KAMI Sebagai Gabungan Konsolidasi Mahasiswa Menjelang Orde Baru

C. KAMI Sebagai Gabungan Konsolidasi Mahasiswa Menjelang Orde Baru

Antara tahun 1965 hingga 1966 perwira tinggi militer yakni Jenderal Soeharto telah memiliki legitimasi dan kewenangan dalam menggunakan institusi militer Angkatan Darat ( AD ). Momentum ini disebabkan para atasan Soeharto telah tewas dalam Gestapu seperti Ahmad Yani dan Parman selain A.H. Nasution yang menghilang

beberapa waktu. 34 Dan ia juga mendapat dukungan rekan-rekannya

dalam Henk Schulte Nordholt (ed) , Outward Appearances : Trend, Identitas, Kepentingan ( Yogyakarta: LKIS, 2005 ), hlm. 3.

33 Wawancara Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid

Besar, Alun-Alun Utara, Yogyakarta.

34 M.C. Ricklefs, op.cit, hlm. 553-554.

di AD maupun intelektual sosialis dan pro-Barat. 35 Terutama dengan legitimasi operasi penumpasan kudeta 30 september 1965 maka praktis secara langsung Jenderal Soeharto telah menggantikan

Presiden Soekarno sebagai kepala Negara baru. 36

Pada awal kepemimpinannya, Soeharto merasa tahu diri bahwasanya pendukung Soekarno masih banyak maka secara otomatis, dia belum mendapatkan kepercayaan publik. Oleh karena itu, ia menyarankan Mayor Jenderal Syarif Thayeb selaku Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan untuk mengajak berkoalisi dengan kalangan aktivis mahasiswa non-komunis. Mahasiswa

35 Pejabat teras tinggi militer AD adalah Abdul Haris Nasution, Adam Malik, Dharsono, Kemal Idris, Sarwo Edhi, Ali Moertopo,

Sujono Humardhani, dan Alamsyah Ratuperwiranegara. Lalu ekonom UI dengan mazhab Berkeley yang sebelumnya telah mengajar di Seskoad seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Sadli, dengan dukungan intelektual Kristen seperti Frans Seda, Radius Prawiro, dan Sumarlin. Mereka adalah pro PSI. Kemudian intelektual pers dan pro-Barat seperti Soedjatmoko dan Rosihan Anwar. Lihat keterangan lebih lanjut dalam Francois Raillon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia : Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974 (Jakarta: LP3ES,1989), hlm 11 & 15. Disertasi Yudi Latif, Inteligensia Muslim : Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-

20 (Bandung: Mizan,2005), hlm. 465-466.

36 Ibid. hlm. 12. Detail latar belakang kausalitas Gestapu dan Supersemar yang lebih luas, dapat dilihat selengkapnya dalam referensi. Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno : Ideology And Politics, 1959-1965 (Singapore: Equinox Publishing,2006). Bennedict Anderson & Ruth McVey, A Preliminary Analysis of The October 1, 1965 Coup in Indonesia (Singapore: Equinox Publishing,1971) 36 Ibid. hlm. 12. Detail latar belakang kausalitas Gestapu dan Supersemar yang lebih luas, dapat dilihat selengkapnya dalam referensi. Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno : Ideology And Politics, 1959-1965 (Singapore: Equinox Publishing,2006). Bennedict Anderson & Ruth McVey, A Preliminary Analysis of The October 1, 1965 Coup in Indonesia (Singapore: Equinox Publishing,1971)

Pada tanggal 25 Oktober 1965, Syarif Thayeb mengundang dan mengumpulkan berbagai pergerakan mahasiswa non-komunis yang dahulu sempat tergabung dalam forum Persatuan Perhimpunan

Mahasiswa Indonesia ( PPMI ). 37 Perkumpulan diadakan di rumah dinas Syarif Thayeb di jalan Imam Bonjol 24 Jakarta. 38 Dalam perkumpulan telah hadir berbagai elemen perwakilan pergerakan mahasiswa. Yakni HMI, PMII, IMM, PMKRI, GMKI, GEMSOS, SOMAL, PELMASI, dan IPMI. Para perwakilannya seperti Mar’ie Mohammad,

37 PPMI secara identitas politik mempunyai afiliasi pemikiran politik dengan PSI dan Masyumi. Pada era Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno menganggap radikal PSI dan Masyumi sehingga kedua partai ini membubarkan diri. Jenderal Soeharto dan kalangan perwira AD melihat kejelian ini, maka dengan mudah dapat membangun wacana anti-Soekarno apalagi anti-PKI karena telah dianggap tidak mengenal ketuhanan disertai dengan cara-caranya yang propagandis. ibid, hlm. 13.

