24
peraturan  perijinan  tentang  pendirian  rumah  ibadah  tersebut  sehingga  kebebasan mengekspresikan kehidupan beragama menjadi tidak terjamin.
Selanjutnya,  pada  masa  akhir  era  Orde  Baru,  terdapat  suatu  perkembangan penting  yaitu  pembentukan  ICMI  yang  memperlihatkan  kebangkitan  kalangan
Islam  dan  kedekatan  mereka  dengan  kekuasaan  pemerintah  dan  membuat kalangan  Kristen  merasa  semakin  terdesak  dan  terpinggir.
35
ICMI  kemudian menjadi  wadah  politik  bagi  tokoh  intelektual  Islam  untuk  mencapai  kekuasaan.
ICMI  dikendalikan  oleh  penguasa  dan  peran  sentral  Habibie.    Keberadaan  ICMI oleh  Gus  Dur
36
dipandang  sebagai  organisasi  yang  cenderung  sektarian  dan eksklusif. Secara tajam, Gus Dur menilai bahwa dengan wataknya yang sektarian
itu,  beberapa  tokoh  ICMI  berdiri  dibalik  berbagai  peristiwa  kerusuhan  dan pengrusakan  rumah  ibadah  sejak  tahun  1996:
37
Situbondo,  Sidotopo, Rengasdengklok, Banjarmasin.
1.2.6. Masa Reformasi 1998-2003.
Pada Masa ini, Indonesia mengalami beberapa gejolak politik dalam konteks pergantian rezim orde baru; peristiwa-peristiwa internasional 2001 di New York;
ledakan  bom  bali  2002;  serangan  AS  bersama  sekutu  atas  Irak  2003  tak  diduga berdampak  negatif  nampak  pada  buruknya  hubungan  di  antara  penganut  agama
Islam-Kristen.    Belum  lagi  serangkaian  kerusuhan,  pertikaian  dan  bencana  yang bersimpah  darah,  berskala  besar  memunculkan  permasalahan  yang  isu  pokoknya
sudah  sebenarnya  sangat  klasik,  yaitu  upaya  kalangan  Islam  tertentu  untuk memberlakukan  Syariat  Islam  yang  mengarah  pada  perwujudan  negara  Islam.
Hancurnya  hubungan  kedua  agama  ini  dilatari  oleh  gejolak-gejolak  sosial- ekonomi-politis.
38
Gerakan  reformasi  muncul  dalam  pemilu,  rangkaian  krisis  dan  protes  sejak tahun  1997.  Sejak  tahun  1997  pula  badai  krisis  perekonomian  berkepanjangan
35
Aritonang. Sejarah Perjumpaan… 2006, 453
36
Gus Dur  menilai bahwa  yang berwatak sectarian itu  sebenarnya bukan ICMI-nya,  melainkan sejumlah pengurus dan anggota yang menduduki jabatan strategis di ICMI mapupun di birokrasi.
Dalam  Abdul.    Aziz.  Thaba,  Islam  dan  Negara  dalam  Politik  Orde  Baru.  Jakarta:  Fema  Insani Press.  1996, 94.
37
K.A.Van  Dijk,  A  Country  in  Despair.    Indonesia  between  1997-2000.  Leiden.    KITLV. 2001,18
38
Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam Di Indonesia … 2006,514
25
menerpa Indonesia, disusul krisis politik, sosial, budaya, moral pada pemerintahan orde  baru  ini.  Serangkaian  aksi  protes,  demonstrasi  dari  mahasiswa  mengkritisi
pemerintah  soeharto  yang  dianggap  tidak  mampu  menyelesaikan  persoalan- persoalan tersebut, maka 1998 soeharto lengser pada tahun 1998. Tercatat dalam
peristiwa kerusuhan itu, terdapat luka fisik maupun batin, penuh keberengisan dan kebiadaban  dilakukan  oleh  segerombolan  orang  yang  meneriakan  yel-yel
keagamaan  sambil  melecehkan  agama  lain,  kasus  pemerkosaan  terhadap perempuan  china  yang  dilakukan  oleh  umat  muslim
39
dan  pengrusakan  dan pembakaran beberapa fasilitas pemerintah dan juga gedung Gereja.
40
Selanjutnya, terjadi beberapa peristiwa dan bencana lanjutan yang melibatkan penganut kedua agama mewarnai masa transisi pergantian kepemimpinan negara.
Peristiwa kerusuhan sering kali dipicu oleh peristiwa yang sepele dan tidak punya hubungan dengan masalah agama, tetapi ketika kerusuhan kian berkobar, muatan
keagamaanya  semakin  meningkat  dan  menjadi  tanda  tanya  tentang  siapa  dan apakah  yang  menjadi  faktor  pemicu  atau  dalang  dari  peristiwa  itu.  Adakalanya
peristiwa  kerusuhan  diakibatkan  karena  provokasi  dari  kalangan  tertentu  di  luar daerah  konflik  Jakarta.    Peristiwa-peristiwa  tersebut  antara  lain:  Ketapang,
Posso,  Ambon,  kalimantan  barat  dan  tenggah,  peledakan  Bom  di  malam  Natal, Bom Bali 12 oktober 2002.
