Konsistensi Pergerakan Di Tengah Berbagai Tekanan Dan Tantangan
D. Konsistensi Pergerakan Di Tengah Berbagai Tekanan Dan Tantangan
Implementasi kebijakan NKK/BKK dalam situasi lingkup di UGM membuat gerakan mahasiswa ekstra-universiter telah kehilangan basis utamanya. Berbagai spanduk atau brosur organisasi ekstra sudah tidak tampak lagi pada masa ini. Hal ini menimbulkan perubahan aktivitas mahasiswa menjadi unit-unit kegiatan berorientasi minat dan hobi seperti olahraga, kesenian,
kerohanian, dan keilmuan. 75 Terutama berbagai jenis kesenian dan keolahragaan telah banyak diminati oleh kalangan mahasiswa. Hingga pada tahun ini tiba-tiba gerakan mahasiswa ekstra- universiter seperti HMI, GMNI, PMII, dan IMM telah bergabung pada unit kerohanian Islam atau Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) yang
sama yaitu Jama’ah Shalahuddin. 76
Pada pihak kalangan IMM Yogyakarta telah terjadi polemik dengan kalangan IMM Jakarta sehingga menyebabkan Muktamar V
75 Bambang Purwanto, Djoko Suryo, Soegijanto Padmo (eds.), Dari Revolusi ke Reformasi : 50 Tahun Universitas Gadjah Mada ( Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM, 1999), hlm. 118.
76 Ibid, hlm. 118.
IMM tahun 1979 telah gagal dilaksanakan. Akibat negosiasi yang tidak kunjung menemukan persetujuan antara kedua belah pihak. Meskipun telah terjadi polemik seperti ini, para aktivis IMM Yogyakarta mempunyai argumen tersendiri dibanding dengan aktivis IMM Jakarta. Argumen ini ialah bahwa IMM Yogyakarta ingin mempertahankan identitas IMM sebagai gerakan dakwah Islam dan eksponensi mahasiswa Islam dalam Muhammadiyah sehingga perlu
penjagaan orientasi konsentris di Yogyakarta. 77
Menurut Rosyad Sholeh polemik ini bukan soal perebutan jabatan kedudukan organisasi IMM melainkan hanya ingin menjaga kemurnian Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam sehingga jika posisi IMM berkedudukan pusat berada di Jakarta maka aspek politik mempengaruhi misi ideologis tersebut, pola konflik Jakarta- Jogja ini tidak hanya terjadi di IMM tetapi dari seluruh angkatan
muda Muhammadiyah maupun pimpinan pusatnya. 78 Oleh karena itu, telah muncul istilah dialektis dalam IMM masa ini bahwa poros
77 Farid Fathoni, op.cit., hlm. 203.
78 Wawancara Rosyad Sholeh, 9 Oktober 2012, Pkl 10:00 WIB. Di Kantor Badan Pembina Harian ( BPH ), Rektorat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Barat Ringroad Tamantirto Kasihan Bantul.
Jakarta adalah poros politik sedangkan poros Yogyakarta adalah poros ideologi. 79
Pada era 1981 PMII Cabang Yogyakarta telah dipimpin Fajrul Falaakh. Seorang aktivis PMII yang studi di Fakultas Hukum UGM. Pada periodenya PMII sering mengadakan pentas seni dalam menyambut anggota baru di Yogyakarta. Pentas seni PMII ini diadakan Gedung Mandala Wanitatama ataupun Aula Pamungkas yang berisi pertunjukan drama, teatrikal, dan seni musik berupa
grup band. 80 Lalu Fajrul dengan segenap kalangan PMII Yogyakarta secara basis epistemik intelektual bergabung dengan tokoh PB NU yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau dengan sapaan akrab bernama Gus Dur. Koalisi gagasan Gus Dur ini membentuk Forum Demokrasi ( Fordem ) dengan gabungan rohaniawan, akademisi maupun wartawan seperti Marsillam Simanjuntak, Mangunwijoyo, Magnis Suseno, Sutanjung dan Rahman Tolleng.
