Nuansa Pengkaderan Akar Rumput
B. Nuansa Pengkaderan Akar Rumput
Masih pada era 1968 hingga 1969 Siti Hadiroh menggiatkan Kohati HMI hingga tingkat Cabang Yogyakarta. Hadiroh mengkader adik angkatannya yang bernama Widi Saebani, Susilaningsih, Hartati Badawi, dan Herly Uswatun Khasanah. Kohati semasa Hadiroh mempunyai program organisasi seperti penataran kepemimpinan perempuan, sosialisasi peran perempuan dalam rumah tangga
maupun karir, dan penataran persiapan menjelang pernikahan. 28 Aktivis busana Kohati semasa Hadiroh masih memakai rok dan memakai kerudung tetapi belum ada istilah jilbab. Untuk pemakaian
27 Wawancara Chumaidi Syarif Romas, 24 Oktober 2012, Pkl 19:20 WIB. Di kediamannya jalan. Bedukan RT 5 Desa Plered,
Kecamatan Plered Bantul Yogyakarta.
28 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
kerudung juga dibebaskan. Dan beberapa aktivis putri yang hanya mengenakan kebaya Jawa ( jarik ) dengan motif batik termasuk Hadiroh dan Wasilah dari Lembaga Dakwah HMI di Farmasi UGM. Sedangkan aktivis putranya seperti layaknya mode mahasiswa era 1960an yaitu memakai baju atau biasa disebut hem dan memakai celana berkain drill. Kecuali pada agenda organisasi HMI para pimpinan HMI memakai selempang bergaris warna hijau-hitam
dengan songkok hitam. 29
Kebiasaan kalangan aktivis HMI Yogyakarta dikala senggang selalu makan jajan bersama seperti lotisan atau makan lotis bersama. 30 Mereka sering berkumpul secara kolektif di basis-basis rayon seperti Gondomanan atau Jetis sedangkan markas pusatnya berada di Sekretariat HMI Yogyakarta terkenal di daerah Dagen pada
masa ini. 31 Menurut Chumaidi, sekretariat HMI di daerah Dagen yang
29 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
30 Lotis yaitu jajanan pencuci mulut berupa buah-buahan dipadu dengan sambal bumbu gula Jawa yang telah diracik. Dalam
Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun- Alun Utara, Yogyakarta.
31 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
terletak dekat dengan daerah Sosrowijayan ini milik dokter Baghowi. 32 Dia adalah seorang dokter sekaligus dosen kedokteran UGM. Semasa Hadiroh menjadi aktivis, HMI sering mengadakan pelatihan kader sembari rekreasi di daerah pinggiran sekitar Yogyakarta seperti Kaliurang, Brosot dan Muntilan. Lalu sering mengadakan kegiatan kesenian seperti Paduan Suara dengan komunitasnya bernama Pecinta Musik Muslim Yogyakarta di kawasan Kotabaru yaitu rumah Widi Saebani. Kemudian juga mengadakan teatrikal atau drama untuk penutupan Masa
Penerimaan Calon Anggota HMI ( Maperca HMI ). 33
Semasa Hadiroh model hubungan percintaan sesama aktivis adalah saling menjodohkan antar teman kalangan HMI atau istilah bahasa Jawa disebut dipacokke atau dijodohkan lewat gosip humor ala mahasiswa. Menurut Hadiroh karena terdapat proses bersama-
32 Wawancara Chumaidi Syarif Romas, 24 Oktober 2012, Pkl 19:20 WIB. Di kediamannya jalan. Bedukan RT 5 Desa Plered,
Kecamatan Plered Bantul Yogyakarta.