38 Farid Fathoni, op.cit, hlm. 126-127.

Zamroni, Slamet Sukirnanto, Iljas, David Napitupulu, dan Cosmas Batubara. 39 Dalam pertemuan tersebut, Syarif Thayeb mengusulkan untuk membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ( KAMI ). Para perwakilan pergerakan menyetujui usulan tersebut maka

berdirilah KAMI. 40

Komposisi internal KAMI mempunyai gerakan mahasiswa berdasarkan keagamaan paling banyak seperti HMI, PMII, IMM, PMKRI, dan GMKI. Lalu disusul dengan gerakan mahasiswa berhaluan ideologi sosialisme yakni Gemsos, Somal, dan Pelmasi. Dan terakhir berdasarkan profesi yakni Ikatan Pers Mahasiswa

Indonesia ( IPMI ). 41

Sedangkan di Yogyakarta telah dibentuk KAMI Konsulat Yogyakarta pada tanggal 17 November 1965. 42 KAMI menjadi forum pertukaran ide dan serba-serbi kampus baik kerjasama kelembagaan

39 Slamet Sukirnanto, “ Mas Tris Yang Saya Kenal “ Ali Taher Parasong & Sudar Siandes (eds.). Biografi Sutrisno Muhdam ( Jakarta: Pemuda Muhammadiyah, 2000 ) hlm. 47.

40 Francois Raillon, op.cit, hlm. 14.

41 Ibid. hlm. 14.

42 Bambang Purwanto, Djoko Suryo, Soegijanto Padmo (eds.), Dari Revolusi ke Reformasi : 50 Tahun Universitas Gadjah Mada ( Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM, 1999), hlm. 76.

maupun ajang pertemanan antar gerakan mahasiswa Islam maupun

dengan pergerakan lain. 43

KAMI bergerak begitu semangat dalam aksi-aksi demontrasi karena didukung Syarif Thayeb dan kalangan militer AD. 44 Wacana anti-komunis yang disuarakan KAMI mendapat respon yang baik bagi masyarakat. Penduduk Jakarta terpengaruh oleh wacana tersebut

hingga mereka bergerak dalam ruas-ruas jalan raya. 45 KAMI juga membentuk sayap organisasi dalam tingkat pelajar yakni Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia ( KAPPI ). Dengan KAPPI ini mereka dapat menambah kekuatan unjuk rasa di jalan-jalan Jakarta.

Karena tingkat pelajar masih begitu polos dan mudah dipengaruhi. 46 Kemudian menyusul pembentukan sayap wanita KAMI yaitu

43 Wawancara Syamsu Udaya Nurdin, 20 Oktober 2012, Pkl 09:35 WIB. Di Kediamannya Perum Griya Kencana Permai, Blok D2, N0.13, Sedayu, Yogyakarta.

44 Menurut Raillon yang mengutip dari Harould Crouch, KAMI yang merupakan angkatan 66 mempunyai dukungan proteksi

keamanan yang kuat oleh perwira militer AD seperti Jenderal Dharsono, Kemal Idris, dan Sarwo Edhi sehingga dalam setiap aksi- aksi KAMI selalu aman. op.cit. hlm. 15.

45 Ibid.

46 Ibid.

Kesatuan Aksi Wanita Indonesia ( KAWI ). Didalam KAWI terdapat

banyak aktivis putri yang bergabung. 47

Selama tiga bulan pertama tahun 1966, KAMI mewacanakan urgensi peralihan kekuasaan dari era Soekarno menuju era Soeharto dengan rekam jejak peranan KAMI. 48 Lalu memberikan manifesto bahwa wacana tersebut diakui oleh publik. Dan terakhir memberikan rujukan idealitas tentang penyikapan aksi-aksi yang menjadi standar dalam menyampaikan gagasan-gagasan autentik. Pada titik puncaknya ketika “ Tiga Tuntutan Rakyat “ dilontarkan dengan akronim TRITURA yakni pada tanggal 10 Januari. Tiga tuntutan tersebut berisi pembubaran PKI, pengaturan kembali ( retooling ) kabinet dari unsur PKI, dan turunkan harga-harga kebutuhan

pokok. 49 Dan Rapat Terbuka telah diadakan di Fakultas Kedokteran UI. Kolonel Sarwo Edhi sebagai komandan RPKAD telah datang yang memberikan pengamanan dan ketertiban. Sesudah rapat terbuka, para mahasiswa menuju Sekretariat Negara untuk menyampaikan

47 Wawancara Siti Hadiroh Ahmad, 24 Oktober 2012, Pkl 16:35 WIB. Di Kediamannya Kauman Gondomanan, Kompleks Masjid Besar

Alun-Alun Utara, Yogyakarta.

48 Francois Raillon, op.cit, hlm. 15.

49 Ibid, hlm. 16.

aspirasi Tritura. Namun menteri tidak ada di kantor, dan mahasiswa tidak mau beranjak dari tempat hingga permintaannya terpenuhi. Di kawasan ibukota lain juga terdapat aksi-aksi solidaritas mahasiswa

dengan menduduki lokasi-lokasi strategis. 50

Sewaktu tengah hari, wakil Perdana Menteri III Chairul Saleh menerima permintaan mahasiswa dengan menyatakan Tritura. Pernyataan Tritura disampaikan oleh Cosmas Batubara sebagai

ketua Presidium KAMI Pusat. 51 Tetapi menurut pendapat Chairul Saleh, Tritura tidak benar karena yang mempunyai wewenang adalah presiden dalam menerima aspirasi tersebut.