Pada aspek selanjutnya Fajrul menceritakan bahwa alat transportasi semasa ini adalah sepeda motor dan angkutan umum
79 Farid Fathoni, op.cit., hlm. 204.
80 Wawancara Fajrul Falaakh, 29 Oktober 2012, Pkl 12:30 WIB. Di Kantor Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Jalan Sosio- Yustisia Bulaksumur UGM Yogyakarta.
seperti bus dalam kota. Fajrul sendiri sering naik semi bus yang datang dari arah Prambanan menuju Yogyakarta. 81 Pada aspek penggambaran busana aktivis Islam era 1980-an menurut keterangan Fajrul Falaakh bahwasanya pada aktivis putri telah terjadi pergeseran mode dari kebaya menuju Malaysianan yaitu
sejenis duster terusan. 82 Lalu tetap mengenakan kerudung atau mukena namun memakai penutup rambut semacam tudung atau ciput. Kemudian pada busana aktivis putra bahwa pemakaian celana cut-bray telah beralih menjadi celana jeans atau celana kain kantoran.
Pada era 1982 para aktivis PMII di IAIN Yogyakarta semasa Masrur Ahmad melakukan serangkaian kegiatan organisasi seperti diskusi informal sambil nongkrong dan menghisap kretek tanpa batas waktu. Syarat pengadaan diskusi jika ada uang saku untuk jajan bersama-sama hingga meninggalkan jadwal kuliah. Bahkan ia mengaku pada masanya, aktivis PMII yang putra adalah perokok
81 Wawancara Fajrul Falaakh, 29 Oktober 2012, Pkl 12:30 WIB. Di Kantor Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Jalan Sosio- Yustisia Bulaksumur UGM Yogyakarta.
82 Wawancara Fajrul Falaakh, 29 Oktober 2012, Pkl 12:30 WIB. Di Kantor Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Jalan Sosio- Yustisia Bulaksumur UGM Yogyakarta.
semua tidak ada aktivis PMII yang bukan perokok. Tema-tema diskusi yang dibicarakan adalah bagaimana bermasyarakat,
menggerakkan masyarakat, dan memprovokasi masyarakat. 83 Masrur mengadakan diskusi bersama teman-teman kelompoknya seperti Muhaimin Iskandar, Sastra Juanda, dan Fajrul Falaakh.
Lalu dia bersama teman-temannya melakukan aksi demonstrasi “bubarkan Golkar” di jembatan sungai Gadjah Wong hingga Masrur ternyata sadar telah memprotes bapaknya sendiri yang masih menjabat fungsionaris Golkar. Kemudian di lingkungan komplek IAIN, PMII masa ini sering menyelenggarakan pentas seni ala santri selain sebagai kegiatan rekreatif seperti gambus dan
kasidahan beserta seni musik seperti band “ Al-Jamiah”. 84
Semasa Masrur menjadi aktivis, PMII IAIN sering mengunjungi ( sowan ) atau silaturrahim kepada ulama atau para Kyai NU Yogyakarta seperti Kyai Ikhya’ di Tempel, Kyai Qomari Kyai Mukhti
83 Wawancara Gus Masrur, 8 Agustus 2012, Pkl 19:09 WIB. Di Pondok Pesantren Al-Qodir, Wukirsari, Cangkringan Sleman
Yogyakarta.
84 Wawancara Gus Masrur, 8 Agustus 2012, Pkl 19:09 WIB. Di Pondok Pesantren Al-Qodir, Wukirsari, Cangkringan Sleman Yogyakarta.
dan Kyai Maksum di Krapyak Kidul, dan Kyai Romlah Jumali di Lempong. 85 Kemudian Masrur sendiri mengaku di lingkungan IAIN Yogyakarta pada masanya hubungan PMII dengan HMI dan IMM sering melakukan perebutan kepengurusan senat mahasiswa sehingga memang tidak harmonis interaksi hubungan komunikasi ketiga organisasi ini.
