan rokok. Siri pinang bukan hanya kebiasaan belaka, karena bagi orang Alifuru masing-masing ramuan yang
dikunyah itu mempunyai arti tertentu yang menjadikan ramuan itu penting di dalam upacara-upacara Adat.
102
Pandangan kedua ahli diatas secara subsansi adalah sama dan berbeda dari sisi mana cara pandangnya. Coley sendiri bertolak dari sifatnya. Sedangkan,
Bartels dari latar belakang pembentukannya. Senada dengan itu, C.M. Pattiruhu pun mengungkapkan tentang, sifat-sifat perserikatan Pela, yakni:persaudaraan
sekandung sejati, persaudaraan sekandung biasa berdasarkan pengakuan bersama; persaudaraan batu karang; dan persaudaraan tampa-siri.
103
4. Panas Pela
Panas pela merupakan salah satu upacara adat antar negeri-negeri berpela yang bertujuan untuk memperekat kembali ikatan hubungan pela tersebut. Riri
Pieter menjelas panas pela adalah: Menghangatkan kembali ikatan pela yang sudah ada sebelumnya agar
nuansamakna yang terkandung di dalam pela itu tetap terjaga. Dalam prosesinya, tuan rumah penyelenggaraan upacara akan menghamparkan kain
putih sebagai pelambang kesucian dan keiklasan hati ketika menyambut saudara pela. Tuan rumah akan menggunakan ikat kepala merah yang
dianggap sebagai pelambang keberanian mempertahankan diri dan ikatan pela yang ada. jika dipadukan maka dua warna kain itu menunjukan makna
panas pela untuk menggugah rasa persaudaraan dan kasih sayang, namun juga mengingatkan untuk selalu mempertahankan diri dan ikatan pela yang
ada. Di antara mereka kemudian ada yang menganut agama Islam dan ada yang Kristen. Lama mereka diketahui ada dirantau orang, lalu saling
mengadakan hubungan dan kemudian pula berhimpun bersama untuk mendudukan kembali posisi persaudaraan orang-orang satu kandung itu, yang
sampai sekarang tetap hidup dan berperanan, yang selanjutnya dapat juga dilihat dalam ikatan Hena dan Uli.
104
Upacara panas pela yang selalu diselenggarakan secara teratur diulang- ulang oleh masyarakat adat memiliki dua dimensi pokok, yakni: penegasan dan
102
Dieter, Bartels. Guarding … 1977, 239-240
103
C. M. Pattiruhu dkk, Seri Budaya Pela-Gandong … 1997,5
104
R.Abubakar M G.Pieter. Manantang Badai Menabur Damai. Jakarta: Insos Book. 2007,210
51
pembaruan janji antar negeri berpela; penurun alihan nilai kepada generasi muda.
105
Menurut Coley
106
, moment panas pela juga dilaksanakan manakala hubungan antara kedua pihak mengalami persoalan-persoalan tertentu yang perlu diputuskan
dan diselesakan. Biasanya pihak yang merasa berkepentingan di dalam satu masalah akan mengundang pihak lain; ada juga karena ketetapan bersama
dilakukan secara periodek, misalnya selama lima tahun sekali, negeri-negeri yang berpela secara bergantian menjadi tuan dan nyonya rumah, tempat pelaksanaan
upacara panas pela tersebut. Rachel Iwamony, merunutkan ritual atau upacara panas pela dalam tahapan-
tahapan sebagai berikut:
107
pada awal upacara, warga desa pela dimana panas pela akan diselenggarakan harus mengambil atau menyambut saudara-saudara pela
mereka –tuan rumah membentangkan kain putih “kain gandong”- di gerbang desa.
Dalam lingkaran kain gandong, mereka berarak-arakan pergi ke baileu atau rumah tua rumah tua di mana mereka harus berkomunikasi dengan nenek moyang
mereka. Dalam baileu atau rumah tua upacara adat dilakukan. Berikutnya, dalam ritual adat itu, tua-tua adat dua desa pela menceritakan kisah hubungan pela
mereka. Kemudian, para tetua membaca ikrar atau sumpah janji panas pela. Pada akhir upacara adat di baileu, raja-raja setiap desa berpela meminum sopi
- minuman khas lokal yang selalu digunakan dalam setiap seremonial adat-. Dalam ritual panas pela, “sopi adat”, menurut Y. T sebagai seorang pelaksana
adat negeri Passo mengatakan bahwa sopi itu sebelumnya telah disediakan oleh masing-masing negeri, dan kemudian dicampur diaduk dijadikan satu dalam
“tampayang” dan dituangkan ke dalam satu cangkir untuk diminum bersama. Ritual minum sopi bersama ini melambangkan bagaimana tetenene moyang
mereka meminum campuran darah. Pada akhir upacara panas pela, setiap orang mengambil bagian dalam pesta yang disebut “makan patita” atau makan bersama.
105
John. Chr. Ruhulessin,. Etika Publik … 2007,266
106
F.L. Coley, Ambonese Adat: A. General Description. Michigan: The Cellar Book Shop, 1962, 75
107
R. Iwamony, The Reconciliatory Potential Of The Pela In The Moluccas The Role Of The Gpm In This Transformation Process. Belanda: Amsterdam University, Disertasi Digital Version
2010,70
52
Dalam upacara panas pela semua warga pela diharapkan hadir terutama Saniri Negeri dan tua-tua adat. Menurut Cooley, bagian-bagian penting dari upacara
panas pela yakni, antara lain: pembacaan kembali sejarah pela; pengambilan sumpah dan minum campuran darah bersama untuk jenis pela keras atau makan
sirih-pinang bersama untuk jenis pela tampa-siri. Kedua upacara ini merupakan inti proses pada saat hubungan itu dibentuk sebelumnya. Tujuannya sebagai
regenerasi atau pewarisan tradisi ini kepada anak-cucu. Sesudah kedua prosesi inti itu selesai dilakukan, biasanya diadakan rapat Saniri kedua pihak.
108
5. Nilai-nilai Budaya Pela Gandong