Perkembangan Pasar Keuangan Global
1.3 Perkembangan Pasar Keuangan Global
Dengan kondisi inlasi yang relatif terkendali, mayoritas negara-negara emerging market mengalihkan fokus kebijakannya pada upaya menahan pelemahan ekonomi dengan pelonggaran
Graik 1.14
Perkembangan Indeks Harga Saham Global
kebijakan moneter dan kebijakan stimulus iskal. Pasar keuangan global menunjukkan pemulihan sepanjang tahun 2012 yang ditunjukkan oleh kembali meningkatnya harga aset keuangan. Sebagian besar negara baik negara-negara maju maupun negara- negara emerging market, mengalami kenaikan harga saham dan obligasi (Graik 1.12, 1.13, dan 1.14). Namun, dalam perkembangannya kenaikan harga aset keuangan tersebut tidak terjadi secara terus menerus sepanjang tahun. Dalam beberapa periode, terutama di triwulan II 2012, harga aset keuangan sempat mengalami koreksi tajam, sejalan dengan
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
Graik 1.15
Neraca Bank Sentral: Total Aset
Meskipun risiko pasar keuangan global masih tinggi, perkembangan harga aset sepanjang tahun relatif lebih stabil yang tercermin pada turunnya volatilitas harga.
Peningkatan kinerja pasar keuangan global terutama didukung oleh pertumbuhan harga aset di negara- negara berkembang. Kinerja positif pasar keuangan negara-negara berkembang sejalan dengan fundamental ekonomi yang lebih solid. Sementara itu, pertumbuhan harga aset keuangan yang tinggi di negara-negara maju di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih rentan, ditopang oleh besarnya likuiditas terkait berbagai kebijakan quantitative easing bank sentral di negara-negara maju. Kebijakan quantitative easing tersebut selain meredakan
yang menyerap sekitar 72% aliran masuk modal ke tekanan likuiditas juga meningkatkan kepercayaan
kawasan Asia (Graik 1.16).
pelaku pasar dan investor serta menurunkan tingkat risiko. Kondisi tersebut mendorong pembelian aset-
Berdasarkan jenis investasi, aliran masuk modal dalam aset keuangan, termasuk aset yang lebih berisiko
bentuk FDI merupakan yang paling dominan, yaitu seperti saham. Bahkan, besarnya likuiditas yang
mencapai 513 miliar dolar AS atau 50% dari total dikeluarkan bank sentral di negara-negara maju –
aliran masuk modal ke negara emerging market. tercermin pada ekspansi neraca masing-masing
Aliran masuk modal dalam bentuk pinjaman oleh bank sentral – juga mengalir ke pasar keuangan
nonbank juga cukup dominan, diikuti oleh aliran negara berkembang. Pada tahun 2012, aset the Fed
pinjaman bank dan aliran investasi portofolio. meningkat sekitar 42%, aset ECB meningkat 10,9%,
Meskipun aliran investasi portofolio (secara neto) sementara aset BOJ meningkat 9,3% (Graik1.15).
relatif kecil, aliran modal tersebut bersifat jangka
Di satu sisi kebijakan QE menjadi faktor pendorong yang signiikan bagi aliran modal ke negara-negara
Graik 1.16 Graik 1.15
Aliran Modal ke Emerging Market
emerging market. Di sisi lain, suku bunga di negara- negara emerging market yang relatif tinggi dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan iklim investasi yang kondusif menjadi faktor penarik bagi aliran modal global untuk masuk dan diinvestasikan ke negara-negara emerging market. Aliran masuk modal ke negara-negara emerging market sepanjang tahun 2012 mencapai sekitar 1.026 miliar dolar AS, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebagian besar aliran modal tersebut, sekitar 49% dari total aliran modal yang masuk ke negara-negara emerging market, mengalir ke negara-negara emerging market di kawasan Asia, terutama China
16 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1 16 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
Graik 1.17
Volatilitas Pasar Keuangan
memengaruhi perkembangan pasar keuangan.