33 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
sama menjalani kegiatan secara bersama hingga interaksi yang terus- menerus menimbulkan perasaan cinta atau dalam peribahasa Jawa disebut witing tresno jalaran kulino. Maka dari itu, terdapat pasangan aktivis yang langgeng menjalani pernikahan seperti Hadiroh sendiri dengan Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, Makmuri dengan Izanah, Djohan dengan Sholichah dan Sugiat dengan Ummu Hanim sedangkan di HMI Jakarta seperti Mar’ie Mohammad dengan Etik
Syuhada. 34 Pola seperti ini tidak hanya terjadi di HMI tetapi juga di IMM seperti Djasman Al-Kindi dengan Elida Bustami dan Zulkabir
dengan Siti Romlah. 35
Di pihak pergerakan IMM Yogyakarta era 1969 telah menyelenggarakan Konferensi Nasional ( Konfernas ) perihal konsolidasi organisasi dan kaderisasi beserta diskusi permasalahan
umat Islam masa ini. 36 Kemudian menetapkan sistem pengkaderan berjenjang dengan tingkat dasar, madya, dan paripurna. Kesemua ini
34 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar Alun-Alun Utara, Yogyakarta.
35 Wawancara Rosyad Sholeh, 9 Oktober 2012, Pkl 10:00 WIB. Di Kantor Badan Pembina Harian ( BPH ), Rektorat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Barat Ringroad Tamantirto Kasihan Bantul.
36 Farid Fathoni, op.cit, hlm. 144.
dengan landasan filosofi sahabat Nabi yang rumahnya dipakai pada awal dakwah Islamisasi dengan nama Darul Al-Arqom.
Pada Konfernas IMM ini juga telah merancang jenjang malam keakraban ala IMM yang bernama Masa Kasih Sayang ( Makasa ). 37 Makasa ini bersifat low profile sehingga menurut Farid Fathoni tidak terkesan perpeloncoan mahasiswa baru. Malangnya pada penutupan Konfernas IMM ini telah wafat K.H Badawi sehingga acara pementasan Ketoprak Kalimasyada IMM terpaksa dibatalkan
kemudian diganti acara berkabung. 38 Farid Fathoni telah menyimpan koleksi foto-foto dari Konfernas III IMM di Yogyakarta. Pada foto pembukaan Konfernas terlihat para peserta IMM antusias dengan mengenakan jas dan dasi ala busana Barat dipadu dengan songkok lalu disambut dengan paduan suara ( vocal group ) barisan putri dengan busana kebaya Jawa dipadu dengan
kerudung. 39 Pada Konfernas ini Kasman Singodimedjo memberikan
37 Ibid. hlm. 145.
38 Ibid.
39 Ibid. hlm. 146.
ceramah. 40 Kemudian pada foto terakhir tampak Amien Rais sedang memimpin salah satu sidang Konfernas. Di pihak kepengurusan IMM Pusat telah terpilih Mohammad Arif sebagai ketua Pembinaan Immawati ( Keputrian IMM ). Ia berasal dari kelompok IMM Yogyakarta bernama Suwalby. 41 Keterpilihan Arif ini dalam momen Musyawarah Nasional ( Munas ) ke III yang berada di Yogyakarta. Periode era 1971 dianggap oleh kalangan IMM sebagai periode pengembangan organisasi dengan reformasi sistem persidangan organisasi seperti Konferensi Cabang ( Konfercab ) diubah menjadi Musyawarah Cabang ( Muscab ) disertakan penetapan Mars Lagu IMM dan Hmyne IMM. Farid Fathoni juga telah menyimpan koleksi foto-foto dari Munas III IMM. Pada foto pertama nampak spanduk Munas III IMM telah terpasang di kompleks Masjid Agung Yogyakarta. Pada bagian foto kegiatan Munas tahun 1971 nampak Djasman mengenakan jas dan dasi ala busana Barat dengan menemani Sudibyo Markoes. Lalu Rosyad Sholeh terlihat menulis surat-menyurat organisasi dengan menggunakan mesin ketik dan foto Amien Rais berbincang dengan pimpinan Muhammadiyah yaitu