Memasuki pukul 17.00 unjuk rasa selesai dan mahasiswa menyerukan kepada masyarakat agar membayar tarif bus Rp 200 saja, berbeda dengan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp

1.000. 52 Lalu pada esok hari, para mahasiswa di Jakarta melakukan pemogokan kuliah. Unjuk rasa semakin menyebar dengan rasa solidaritas diikuti para mahasiswa di Bandung. Tembok-tembok

50 Ibid.

51 Ibid.

52 Ibid.

bangunan ibukota dicoret tulisan Tritura sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap pemerintah. Reaksi Syarif Thayeb sebagai menteri PTIP langsung memberikan instruksi supaya mahasiswa masuk kuliah lagi. Instruksi ini langsung dikonfirmasi oleh KAMI

Jakarta. 53

Tanggal 11 Januari 1966 pada hubungan komunikasi KAMI mendapat perselisihan dengan Senat Fakultas Sastra UI. Yakni antara Herman ( KAMI ) dengan Tojib sebagai ketua Senat Fakultas

Sastra. 54 Kemudian Soe Hok Gie berusaha melerai perselisihan tersebut. Perselisihan ini lantaran konsolidasi KAMI yang mencampuri rapat-rapat senat fakultas dengan ancaman solidaritas sesama lembaga mahasiswa.

Pada Rabu pagi tanggal 12 Januari, Gie dikabari Sarlito yang menjabat sekretaris Dewan Mahasiswa UI ( DMUI ). Tentang KAMI yang mengadakan unjuk kekuatan massa menuju DPR Gotong

Royong. 55 Tetapi pihak DMUI belum setuju dengan unjuk rasa tersebut. Gie pun menyarankan untuk tidak terlalu membedakan

53 Ibid.

54 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 169.

55 Ibid. hlm 175.

lembaga mahasiswa yang ekstra maupun intra. Pukul 09.30 unjuk rasa hasil konsolidasi KAMI pun telah berlangsung. Massa yang terdiri dari para mahasiswa berkumpul sekitar 10.000 mahasiswa. Massa meninggalkan Salemba menuju Senayan. Dengan teriakan : Bubarkan PKI, Ganyang Menteri Plintat-Plintut, dan Turunkan Harga

Bensin. 56

Pada tanggal 13 Januari, tuntutan mahasiswa dipenuhi oleh pemerintah daerah Jakarta dengan menurunkan tarif bus menjadi Rp 200. 57 Di lokasi lain terdapat kelompok KAMI Jaya yang melakukan penggalangan massa untuk protes terhadap Departemen Kejaksaan yang menyatakan demonstrasi mahasiswa adalah demontrasi liar. Massa pun berkumpul dan Suwarto wakil dari KAMI Jaya melakukan orasi. Orasi Suwarto berisi anti PKI, anti kenaikan harga kebutuhan pokok, tuntutan pengaturan kembali dari para menteri yang dianggap goblok, Gestapu, dan perilaku yang tidak

punya prinsip dalam ejekan bahasa Jawa disebut plintat-plintut . 58

56 Ibid. hlm. 176.

57 Francois Raillon, op.cit, hlm. 16.

58 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 181.

Pada tanggal 14 Januari, Gafur ketua KAMI UI yang utusan dari HMI. Ia sedang memberikan arahan dan rencana untuk para demonstran dari mahasiswa Sastra dan Psikologi dalam briefing

sebelum aksi dimulai. 59 Dalam briefing tersebut ia mengarahkan bahwa Menteri Surjadi yang berkantor di sebelah stasiun kota menjadi sasaran utama aspirasi mahasiswa. Akan tetapi ia tidak mempedulikan Soe Hok Gie yang mempunyai informasi bahwa orang- orang sewaan Chairul Shaleh akan merobohkan toko-toko milik orang Tionghoa lalu dalam skenarionya massa mahasiswa dianggap tertuduh dan akan tertimpa isu etnisitas. Memasuki siang hari, Cosmas sebagai ketua Presidium KAMI mengarahkan massa mahasiswa menuju pompa bensin yang terletak di Stasiun Kota. Boeli kawan dari Gie meneriaki Cosmas dengan ungkapan “ Cosmas, kau

gila; akan memimpin anak-anak ke sana?”. 60 Cosmas menerima saran tersebut tetapi membelokkan massa menuju Tanjung Priok yang menjadi pusat penyimpanan bensin. Akhirnya, massa mahasiswa menduduki lokasi tersebut.