Meskipun secara umum pasar keuangan menunjukkan tren peningkatan sepanjang tahun 2012, pasar keuangan global sempat mengalami tekanan baik di semester pertama maupun kedua. Volatilitas dan dinamika di pasar keuangan tersebut tidak terlepas dari dinamika krisis di negara-negara maju dan perubahan sentimen atas prospek perekonomian global sepanjang tahun 2012 (Graik 1.17).
Melanjutkan tren positif di akhir tahun 2011, harga aset di pasar keuangan global pada triwulan I 2012 mengalami kenaikan. Keberhasilan program debt
Graik 1.18
Perkembangan Indeks Harga Saham Asia
swap yang dilakukan Yunani dapat meredakan ketidakpastian dan sentimen negatif di pasar keuangan. Program debt swap tersebut melibatkan sektor swasta (private sector involvement-PSI) dan berhasil memotong utang Yunani sekitar 50%. Selain itu, peluncuran program Long Term Reinancing Operation (LTRO) kedua dari ECB di akhir Februari 2012 juga menekan perilaku risk aversion investor global. Hal tersebut menjadikan bursa saham global, termasuk bursa saham negara-negara Asia, semakin bergairah (bullish) (Graik 1.18). Selain itu, kinerja ekonomi AS yang positif dan membaiknya ekspor negara-negara emerging market Asia juga menjadi penopang peningkatan kinerja pasar keuangan global pada triwulan I 2012.
Graik 1.19
Perkembangan CDS Komposit
Perkembangan di bursa saham global tidak terlepas dari pergerakan indikator risiko di pasar keuangan global. Penurunan tingkat risiko dan membaiknya risk appetite investor global terindikasi pada tren penurunan credit default swap (CDS) dan volatilitas harga di pasar keuangan global (Graik 1.19). Perkembangan serupa juga terjadi di pasar obligasi yang tercermin dari pergerakan imbal hasil baik obligasi negara-negara emerging market maupun obligasi negara-negara maju, termasuk negara- negara yang terkena krisis utang (Graik 1.20). Selain itu, tingkat likuiditas pasar keuangan global juga
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
Graik 1.20 Imbal Hasil Obligasi Negara PIGS
Graik 1.22
Suku Bunga Tertinggi - Terendah Bank Eropa
membaik yang diindikasikan oleh penurunan selisih triwulan I 2012. Sejalan dengan derasnya aliran modal suku bunga LIBOR terhadap overnight index swap
masuk tersebut, nilai tukar negara-negara emerging (OIS), meski demikian, selisih suku bunga tertinggi
market Asia secara umum cenderung menguat dan terendah dari 16 bank Eropa, sebagai gambaran
terhadap dolar AS (Graik 1.23).
counterparty risk’, mengalami peningkatan (Graik
1.21 dan 1.22). Pasar keuangan global kembali melemah pada triwulan II sebelum membaik pada triwulan III 2012.
Solidnya pasar keuangan global dan meningkatnya Eskalasi krisis Eropa yang diwarnai oleh meningkatnya toleransi terhadap tingkat risiko mendorong investor
suhu politik terkait wacana keluarnya Yunani dari membeli aset-aset keuangan negara-negara
penggunaan mata uang euro “Grexit”, memburuknya emerging market. Bursa saham di negara-negara
kinerja ekonomi Eropa, indikasi pelemahan emerging market Asia mencatat net foreign buy pada
aktivitas ekonomi AS dan China, serta kehawatiran
Graik 1.21 Selisih Libor - OIS 3 Bulan
Graik 1.23
Aliran Modal Asing ke Emerging Market Asia
18 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1 18 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
data-data ekonomi AS yang menjadi kunci pemulihan selama triwulan II 2012. Akibatnya, risk aversion
ekonomi, seperti data ketenagakerjaan dan yang meningkat tersebut memicu terjadinya light
perumahan, juga menunjukkan terus berlanjutnya to quality, yaitu investor global melepas aset-aset
pemulihan dan mendukung kenaikan konsumsi berisiko tinggi, termasuk aset-aset negara emerging
masyarakat. Data ekonomi tersebut menopang market dan menempatkannya pada aset-aset yang
membaiknya kinerja pasar keuangan AS. lebih aman (safe haven). Hal ini menyebabkan pelemahan mata uang negara-negara emerging market terhadap dolar AS. Meskipun demikian, sejumlah langkah responsif dari otoritas di Eropa, AS,
1.4 Perkembangan Harga
Komoditas Global
Jepang dan China pada akhirnya mampu kembali
menopang penguatan pasar keuangan global selama triwulan III 2012.
