Pergesekan Kekuatan Islam Dengan Kekuatan Komunis

B. Pergesekan Kekuatan Islam Dengan Kekuatan Komunis

Pada era 1965 kaum Islam santri terutama yang modernis bergesekan kencang dengan kaum Komunis baik secara ideologis maupun metodologi mempengaruhi masyarakat. Kekuatan Masyumi sebagai representasi aspirasi golongan Islam modernis selalu berseberangan dengan PKI yang tentu menjadi representasi aspirasi golongan Komunis. Tentu saja ini menurun terhadap HMI yang menjadi pusat mahasiswa Islam modernis berkumpul saat itu. Begitu juga di pihak PKI terdapat sayap mahasiswa yaitu Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia ( CGMI ). Yogyakarta menjadi kota gesekan antara HMI dengan CGMI.

HMI menjadi sasaran utama bagi sosialiasi CGMI dengan jargon “ Bubarkan HMI” dan “ HMI Kontra Revolusioner”. 27 Dengan begitu telah bermunculan solidaritas pendukung HMI sejak 1963 dengan Generasi Muda Islam ( Gemuis ) di Yogyakarta yang diketuai

27 Ketika itu wacana “ Revolusioner” menjadi standar penilaian gerakan terhadap kepatuhan NKRI, lihat dalam, Fauzan Alfas, op.cit ( Jakarta: PB-PMII,2004), hlm. 42.

Wahsun dari GP Ansor dan wakilnya Rosyad Sholeh dari Pemuda Muhammadiyah. 28 Kemudian di Jakarta menyusul peresmian Gemuis pada tanggal 19-26 Desember atas inisiatif GP Ansor dan PMII. Lalu puncak dukungan Gemuis Jakarta Raya pada tanggal 13 September 1965 dengan slogan “ Langkahi Dulu Mayatku Sebelum Ganyang HMI” dipimpin presidium Gemuis Lukman Harun. Bahkan Fahmi Idris anggota HMI di UI terpaksa memukul orator “ Ganyang

HMI” sampai jatuh kebawah podium. 29

Mendengar tuntutan Gemuis tersebut Soekarno meminta pendapat dari perwakilan Muhammadiyah dan PNU. Akan tetapi, lingkaran asisten Presiden Soekarno menganggap HMI selalu reaksioner dan anti-kritik. Soekarno meminta pendapat dari K.H. Badawi dari perwakilan Muhammadiyah dan Subhan Z.E. dari NU. Kedua perwakilan tersebut mengharap Presiden tidak membubarkan

HMI. 30 Lalu di kemudian hari, Mahbub Junaidi yaitu senior dari PMII

28 Wawancara Rosyad Sholeh, 9 Oktober 2012, Pkl 10:00 WIB. Di Kantor Badan Pembina Harian ( BPH ), Rektorat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Barat Ringroad Tamantirto Kasihan Bantul.

29 Sulastomo, Hari-Hari Yang Panjang Transisi Orde Lama Ke Orde Baru : Sebuah Memoar ( Jakarta: Kompas, 2008 ) hlm. 63.

30 Farid Fathoni, Kelahiran Yang Dipersoalkan : Dua Puluh Enam Tahun IMM 1964-1990 ( Surabaya: Bina Ilmu,1990), hlm. 111.

ditemui Dahlan Ranuwihardjo sebagai senior HMI dan Mar’ie Mohammad sebagai pengurus PB HMI, kedua orang ini meminta Mahbub sebagai perantara pesan kepada Soekarno bahwa HMI jangan dibubarkan. Mahbub menyampaikan pesan dan lobi tersebut kepada Soekarno didampingi K.H. Syaifudin Zuhri sebagai menteri agama. Dengan begitu K.H. Syaifudin Zuhri juga memberikan nasehat dan gertakan terhadap Soekarno supaya HMI tidak dibubarkan. Maka pada tanggal 15 September 1965 HMI tidak dibubarkan dengan surat keputusan Komando Tertinggi Aparatur

Revolusi ( Kotrar ). 31

Pada tanggal 29 September 1965 dalam Ulang Tahun PKI di Senayan Dipa Nusantara Aidit sebagai ketua umum PKI telah menyatakan : “ Jika tidak dapat membubarkan HMI maka saya akan pakai sarung”. Sulastomo melihat tuntutan Aidit itu dari jalan Manila

50 di Kompleks Senayan yaitu tempat tinggalnya. 32

31 Sulastomo, loc.cit.

32 Ibid, hlm. 66-67. Tuntutan Aidit yang terkenal dengan memakai sarung itu begitu melekat dalam memori kolektif mantan aktivis HMI ketika telah diwawancarai seperti : Amien Rais, Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, dan Said Tuhuleley. Perihal ini menurut Nordholt bahwa pernyataan Aidit berusaha melakukan diferensiasi dan kategorisasi antara Kaum Komunis dengan Kaum Islam yang identik dengan pengenakan sarung sebagai busana ibadah. Lihat

Sepanjang tahun 1965 hingga 1966 antara CGMI dengan HMI saling melakukan unjuk kekuatan ( show of force ) dengan pawai drumband. Gaya kekuatan musik barisan drumband ini mampu mempengaruhi masyarakat dan menunjukkan seberapa banyak pengikutnya. HMI dan PKI mempunyai drumband yang cukup bagus. Sedangkan CGMI mempunyai teater drama untuk pengerahan massa

melalui opini utama “ Bubarkan HMI”. 33