59 Ibid. hlm. 184.

60 Ibid. hlm. 188.

Pada tanggal 15 Januari, Presiden Soekarno mengundang para perwakilan mahasiswa di Istana Kepresidenan Bogor. 61 Dengan segera mahasiswa memenuhi undangan tersebut. Rombongan massa mahasiswa yang sampai di kota Bogor telah menyanyikan lagu

Padamu Negeri. 62 Namun ketika massa mahasiswa telah tiba di gerbang istana, massa memasuki secara serentak menuju Istana Bogor sehingga pengawal istana terpaksa menembak ke udara sebagai peringatan berhenti terhadap arus barisan mahasiswa.

Melihat kejadian seperti itu, Presiden hanya ingin menerima satu delegasi dari semua pergerakan mahasiswa. 63 Presiden menjelaskan kepada delegasi tersebut tentang krisis ekonomi nasional yang semakin buruk disertakan laporan Komisi Penyelidikan pembunuhan anti-komunis kepada delegasi tersebut. Pada laporan tersebut berisi data orang yang terbunuh antara bulan November- Desember 1965 telah tercatat 78.000 orang. Presiden menyikapi

61 Francois Raillon, op.cit, hlm. 17.

62 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 189.

63 Francois Raillon, op.cit, hlm. 17.

dengan terbuka tentang Tritura tetapi ia tidak setuju dengan cara- cara mahasiswa.

Sepulang dari Kota Bogor, rombongan KAMI yang terdiri Soe Hok Gie, Boeli, Gani, dan Edi Wurjantoro melewati kawasan perkampungan Tionghoa ( Chinatown ) yang terdapat pemaksaan untuk membuka toko milik Tionghoa. Gie pun menyampaikan aspirasi kepada khalayak ramai di kawasan tersebut. Bahwa KAMI menuntut pemerintah untuk tiga hal. Pertama, pembubaran PKI. Kedua, agar peraturan gila yang menaikkan harga kebutuhan pokok dicabut. Ketiga, agar para menteri korup, Gestapu, dan plintat-

plintut diritul dari Kabinet. 64 Gie juga mengklaim bahwa ABRI anak revolusi yang masih bersaudara dengan mahasiswa-mahasiswa. Pada saat itu kawanan mahasiswa ada yang membawa transistor radio dan mendengar pidato Soekarno yang telah mengecam perbuatan mahasiswa yang tidak sopan dengan menganggap menterinya bodoh dan mengatakan rombongan ibu-ibu lewat kata-kata kotor hingga ia menantang kepada mahasiswa bahwa barangsiapa yang mampu menurunkan harga dalam waktu tiga hari maka dia akan diangkat

64 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 191.

menjadi menteri tetapi jika gagal maka akan langsung ditembak. 65 Begitulah tekanan sosial ( social pressure ) 15 Januari yang dilancarkan oleh KAMI kepada pemerintahan Soekarno dan pada akhirnya presiden mampu menurunkan 50 persen harga minyak dan

mencari solusi untuk menurunkan harga barang secara total. 66

Pada keesokan harinya, Zamroni perwakilan PMII yang menjadi anggota KAMI telah terkejut, karena membaca koran yang mengabarkan PB HMI menghadap Presiden Soekarno hingga

memberi peci mahasiswa kepadanya sebagai bentuk penghormatan. 67 PB HMI menghadap kepada Soekarno, ditengah-tengah unjuk rasa KAMI terhadap Soekarno di Bogor atas nama amanat penderitaan

rakyat. 68 Alasan itu membuat Zamroni marah besar terhadap Sulastomo dan Mar’ie Mohammad sebagai pengurus PB HMI.

Pada minggu malam tanggal 16 Januari, Soebandrio telah mengambil inisiatif dari pidato Soekarno yang mengecam aksi mahasiswa. Dalam pidato tersebut akan dibentuk Barisan Soekarno

65 Ibid, hlm. 193.

66 Francois Raillon, op.cit, hlm. 17.

67 Fauzan Alfas, op.cit, hlm. 42.

68 Ibid.

guna perlawanan KAMI ( anti-KAMI ) yang dianggap Neokolonialisme dan imperialisme ( Nekolim ). 69 Soebandrio segera memerintahkan GMNI faksi Ali Surachman ( ASU ) atau Germindo untuk bergerak. 70 Mereka merobek poster-poster KAMI dan menggantinya dengan poster “ Hidup Bung Karno”. Gie mendapat kabar dari temannya yaitu Ripto bahwa akan dicairkan dana sebesar Rp 100 juta rupiah

baru untuk membentuk Barisan Soekarno. 71

KAMI langsung mengadakan rapat lengkap dengan personilnya untuk menanggapi pergerakan tersebut. Dalam rapat KAMI, setiap orang yang ikut rapat boleh menyatakan opini. Ketika itu Hakim Sarimuda dari HMI Fakultas Kedokteran menanggapi tantangan Soekarno dengan menyatakan perjuangan tetap dilanjutkan dengan ungkapan sebagai berikut : “ Kalau kita harus ditembak kita bersedia. Tetapi kita adalah orang yang ketiga. Yang pertama harus

69 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 194.