Perkembangan aktivitas ekonomi dan perdagangan Setelah sempat tertekan sentimen negatif akibat isu
merupakan faktor penentu utama pergerakan iscal clif di AS, meningkatnya tekanan krisis Eropa
harga di pasar komoditas dunia. Dalam situasi terkait pencairan dana bailout Yunani dan prospek
perekonomian yang dibayangi perlambatan ekonomi Spanyol pada awal triwulan IV 2012,
pertumbuhan sebagaimana tahun 2012, harga pasar keuangan global akhirnya kembali pada tren
komoditas juga sangat dipengaruhi oleh prospek peningkatan di akhir triwulan IV 2012. Bursa saham
indikator ekonomi makro dan sentimen pasar. Bahkan global kembali meningkat sejak November 2012
pengaruh sentimen pasar, terutama sentimen negatif, setelah berbagai ketidakpastian di atas menemukan
dapat lebih dominan pengaruhnya dibandingkan titik terang. Yunani menempuh program austerity
dengan perkembangan fundamental dari komoditas yang lebih keras dan reformasi pasar tenaga kerja
yang diperdagangkan. Dengan kecenderungan guna memenuhi persyaratan pencairan dana bantuan
seperti itu, pergerakan harga komoditas sering kali sebesar 34,4 miliar euro yang sempat tertunda.
sejalan dengan luktuasi harga di bursa saham. Selain Sementara itu, kebijakan OMT dari ECB telah berhasil
itu, terdapat indikasi bahwa perilaku perdagangan mengembalikan keyakinan investor sehingga imbal
yang bersifat spekulatif, sebagaimana disinyalir juga hasil obligasi pemerintah Yunani, Spanyol dan Italia
terjadi di pasar komoditas, dapat memengaruhi turun secara signiikan selama bulan November 2012.
pergerakan harga komoditas.
Meskipun penyelesaian untuk masalah yang bersifat lebih fundamental memerlukan komitmen politik
Perkembangan Harga Minyak
dan ekonomi yang lebih luas, pembentukan Single Supervisory Mechanism (SSM) untuk perbankan Eropa Perkembangan harga minyak selama tahun 2012
merupakan satu langkah awal yang sangat positif. dipengaruhi oleh pergerakan aktivitas perekonomian global, dinamika interaksi antara permintaan dan
Di AS, bursa saham juga mengalami rebound pasokan serta sentimen geopolitik di Timur Tengah. pada November 2012, setelah mengalami tekanan
Harga minyak tahun 2012 secara rata-rata tumbuh sentimen negatif dari isu jurang iskal pascapemilu
sebesar 1,4% (Graik 1.24) 5 . Tren peningkatan harga AS. Hal ini terjadi setelah adanya tanda-tanda
pada akhir tahun 2011 berlanjut hingga triwulan awal tercapainya kompromi yang mengarah pada
pertama 2012. Harga minyak cenderung meningkat
5 Angka rata-rata UK Brent, Dubai dan WTI
19
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
20 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1
Graik 1.24 Harga Minyak Dunia Graik 1.25 Permintaan dan Penawaran Minyak Dunia
dan mencapai sekitar 118 dolar AS pada Maret 2012. Harga minyak sempat terkoreksi dan mengalami penurunan pada triwulan II 2012, namun kembali meningkat pada triwulan III 2012 yang disertai dengan volatilitas yang juga meningkat. Pada triwulan IV 2012, tekanan kenaikan harga minyak kembali mereda.
Kenaikan harga minyak pada triwulan I 2012 dipicu oleh memburuknya sentimen geopolitik Iran. Di sisi lain, produksi dan pasokan minyak dari Suriah, Yaman dan Sudan Selatan juga menurun disebabkan oleh konlik internal di negara-negara tersebut sehingga menambah kekhawatiran terjadinya gangguan pasokan minyak di pasar dunia. Sementara itu, perbaikan indikator ekonomi makro AS dan masih solidnya konsumsi di kawasan Asia, di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih tinggi, juga menjadi faktor pendorong meningkatnya permintaan minyak yang selanjutnya mendorong kenaikan harga minyak (Graik 1.25).
