21
menegakan kembali kekuasaan pada kalifah sebagai penguasa di bidang politik dan agama. Di mata H-B, Pan Islamisme ditenggarai membangkitkan semangat
melawan penjajah. Gagasan Pan Islamisme kembali dihidupkan di Indonesia pada masa selanjutnya melalui beberapa partai politik Era Reformasi 1998. Selain itu,
terdapat juga gerakan dan partai politik Islam yang muncul: Sarekat Islam, Muhammadiyah; dan Kristen: Perserikatan Kaum Christen, Partai Kaum Masehi
Indonesia.
24
1.2.3. Masa Jepang dan Revolusi 1942-1949.
Pada masa ini, Jepang berusaha menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak di Indonesia sebagai jalan untuk mendukung tujuan menopang perang dan
mendominasi ekonomi jangka panjang di Asia Timur dan Tengah. Propaganda pro Islam dilakukan untuk menarik para pemimpin Islam.
25
Melalui politik mobilisasinya, Jepang merangkul kekuatan Islam Indonesia dan penghubung
antara mereka dengan masyarakat Jawa. Pemerintah Jepang berusaha menghapus pengaruh-pengaruh Barat, khususnya Belanda dengan mendorong penyebaran
konsep Indonesia kepada rakyat. Pada bulan Maret 1942, Jepang membubarkan partai politik yang ada, namun khusus buat Islam organisasi kemasyarakatan
seperti NU dan Muhamadiah dibiarkan tetap hidup.
26
Sementara itu, terhadap Zending dan kaum Kristen dituduh sebagai kaki tangan Belanda, mereka dianiaya, ditangkap bahkan dibunuh. Seperti dikatakan
Kahin:
27
“...dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk Belanda, sebagian besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen
Indonesia yang dicurigai Pro Belanda, ke dalam Kamp Konsentrasi. Selain itu, kependudukan Jepang membuka ruang bagi proses berdirinya atau
kemerdekaan bangsa Indonesia. Proses perumusan dasar negara dan UUD didapati ternyata sarat dengan muatan dan kepentingan agama tertentu, bermula
dengan berdebatan antara tokoh Islam dan nasional-sekuler tentang bentuk
24
Aritonang,, Sejarah Perjumpaan... 2006,122-132
25
Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit Terj, Jakarta: Pustaka Jaya, 1985,133- 134
26
Aritonang. Sejarah Perjumpaan. . . ,. 2006, 215
27
George Mc Turnan. Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia terj, Solo: Press, 1995,131
22
Negara. Pertanyaan pokok perdebatan para tokoh BPUPKI adalah: haruskah dasar resmi untuk negara Indonesia terbentuk dari asas-asas Islam, dinyatakan dengan
peristilahan Islam, ataukah Indonesia didasarkan kepada Pancasila dan menjadi suatu contoh dari negara yang rakyatnya menganut beranekaragam agama, yang
di dalamnya para pengikut dari berbagai agama hidup dan bekerjasama dengan saling menghormati?
28
Pembahasan terhadap pertanyaan yang menjadi polimek tersebut kemudian digodok dalam kelompok kecil: “Tim 9“, dijadikan dokumen
politik yang dinamai: “Piagam Jakarta“.
Alwi Hihab
29
, melihat persoalan Piagam Jakarta yang kontroversial di kalangan pemimpin Indonesia pada saat menjelang kemerdekaan itu, mencirikan
ketegangan pertama dalam hubungan Kristen-Muslim di Indonesia selama era pasca penjajahan. Persoalan tersebut hampir merusak kesatuan dan persatuan
negeri Indonesia.
1.2.4. Masa Orde Lama 1950-1965.