70 Pada saat itu, sayap pergerakan mahasiswa milik Soekarno yaitu GMNI telah terpecah menjadi dua faksi. Antara GMNI ASU yang

berhaluan kiri dan sayap kanan diwakili Osa Maliki dan Usep Ranuwidjaja. Lihat dalam Soe Hok Gie, ibid. hlm. 199.

71 Ibid, hlm. 195.

ditembak adalah Gestapu, lalu koruptor barulah”. 72 Kondisi rapat menjadi tegang ketika mendapat surat dari Soetomo lewat kurirnya. 73

Dalam surat itu, Sutomo memotivasi kepada para mahasiswa agar menerima tantangan Soekarno yang menjadi “ menteri harga”. Dengan syarat minta tempo dalam setahun daripada dua puluh tahun dengan menteri-menteri yang dianggap goblok. Kemudian Bung Tomo menyatakan bersedia tertembak dengan mahasiswa jika perlu. Surat ini disambut dengan meriah dengan tepuk tangan. Lalu pimpinan rapat KAMI menyimpulkan : perjuangan diteruskan meskipun pimpinan ditangkap dan KAMI menerima tantangan

Soekarno tentang permasalahan menteri-menterinya. 74

Pada Hari Senin berikutnya, massa mahasiswa unjuk rasa depan Departemen Luar Negeri ( Deparlu ) yang dipimpin Soebandrio. Mereka mengkritisi hubungan Indonesia yang terlalu dekat dengan

72 Ibid.

73 Soetomo terkenal dengan panggilan Bung Tomo. Penggerak peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Pernah menjabat Menteri Urusan Bekas Veteran atau menteri sosial ad interim pada masa Kabinet Burhanudin Harahap ( 1955-1956 ). Lihat selengkapnya dalam William Frederick, “ In Memoriam : Sutomo “ SEAP ( Cornell: Cornell University Southeast Asia Program, 1982 ) hlm. 127-128.

74 Ibid. hlm. 196.

Komunis Cina. Hingga massa meneriakkan yel-yel “ Soebandrio Anjing Peking”. 75 Maksudnya anjing karena terlalu patuh dengan Cina dan Peking sebagai kota representatif Cina. Soebandrio pun memberikan respon bahwa demonstran mahasiswa ditunggangi oleh Nekolim. Belum selesai ia menanggapi ejekan tersebut, Ismid menyela sebagai wakil KAMI pusat. Dengan ungkapan : “ Kami sama sekali tidak merasa ditunggangi. Dan kalau memang ada yang

menunggangi kami, maka yang menunggangi adalah rakyat”. 76

Di lokasi Istana Negara, Soekarno memarahi delegasi mahasiswa PMKRI dan HMI selama setengah jam. Soekarno berkata kepada delegasi PMKRI : “ Apakah ini yang diajarkan Yesus kepada kalian ?” langsung berkata kepada delegasi HMI“ Mana HMI ? Apakah

ini ajaran Nabi Muhammad ?”. 77 Kemarahan Soekarno disebabkan membaca coretan ejekan yang tertulis di dinding rumah Hartini yaitu salah satu istri Soekarno yang dianggap Komunis. Coretan itu berisi “

Lonte Agung dan Gerwani Agung”. 78 Kemudian delegasi PMKRI

75 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 196.

76 Ibid, hlm. 197.

77 Ibid, hlm. 198.

78 Ibid.

mengklarifikasi bahwa anak yang mencoret tersebut adalah anggota Pemuda Rakyat yang memakai baret PMKRI. Delegasi tersebut mempersilahkan aparat Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah Djakarta ( Pepelrada ) menyelidiki perbuatan tersebut.

Pada hari selasa selanjutnya, KAMI difitnah oleh para oknum mahasiswa Universitas Bung Karno ( UBK ). Oknum tersebut mengaku bahwa mereka ditelanjangi dan dipukul oleh KAMI. 79 Laporan itu diterima Soekarno hingga ia menyuruh perwira intelijen Urip Widodo untuk menyelidiki. Para personil KAMI pun disuruh membuat laporan atas dakwaan tersebut oleh Urip.

Beberapa anggota KAMI selanjutnya ditahan untuk dimintai keterangan. Interogasi tersebut selama 30 jam. Boeli dan Hakim diinterogasi secara tidak wajar bahkan dipukul oleh Letda Nursjiwan

Adil. 80 Didalam tahanan ini banyak sekali aktivis KAMI dan HMI yang ditahan. Dalam penahanan tersebut mereka kadang-kadang berdiskusi selain tidur. Boeli meskipun seorang Kristen ternyata berpuasa tanpa sahur dan buka. Hal ini menimbulkan simpati bagi Hakim dan kawan-kawan HMI. Dari cerita penahanan ini, Gie

