Masa Portugis dan VOC 1511-1799.

18 Selanjutnya, Konfliktual interaksi Islam dengan Kekristenan Barat, yang nampak melalui konflik, kekerasan, ditaklukkan dan menaklukan antara keduanya, mis, di Timur Tengah, spanyol hingga perang salib, , sebagaimana yang diungkapkan Esposito: 14 ...Baik orang Muslim mapun Nasarani melihat yang lainnya sebagai suatu ketetapan yang untuk ditaklukan, diajak masuk agama, atau membasmi yang lainnya dan dengan demikian sebagai musuh Tuhan“... menimbulkan dampak yang membekas dalam imajinasi kedua komunitas. Orang Barat memandang Islam sebagai agama pedang, agama jihad. Sebaliknya, bagi kaum Muslim, Nasarani adalah agama perang salib dan ambisi hegemoni. Dalam konteks itulah berkembang kecurigaan-kecurigaan: stereotip yang melatari pandangan Islam di seluruh dunia tentang kekristen barat dan berimbas sampai ke komunitas kristen di seluruh dunia. 1.2.Konteks Indonesia Jan S. Aritonang 15 , meneliti perjumpaan Islam-Kristen di Indonesia secara khusus pada tataran konseptual, dan lebih difokuskan pada perjumpaan bidang politik di aras Nasional baik dalam konteks zaman pemerintahan penjajahan maupun pada zaman Indonesia Merdeka. Pada perjumpaan itu, bisa terjadi persesuaian atau terlihat akrab, tetapi sebaliknya bisa juga terjadi konflik. Pembabakan perjumpaan Islam-Kristen didasarkan pada periode pemerintahan di negeri ini, yakni antara lain:

1.2.1. Masa Portugis dan VOC 1511-1799.

Pada masa ini, Portugis juga spanyol dan Belanda yang dikenal dengan negara Kristen Katolik dan protestan hendak meluaskan jaringan perdagangan dan penyebaran agama mereka. Pada kenyataannya, Maluku sebagai salah satu kawasan Indonesia Timur telah dihuni oleh Agama Islam yang tersebar oleh pedagang Islam Timur Tengah melalui kerajaan-kerajaan lokal di Maluku Utara: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo, serta menjelma menjadi agama kerajaan. Islam menguasai perdagangan. Para sultan-sultan Tarnate tercatat sebagai 14 Jhon.L. Esposito. Unholy war. . . 2003,91 15 Jan.S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam Di Indonesia. Jakarta:BPK. G. Mulia. 2006,1. 19 penakluk wilayah dan penyebar agama Islam. Dalam rangka perluasan jaringan kekuasaannya ia menuntut pengakuan bahwa kerajaan-kerajaan itu mengakui kesultanan Tarnate dan menuntut penduduknya menganut agama Islam. Bertolak dari kepentingan perdagangan inilah maka tak jarang kerajaan-kerajaan ini beraliansi dengan Portugis bahkan juga Belanda yang menjanjikan keuntungan dan kekayaan yang lebih besar. 16 Salah satu peristiwa pemicu konflik Islam-Kristen yang berkepanjangan pada masa portugis yang terjadi sampai kedatangan VOC adalah kasus pembunuhan Sultan Tarnate, seperti dicatat oleh Radjawane: 17 Sultan Hairun berkoalisi dengan raja-raja di Maluku berencana untuk membasmi semua orang Kristen dan orang- orang asing terutama Portugis dan menanamkan Islam di Pulau Ambon. Atas keikut sertaan Hitu 1558 mereka melakukan pemberontakan dan mengusir orang Portugis. Banyak kampung-kapung pesisir di pulau Ambon yang berhasil diislamkan dengan kekerasan, dan terutama sekali hampir semua negeri di Hitu yang baru saja di Kristenkan oleh Xaverius dijadikan negeri-negeri Islam. Bermula dari peristiwa tersebut, banyak juga pertikaian dan perang antara masyarakat Islam-Kristen terjadi di Pulau Ambon, yaitu setelah penyerbuan tersebut ada sejumlah pejabat Portugis yang mendukung Sultan Hairun dalam menghadapi lawannya, yakni kerajaan-kerajaan di Maluku untuk memperoleh keuntungan bisnis yang besar bagi bisnis pribadi. 18 Oleh karena itu, penyebab pertikaian yang melibatkan Islam-Kristen di Ambon bukan semata-mata karena masalah agama melainkan juga masalah sosial-politik. 19 Kedatangan belanda pada umumnya tak lepas dari pertarungan di bidang politik, persaingan dagang dan ekonomi, untuk kepentingan ini berkoalisi dengan Islam untuk menguasai Portugis. 16 Aritonang. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam Di Indonesia … 2006,13-22 17 A.N. Rajawane, “Islam di Ambon dan Haruku”, dalam Panggilan Kita di Indonesia Dewasa ini, Editor:W. B. SidjabatJakarta: BPK. Gunung Mulia, 1964,78 18 M.P.M. Muskens red, Sejarah Gereja Katolik di Indonesia, jilid 1. Jakarta: Dokpen MAWI,1974, 223 19 Th. Van Den End. Ragi Carita1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cetakan ke-6,1996,61 20

1.2.2. Masa Hindia Belanda 1800-1942.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB VI

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Simbol dan Rekonsiliasi Gong Perdamaian Dunia sebagai Simbol Rekonsiliasi Lintas Agama di Ambon T2 752015017 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB II

0 0 25

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB II

0 1 32