Pada pihak IMM Cabang Yogyakarta dari tahun 1983 hingga 1985 telah diketuai Immawan Wahyudi. Pada masanya IMM selalu memiliki kendala terhadap Komando Rayon Militer ( Koramil ) karena permasalahan perijinan agenda pengajian IMM. Pengajian-pengajian IMM oleh Koramil sering dianggap politis padahal hanya mengupas seputar materi Tauhid. Semasa Immawan Wahyudi, aktivis putra maupun putri pernah mengadakan pengajian di daerah Piyungan dengan berjalan kaki secara rombongan tetapi akhirnya pengajian dibubarkan oleh Koramil.
Dibawah kepemimpinan Immawan Wahyudi, IMM telah memiliki 17 komisariat dengan 22 kali latihan pengkaderan. Ia pun mengecek kegiatan komisariat setiap seminggu sekali dengan
85 Wawancara Gus Masrur, 8 Agustus 2012, Pkl 19:09 WIB. Di Pondok Pesantren Al-Qodir, Wukirsari, Cangkringan Sleman Yogyakarta.
berjalan kaki dari lokasi sekretariatnya di Jalan Ahmad Dahlan. Makasa IMM Yogyakarta selalu diadakan sangat ramai hingga mencapai sebanyak 2000 anggota. Pada inagurasi Makasa ini pertunjukan seni sering diadakan dimulai dari komedi berbahasa
Jawa ( lawak ) hingga grup band musik pop. 86 Personil grup band terdiri dari anggota IMM tetapi vokalisnya mengundang dari PMII. Kemudian pertunjukan teatrikal dengan komunitas Teater 41 milik
IMM Yogyakarta. 87
Pada tahun 1983 telah tiba rombongan utusan IMM dari Jakarta untuk menemui Pimpinan Pusat Yogyakarta. Mereka bertemu pimpinan pusat Muhammadiyah dengan mengadakan sidang di Gedung Dakwah daerah Suronatan. Hasil keputusan sidang ini membentuk formasi Dewan Pimpinan Pusat Sementara ( DPPS )
atau sejenis caretaker. 88 Gagasan tersebut disetujui oleh Kyai AR. Fakhruddin dan Kyai Djarnawi Hadikusumo selaku pimpinan Muhammadiyah. Formasi DPPS ini diketuai oleh Firdaus Abbas dan
86 Wawancara Immawan Wahyudi, 8 April 2013, Pkl 13:09 WIB. Di Kantor Pemda Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
87 Wawancara Immawan Wahyudi, 8 April 2013, Pkl 13:09 WIB. Di Kantor Pemda Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
88 Farid Fathoni, op.cit., hlm 206.
Din Syamsuddin. DPPS masa ini mempunyai tugas untuk menjalankan kepengurusan harian dan menyiapkan penyelenggaraan Muktamar IMM.
Pada periode 1983 HMI Cabang Yogyakarta telah memiliki proyek desa binaan dengan penggiatnya bernama Ikrar Muhammad Saleh yang menjabat sebagai ketua bidang Kemahasiswaan. Menurut Ikrar bahwa asal mula proyek ini bermula dari tindak lanjut ( follow up ) laporan Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) pedesaan. Pasca proyek KKN ini selesai, maka para anggota-anggota HMI memberdayakan warga pedesaan dengan memberi kursus keterampilan kerajinan tangan
dan beternak sekaligus mendakwahkan ajaran Islam. 89
HMI Cabang Yogyakarta pada periode ini selalu mempertahankan regenerasi anggota-anggotanya dengan membuka bimbingan tes untuk mahasiswa baru di UII. 90 Pada foto dokumentasi majalah Tempo tampak para aktivis HMI UII menunggu stand pendaftaran bimbingan tes dengan penuh canda. Perubahan busana era 80an telah tampak dari foto ini. Jeans mulai dikenakan para
89 Tempo. “ Tidak, Mereka Tidak Akan Bubar ”. No. 14/Th.XIII/
4 Juni 1983. hlm. 13.
90 Ibid, hlm. 15.
aktivis putra sedangkan aktivis putri tampak mulai mengenakan kerudung dan jilbab meski masih terdapat yang tidak mengenakan
jilbab dan memakai kacamata hitam. 91