79 Ibid, hlm. 202.

80 Ibid, hlm. 203.

menyimpulkan bahwa betapa meluasnya jaringan HMI masuk dalam struktur massa KAMI yang bergerak lewat jaringan-jaringan bidang

keamanan. 81

Pada tanggal 20 Januari terdapat konflik unjuk rasa antara mahasiswa KAMI dengan mahasiswa Pro Soekarno. Konflik itu disebabkan pidato Soekarno di Jakarta yang menyatakan bahwa mahasiswa dimanipulir oleh kekuatan-kekuatan neo kolonialis dan

imperialis ( Nekolim ). 82 Menurut Soe Hok Gie, rombongan KAMI telah bubar di Salemba karena kecewa mendengar pidato Soekarno berisi PKI tidak bubar, penetapan kabinet, dan harga kebutuhan tetap mahal. Tiba-tiba muncul massa barisan buruh Marhaen dan massa GMNI-ASU dari arah kanan dan kiri. Melihat massa tersebut, rombongan dari KAMI berteriak “ Hidup Bung Karno” dan “ Ganyang Plintat-Plintut”. Akan tetapi, dari massa Pro Soekarno yang berbadan tinggi menyerang rombongan KAMI dengan batu dan tongkat. Dari sini tawuran dan pengepungan terhadap KAMI telah terjadi. Dari pihak GMNI-ASU membalas dengan ejekan “ Ganyang KAMI”, “

81 Ibid.

82 Francois Raillon, op.cit, hlm. 17.

Ganyang Jaket Kuning”, “ KAMI : Kesatuan Aksi Maling Indonesia”,

dan “ KAMI KANAN”. 83

Lalu aparat Cakrabirawa telah tiba namun tidak berbuat apa- apa sehingga aparat Polisi Perintis berusaha melerai seketika. Rombongan KAMI dalam waktu singkat dapat diatur. Gie mendapat kabar dari temannya Sumardji yang kebetulan anggota GMNI-ASU Fakultas Sastra. Bahwa dibalik pertikaian itu yang menyuruh adalah Budi Rahardjo Ketua Komisariat Besar GMNI UI dan Chaidir Rahman Ketua Komisariat GMNI Kedokteran UI beserta orang-orang bayaran

Sobsi. 84 Soe Hok Gie menganggap mereka sebagai oknum PKI karena aktif dalam kegiatan tersebut.

Pada pagi harinya akan diadakan Rapat Umum di Lapangan Banteng tetapi kedua kubu antara KAMI dengan Front ASU telah bersiap untuk berkelahi. Kelompok KAMI membawa massa yang cukup banyak lengkap dengan tongkat besi dan sepatu lars. Dilingkaran Front ASU terdapat pasukan GP Ansor dan PPI Katolik. Aparat melihat tingkah seperti itu langsung membubarkan hingga rombongan KAMI berjalan kaki dari Banteng menuju Salemba.

83 Soe Hok Gie, op.cit, hlm. 204.

84 Ibid, hlm 205.

Sepanjang perjalanan pulang, rombongan KAMI menyindir Presiden

Soekarno supaya tidak marah lagi dengan yel-yel . 85

Konflik itu berbuntut hingga mendekati hari raya Idul Fitri sehingga ditetapkan masa tenang selama 15 hari. 86 Pada tanggal 4 Februari aksi mogok kuliah mulai dilakukan kembali oleh mahasiswa di Jakarta maupun Bandung. 87 Syarif Thayeb pun melakukan instruksi untuk masuk kuliah lagi namun kali tidak ditanggapi oleh mahasiswa.

Pada tanggal 15 Februari, mahasiswa pro Soekarno membentuk “Barisan Soekarno” dengan instruksi Soekarno sendiri. 88 Hal ini bertujuan membalas demonstrasi KAMI. Pada tanggal 21 Februari Presiden Soekarno mengumumkan memecat Jenderal

Nasution dan presiden menolak membubarkan PKI. 89 Sedangkan Soebandrio diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri I yang bertugas untuk masalah luar negeri. KAMI melontarkan kritik terhadap

85 Ibid, hlm 207. Lampiran.

86 Francois Raillon, op.cit, hlm. 17.

87 Ibid, hlm. 17.

88 Ibid.

89 Ibid.

keputusan Soekarno tersebut hingga menuduh beberapa jajaran menteri menjadi simpatisan PKI.

Pada tanggal 24 Februari, KAMI dan KAPPI bersama-sama menghalangi pelantikan Kabinet baru. 90 Pelajar-pelajar sekolah menengah melakukan aksi pengempesan ban-ban mobil maka perjalanan ke istana menjadi lambat dan terjadi kemacetan lalu lintas secara keseluruhan. Namun para jajaran menteri mampu tiba di Istana dengan bantuan helikopter. Barisan mahasiswa merangsek masuk ke Istana tetapi dihalangi oleh pasukan khusus pengawal presiden. Yakni pasukan Cakrabirawa, salah satu anggotanya

menembak salah satu barisan mahasiswa. 91 Mahasiswa yang tertembak bernama Arief Rachman Hakim dan ia menjadi simbol dedikasi amanat penderitaan rakyat ( Ampera ) bagi angkatan 66.