Meredanya tekanan konlik geopolitik di Timur Tengah, kembali memburuknya prospek ekonomi dunia, serta meningkatnya sentimen negatif di pasar keuangan terkait eskalasi krisis Eropa, mendorong penurunan harga minyak. Faktor lain
yang mendorong penurunan harga minyak tersebut yaitu meningkatnya pasokan minyak dari negara- negara OPEC, terutama Arab Saudi yang produksinya meningkat tajam dan menyentuh rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir (mencapai sekitar 10 juta barel per hari). Peningkatan produksi minyak juga terjadi di Libya dan Irak. Hal tersebut menjadikan produksi OPEC sebesar 1,9 juta barel per hari lebih tinggi dari total kuota sebesar 30 juta barel per hari (Graik 1.26). Selain itu, kenaikan produksi juga terjadi di negara-negara non-OPEC, yaitu sekitar 1 juta barel per hari, seperti AS, Canada dan Meksiko. Kenaikan produksi tersebut dapat menutup penurunan produksi di Suriah, Sudan Selatan dan Yaman, sehingga secara keseluruhan (neto) terjadi kenaikan produksi nonOPEC sebesar 0.4 juta barel per hari. Berlimpahnya pasokan minyak tersebut mendorong kenaikan inventori di negara-negara OECD, China dan Arab Saudi.
Permintaan minyak dunia pada triwulan II 2012 meningkat 1,2 juta barel per hari, terutama terkait permintaan dari Asia (China, Jepang dan India) dan Timur Tengah. Sementara itu, permintaan negara maju menurun dibanding dengan triwulan
IV 2011. Kenaikan permintaan China terkait dengan
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 1 21
peningkatan cadangan strategis, kenaikan penjualan mobil, serta untuk kebutuhan industri petrokimia. Adapun kenaikan permintaan minyak India ditujukan untuk memenuhi kebutuhan untuk energi listrik. Sementara itu, kenaikan permintaan minyak Jepang terutama terkait dengan kebutuhan pembangkit listrik menggantikan nuklir. Di sisi lain, negara OECD selain Jepang mengalami penurunan permintaan minyak oleh karena berkurangnya intensitas penggunaan minyak sejalan melemahnya aktivitas ekonomi. Kombinasi melimpahnya pasokan dan prospek melemahnya permintaan global tersebut mendorong penurunan harga minyak lebih dalam sepanjang triwulan II 2012.
Memasuki triwulan III, harga minyak dunia meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak tersebut terkait turunnya produksi minyak negara-negara non-OPEC sebesar 1 juta barel per hari. Di sisi lain, permintaan minyak justru meningkat terkait dengan driving season di AS, dan berbagai kebijakan stimulus di negara maju dan China. Tekanan geopolitik di Timur Tengah yang meningkat (konlik Iran-Israel dan pengenaan sanksi larangan ekspor minyak terhadap Iran) juga turut berperan memicu kenaikan harga minyak global. Dari
sisi pasar keuangan, berlimpahnya likuiditas global akibat berbagai kebijakan quantitative easing juga ditengarai mendorong kenaikan transaksi spekulatif (non-commercial contract) yang pada gilirannya mengakibatkan kenaikan harga minyak (Graik 1.27).
Dinamika harga minyak dunia pada triwulan IV 2012 ditandai dengan berakhirnya ‘driving season’ dan musim dingin di belahan utara bumi yang belum mencapai puncak sehingga permintaan minyak cenderung menurun. Selain itu, aktivitas perekonomian yang menurun juga menjadikan permintaan minyak relatif moderat. Permintaan minyak yang menurun di tengah pasokan yang meningkat berdampak pada penurunan harga minyak. Sementara itu, meski ketegangan konlik timur tengah masih belum sepenuhnya reda, namun secara umum tidak memberikan tekanan bagi kenaikan harga minyak.