41
Peristiwa  Ketapang  Jakarta  dan  Kupang  1998,  misalnya  yang  dipicu  oleh perkelahian  antar  pribadi,  dan  para  preman  yang  sebagian  besar  dari  suku
Ambon
42
yang menjaga lokasi tempat hiburan bulu tangkas alias judi di jalan. Z. Arifin.  Penyebabnya  adalah  perebutan  tempat  parkir,  dan  ketersinggungan  Islam
yang  terganggu  dengan  keramaian  di  lokasi  itu.  Terjadi  pengeroyokan  terhadap pemuda  kampung  yang  penyelesaiannya  berujung  pada  bentrok  dengan  para
preman  itu. Di  keesokan  harinya  tepat  pada  hari  raya  Isra’Mi’raj  gerembolan
39
Menurut H.  Sudarto Kalangan Islam menilai hal ini sebagai pencitraan buruk yang dilakukan terhadap barat dan kekristenan, yang mamandang penyebaran agama Islam melalui kekerasan. Lht.
H.  Sudarto,  Konflik-Islam  Kristen-  menguak  akar  Masalah  Hubungan  Antar  Umat  Beragama  di Indonesia.  Semaran: Pustaka Rizki Putra.  Cetakan ke2,133
40
Aritonang, Sejarah Perjumpaan…2006,520
41
Aritonang, Sejarah Perjumpaan. . . 2006,532
42
Seluk beluk preman ambon di Jakarta sejak 1980-an, termasuk akses mereka dengan  kalangan penguasa,  dan  persaingan  diantara  penguasa  terungkapkan  oleh  Aditjondro,  bahwa  Ternyata,
preman Ambon bukan hanya terdiri dari orang Kristen tetapi juga Islam.  G.  Adhicondro, Orang- Orang  Jakarta  Di  Balik  Tragedi  Maluku.  2001,  Moluccas  International  Campaign  for  Human
Right.
26
preman  itu  datang  menentang  warga  kampung  dan  menyerang  warga  secara membabi buta, mengrusakan Mesjid dan seorang preman ditahan oleh pihak FPI,
terungkap oleh Tahan bahwa dia bayar untuk melakukan peneroran terhadap umat Islam  di  situ.    Disusul  dengan  kerusuhan  besar-besaran  antara  masa  dari  warga
kampung sekitar Ketapang dengan preman-preman itu. Pokok isu dibalik amukan masa itu adalah bahwa mesjid telah dibakar yang
terbukti  tidak  benar,  akibatnya  terjadi  pengrusakan  dan  pembakaran  gedung Gereja  yang  berada  di  sekitar  lokasi  preman-preman  itu.    Melalui  peristiwa  itu,
preman-preman  itu  kemudian  dipulangkan  ke  Ambon,  dan  diduga  menjadi provokator dalam konflik Ambon, disamping ada juga keterlibatan militer.  Kasus
ketapang ini kemudian diduga telah diskenariokan oleh kalangan militer, dengan tujuan
mengalihkan isu
dan perhatian
masyarakat dari
tuntutan pertanggungjawaban  mantan  Presiden  Soeharto,  Wakil  Presiden  Habibie  dan
MenhankamPangab  Wiranto  atas  tragedi  Semanggi  dan  lainnya,  menjadi  isu SARA.  Jadi kerusuhan ini di duga adalah skenario, upaya untuk mengalihkan dari
konflik  vertikal  Pemerintah  vs  Masyarakat  menjadi  konflik  horizontal  Rakyat vs Rakyat.
43
Berkaitan  dengan  catatan  peristiwa-peristiwa  konflik  dan  kekerasan  dalam hubungan  antar  Agama  Islam-Kristen.  Khususnya  pada  kasus    pengrusakan
gedung  Gereja.  Richard  M.  Dauly  mengkaji  tentang  dua  masalah  pokok pergulatan  Kekristenan  dalam  konteks  perkembangan  perpolitikan  di  Indonesia
pada  Era  Reformasi,  antara  lain:  sikap  intoleransi  dan  pengingkaran  terhadap kebebasan beragama dan politik Syariat Islam dan diskriminasi.
44
Untuk  itu,  menurut  Van  Klinken,
45
konflik  atau  kekerasan  kolektif  konflik komunal  dalam  episode-episode  sejarah  Indonesia
–Sebelum Orde Baru hingga pasca  Orde  Baru  atau  pada  masa  pergantian  rezim  politik  Soekarno  ke  Soeharto
hingga  Soeharto  ke  Reformasi-  dironai  dengan  masalah-masalah  ideologi  politik bangsa  atau  kelas  yang  berbaur  dengan  identitas-identitas  etnis  atau  religious.
43
PGI  Mengeluarkan  surat  pernyataan  keprihatinan  atas  peristiwa  ini,  sambil  meminta pemerintah agar mengusutnya dengan tuntas.  Lih.  Sairin Weinatapeny, Pesan-pesan Kenabian
di Pusaran Zaman.  Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2002,171-172
44
Lht.  Richard  M.  Daulay,  Agama  dan  Politik  di  Indonesia:  Umat  Kristen  di  Tengah Kebangkitan Islam.  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015,1-16.
45
Gerry.  Van  Klinkel.    Perang  Kota  Kecil:  Kekerasan  Komunal dan  Demokrasi  Di  Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.  2007,1-9.
27
Khusus pada masa pasca Orde Baru pertarungan-pertarungan yang terjadi hampir sepenuhnya berdasarkan identitas-identitas komunal tersebut.
2. Defenisi, Jenis, Penyebab,Dampak, dan Proses Konflik.