Pada tanggal 25 Februari Soekarno mengeluarkan instruksi untuk melarang kegiatan apapun terhadap KAMI. 92 Dilarang mengadakan pertemuan lebih dari 5 orang. Lalu ditetapkan jam malam di Jakarta. Pada hari-hari selanjutnya terjadi pertengkaran

90 Ibid, hlm. 18.

91 Ibid.

92 Ibid.

antara anggota KAMI dengan Front Marhaenis ( Pro Soekarno ). Kemudian Universitas Indonesia ( UI ) menjadi markas pertahanan

KAMI dibawah pengamanan oleh militer AD. 93 Meskipun UI ditutup, mahasiswa tetap menetap disana. Kelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung ( ITB ) juga memberikan bantuan kepada KAMI. Berupa alat pemancar radio amatir untuk melawan sosialisasi pemerintah yang didengungkan oleh Radio Republik Indonesia( RRI

Pada tanggal 4 Maret, KAMI mulai agresif dengan membentuk organisasi paramiliter bernama Resimen Arief Rachman Hakim. 95 Pembentukan paramiliter tersebut dengan mengumpulkan tiga ribu orang anggota dan melakukan apel di UI. Pada hari berikutnya terdapat barisan mahasiswa yang pawai menuju rumah dinas Waperdam I. Mereka membawa boneka karikatur Soebandrio dengan pekikan “ Anjing Peking”. Pekikan tersebut dimaksudkan untuk

93 Ibid.

94 Ibid.

95 Ibid.

memutus relasi politik dengan Peking sebagai representasi ibukota

Republik Rakyat Cina yang berhaluan Komunis. 96

Pada tanggal 10 Maret, KAMI mengadakan serangan serentak menuju Kedutaan Besar RRC. 97 Pada saat bersamaan, Presiden mengadakan rapat bersama pimpinan partai politik. Dalam rapat tersebut, Presiden mendesak kepada pimpinan parpol supaya menandatangani sebuah statement untuk mengutuk aksi mahasiswa

dan pemuda. 98 Di pihak lain, militer AD berdiam dan mengamati kejadian-kejadian tersebut hingga merencanakan akan bergerak keesokan hari. Tanggal 11 Maret merupakan puncak dari kekecewaan yang selama ini dipendam. Presiden dan mahasiswa KAMI bertemu dalam dua kubu secara langsung. Pergerakan mahasiswa pada hari itu, mengadakan berbagai aksi. Dari mencegah rapat jajaran kabinet hingga memblokir jalan dengan mengempesi

ban-ban mobil. 99 Pada kesempatan kedua kali para menteri terbang menggunakan helikopter lagi.

96 Ibid.

97 Francois Raillon, op.cit, hlm. 18.

98 Ibid. hlm. 19.

99 Ibid.

Presiden Soekarno bersama menteri-menterinya menuju Istana Bogor. Karena mendapat kabar bahwa enam batalyon Siliwangi berada di Jakarta. 100 Ketika itu ia menyampaikan dihadapan menteri- menterinya bahwa untuk selalu memberi dukungan kepadanya atau mundur saja dari jabatan menteri. Lalu tiga perwira teras tinggi militer dikirim oleh Soeharto untuk berunding kepada Soekarno. 101 Para perwakilan perwira ini ditugaskan untuk memantapkan keyakinan kepada presiden Soeharto, supaya Jenderal Soeharto diberikan instruksi resmi dari presiden demi mengembalikan stabilitas keamanan daripada memakan korban yang dianggap merugikan bagi situasi ketahanan nasional. 102 Setelah berunding beberapa jam, Soekarno menyetujui dan memberikan tandatangan secarik Surat Perintah yang memberikan kewenangan kepada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah pengamanan, ketertiban Negara, dan privatisasi keamanan presiden. 103

103 Ibid. Untuk spesifikasi kausalitas Gestapu dan Supersemar yang lebih luas, dapat dilihat selengkapnya dalam referensi. Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno : Ideology And Politics, 1959-1965 (Singapore: Equinox Publishing,2006). Bennedict

Surat tersebut terkenal dengan akronim Supersemar. Menandakan golongan Komunis menjadi sasaran utama operasi khusus institusi militer yang telah dipimpin Soeharto. Semua ini diakibatkan metodologi Komunis yang ekstrim terhadap golongan yang berbeda pandangan maupun aspirasi. 104 Pada tanggal 12 Maret, PKI telah dilarang secara resmi. 105 Lalu tanggal 18 Maret, lima belas menteri pendukung utama Soekarno termasuk Soebandrio dan Chairul Saleh ditangkap. 106 Dua dari isi Tritura telah dicapai, KAMI sebagai salah satu simbol angkatan 66 telah menunjukkan kekuatan penggalangan mahasiswa dalam membawa era Orde Baru.