40 Data deskripsi foto didapat dari koleksi dokumentasi pembukuan. Farid Fathoni, ibid, hlm. 146.
41 Ibid, hlm 158.
Djarnawi Hadikusumo. Disusul dengan pengurus putri tingkat pusat IMM seperti Elida Bustamy dan Siti Romlah keduanya mengenakan busana kebaya Jawa dan kerudung. Terakhir, yakin foto-foto berbagai peserta Munas III yang datang dari berbagai daerah seperti Bali, Jateng, Lampung, Jakarta kemudian berkumpul bersama di
Yogyakarta. 42 Pada tingkat propinsi, DPD IMM DIJ telah dilantik dengan ketua Rusli Beslik untuk periode 1971 hingga 1974. Pada informasi ini terlihat foto agenda pelantikan pengurus. Para pengurus putra pada mengenakan baju putih lengkap dengan dasi lalu setelan celana kantoran dan beberapa mereka ada yang memakai songkok hitam sedangkan pengurus putri mengenakan busana kebaya Jawa dengan
kerudung. 43 Pengurus PMII Cabang Yogyakarta mengundang Nurcholish untuk mengisi Pembukaan Penataran Kader PMII yang bernama Mapraba. Dalam penataran kader PMII yang diadakan awal tahun
42 Data deskripsi foto didapat dari koleksi dokumentasi pembukuan. Farid Fathoni, ibid, hlm. 159-162.
43 Suara Muhammadiyah.“ Mengislamkan Umat Islam Kembali ”. Edisi 8/1971. hlm. 9.
1970 ini, para aktivis PMII menganggap Nurcholish telah tersesat. 44 Karena penyebaran artikel Nurcholish yang berjudul “ Modernisasi Bukan Westernisasi” dalam Mimbar Demokrasi telah mengundang perhatian terhadap Muhammadiyah dan NU. Pimpinan Muhammadiyah merasa tidak diakui gerakan pembaharuannya. Sedangkan pimpinan NU menganggap Nurcholish telah mengabaikan
keyakinan Islam ( aqidah ).
Aktivis PMII Yogyakarta pada tahap berikutnya seperti Umar Basalim dan Slamet Effendy telah berperan dalam merumuskan Deklarasi Independensi PMII dari NU dan Pemerintah RI karena kekalahan PNU pada Pemilu 1971 yang hanya mendapat 58 kursi
dari 360 kursi. 45 Kemudian dampak Malari di Jakarta membuat gerakan mahasiswa ekstra-universiter di Yogyakarta terkena tekanan kebijakan NKK/BKK hingga beberapa fakultas di UGM telah digrebek
44 Ibid. hlm. 167. Peneliti mengakui kekurangan dalam penulisan gerakan PMII dari era 1966 hingga 1970 karena tidak ditemukan sumber atau catatan yang memuat gaya hidup gerakan PMII di Yogyakarta dari era tersebut kecuali dari catatan harian Ahmad Wahib. Perihal ini disebabkan peneliti hanya punya akses bertemu dan mewawancarai mantan pengurus PMII Yogyakarta yang aktif dari tahun 1979 hingga 1992 seperti Fajrul Falaakh, Gus Masrur, dan Hamdan Daulay.
45 Pelaksanaan Deklarasi Independensi PMII berada di Murnajati Lawang Malang Jatim sehingga terkenal dengan Deklarasi Murnajati. Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan ( Jakarta: PB-PMII,2004), hlm. 55-59.
oleh sejumlah aparat, setidaknya pengawasan aparat terhadap
gerakan mahasiswa hingga era 80-an. 46
Meski kebijakan NKK/BKK menekan tetapi program-program organisasi mahasiswa tetap berjalan apa adanya. Demikian dengan pengurus IMM dengan melaksanakan program pemberdayaan “ 100 Desa” daerah Gunung Kidul yang dipimpin oleh Syamsu Udaya
hingga ia mendapat jodoh dari salah satu desa di Gunung Kidul. 47 Pada periode kepengurusan Zulkabir era 1977, IMM telah mengadakan kajian undang-undang Keormasan Pemuda dalam agenda Mukerstudi yang berada di Kaliurang. Dalam kajian tersebut mereka menganggap KNPI terlalu dominatif dalam mewakili aspirasi generasi pemuda.
46 Wawancara Fajrul Falaakh, 29 Oktober 2012, Pkl 12:30 WIB. Di Kantor Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Jalan Sosio- Yustisia Bulaksumur UGM Yogyakarta.
47 Slamet Sukirnanto, “ Mas Tris Yang Saya Kenal “ Ali Taher Parasong & Sudar Siandes (ed). Biografi Sutrisno Muhdam (Jakarta:
Pemuda Muhammadiyah, 2000) hlm. 49.