Sementara itu, di Yogyakarta Barisan Pro Soekarno menangkap para anggota HMI Rayon Jetis karena perdebatan status quo jabatan Presiden Soekarno. Pada saat itu ketua HMI Rayon Jetis adalah

Anderson & Ruth McVey, A Preliminary Analysis of The October 1, 1965 Coup in Indonesia (Singapore: Equinox Publishing,1971)

104 Rekam jejak pergerakan Komunis di Indonesia dapat dilihat. Aminuddin Kasdi, Kaum Merah Menjarah : Aksi Sepihak PKI/BTI di Jawa Timur ( 1960-1965 ) ( Yogyakarta: Jendela,2001) dan Bennedict Anderson & Ruth McVey, A Preliminary Analysis of The October 1, 1965 Coup in Indonesia (Singapore: Equinox Publishing,1971)

105 Francois Raillon, op.cit, hlm. 19.

106 Ibid.

Djohan Effendi dan ketua HMI Cabang Yogyakarta adalah Tawangalun. Tawangalun mengadakan rapat perencanaan persepsi atau briefing sehubungan dengan tibanya konvoi KAMI dari Jawa Tengah yang akan istirahat di Yogyakarta. Lalu Djohan memanfaatkan celah kedatangan rombongan KAMI ini dengan menyuruh anggota-anggotanya untuk mencopoti bendera-bendera PNI di pinggir jalan pada malam hari. 107 Kontan keesokan harinya situasi kampung Jetis menjadi mencekam. Kemudian rombongan konvoi KAMI tiba dari arah Jalan Magelang menuju ke selatan. Pada saat itulah terjadi bentrokan antara KAMI dengan Barisan Pro Soekarno di Yogyakarta, hingga kedua belah pihak berdamai dan menyepakati untuk tidak melakukan aksi kekerasan lagi. Sejak saat itu anggota-anggota HMI Jetis merasa aman dan mendekatkan dengan lingkungan warga Jetis. Pendekatan tersebut dilakukan hingga HMI Rayon Jetis telah mengadakan panggung terbuka dengan kesenian tradisional Jawa. 108

KAMI mempunyai salah satu sarana kekuatan penting yaitu jurnalistik mahasiswa atau pers mahasiswa dalam rangka sosialisasi

107 Ahmad Gaus, Sang Pelintas Batas : Biografi Djohan Effendi ( Jakarta: Kompas-ICRP, 2009 ) hlm. 70.

108 Ibid.

wacana kepada publik. Dengan peranan KAPPI yang menyentuh akar masyarakat dan bantuan Pers Media. KAMI mampu mendapatkan dukungan publik secara nasional. Pada masa itu, keberadaan pers atau media massa nasional sangat bergantung pada afiliasi golongan kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan media massa sebagai alat untuk mempengaruhi masyarakat sehingga media massa tidak bebas nilai. Seperti contoh : Surat Kabar Merdeka milik B.M. Diah yakni simpatisan Badan Pendukung Sukarnoisme ( BPS ). Kemudian seperti : Sinar Harapan ( Protestan ), Kompas ( Katolik ), dan Duta Masyarakat ( NU ). Pada tahun 1968 telah menyusul seperti : Abadi ( Masyumi ), Pedoman milik Rosihan Anwar ( PSI ), dan Indonesia Raya milik perseorangan Mochtar Lubis yang dianggap independen. 109 Kalangan militer juga menerbitkan Koran militer bernama Angkatan Darat. Lalu disusul para aktivis 66 juga menyusul menerbitkan koran bernama Angkatan 66.

Pada lingkup organisasi mahasiswa ada tiga yang berhasil menerbitkan yakni Harian KAMI yang dipimpin Nono Anwar Makarim. Lalu Angkatan Baru yang diterbitkan oleh HMI. Tahun 1966 Angkatan Baru dianggap sering mewacanakan sosialisasi anti-

109 Francois Raillon, op.cit, hlm. 20.

Soekarno. 110 Dan yang terakhir adalah Mahasiswa Indonesia ( MI ) edisi Jawa Barat. MI didirikan oleh anggota KAMI Bandung antara lain Ryandi, Awan Karmawan, dan Rahman Tolleng yang mempunyai nama samaran Iwan Ramelan.

Demikian dinamika perjalanan KAMI yang menjadi institusi bagi angkatan 66. Tentu saja karena didukung kekuatan militer, akademisi, dan pimpinan ormas maupun parpol. Menurut Peter Hagul, keberhasilan angkatan 66 dalam menumbangkan rezim menjadi contoh yang ideal bahkan mitos bagi generasi atau angkatan mahasiswa selanjutnya. Dengan demikian kondisi atau konsep yang tidak sesuai dengan gerakan angkatan 66 dianggap pasif. Pola-pola aksi gerakan KAMI masih ditiru oleh generasi gerakan mahasiswa berikutnya hingga di penghujung tahun 1969. 111

110 Ibid. hlm .21.

111 Peter Hagul, “Organisasi Mahasiswa Extra-universiter: Suatu Barang Mewah ?- Tanpa Pimpinan Yang Cakap,’Harakiri’ Mungkin Lebih Baik ” dalam Harian Kompas, 1 Nopember 1973, hlm. 4-5.