1 Perkembangan Keseimbangan Primer Pemerintah
Boks 7.1 Perkembangan Keseimbangan Primer Pemerintah
Sejak tahun 2001 struktur APBN beralih dari (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. Format T-account, yang menggunakan prinsip anggaran
tersebut menekankan hasil akhir berupa surplus berimbang dinamis, menjadi I-account sesuai
atau defisit anggaran yang di dalamnya mencakup Government Financial Statistics Manual (GFSM) yang
keseimbangan primer.
dikeluarkan oleh IMF pada tahun 2001 1 . Perubahan
ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan Keseimbangan primer merupakan selisih antara transparansi, mempermudah analisis APBN, dan
pendapatan negara dan hibah dengan belanja mempermudah komparasi anggaran dengan
selain pembayaran bunga utang. Keseimbangan negara lain. Sebelumnya, prinsip yang digunakan
primer menunjukkan kemampuan Pemerintah dalam APBN adalah anggaran berimbang dinamis
dalam membayar belanja dari kebijakan dalam dengan jumlah penerimaan negara selalu sama
tahun anggaran yang sama. Keseimbangan primer dengan pengeluaran negara karena sisi pengeluaran
menghitung nilai bersih aliran uang Pemerintah memasukkan juga unsur pembiayaan anggaran.
dengan mengeluarkan unsur pembayaran bunga Format dan struktur I-account yang berlaku saat
utang yang besarnya tergantung dari posisi ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah,
utang, yang merupakan kebijakan dalam tahun- tahun anggaran sebelumnya. Defisit primer menggambarkan bahwa untuk memenuhi pembayaran bunga utang, Pemerintah harus
1 Tahun 2000 adalah tahun peralihan struktur dan periodisasi tahun anggaran dari Maret s.d. April menjadi
mengeluarkan utang baru atau menggunakan Saldo Januari sampai dengan Desember.
Anggaran Lebih (SAL).
Diagram 1 Keseimbangan Primer
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 7 137
Keseimbangan primer yang negatif atau
Graik 1 Perkembangan Deisit dan
mengalami defisit akan diikuti oleh defisit total
Keseimbangan Primer
(Diagram 1). Selama Pemerintah menggunakan I-account sejak tahun 2001, operasi keuangan pemerintah untuk pertama kalinya mengalami defisit primer pada tahun 2012. Sejak tahun 2009, Pemerintah dalam APBN selalu menganggarkan keseimbangan primer yang defisit, meskipun sampai dengan tahun 2011 realisasinya masih menunjukkan surplus keseimbangan primer, di tengah total anggaran yang mencatat defisit (Diagram 1.5). Pada tahun 2012, realisasi anggaran pemerintah
Graik 2
Perkembangan Keseimbangan Primer
beralih dari surplus primer menjadi
dan Subsidi BBM
defisit primer.
Berdasarkan data historis, realisasi defisit keuangan pemerintah cenderung berada di bawah target. Realisasi defisit keuangan pemerintah tahun 2012 kembali berada di bawah target APBN-P, meskipun untuk pertama kalinya keseimbangan primer mencatat defisit. Terjadinya defisit keseimbangan primer tersebut merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Di satu sisi, pendapatan negara pada tahun 2012 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
Meskipun keseimbangan primer mengalami target APBN-P. Hal tersebut diakibatkan oleh
defisit, rasio utang pemerintah terhadap PDB perlambatan ekonomi global yang berdampak
pada tahun 2012 masih terus menurun. Rasio pada lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi
utang pemerintah terhadap PDB tercatat nasional dibandingkan dengan asumsi
sebesar 23,3%, turun dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada APBN-P 2012. Di
tahun sebelumnya. Penurunan rasio ini sisi lain, belanja negara untuk subsidi BBM yang
menunjukkan peningkatan kapasitas ekonomi terus mengalami peningkatan menyebabkan
yang masih lebih besar dibandingkan dengan realisasi subsidi jauh melampaui pagu subsidi
peningkatan utang pemerintah sehingga dalam APBN-P 2012, meskipun total realisasi
memberikan gambaran mengenai tingkat belanja masih lebih rendah dibandingkan pagu
kesinambungan fiskal yang masih tetap terjaga belanja pada APBN-P 2012 (Grafik 1 dan 2).
(Grafik 7.13). Apabila dibandingkan dengan beberapa negara-negara emerging market,
138 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 7 138 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 7
Graik 3 Perbandingan Rasio Deisit Fiskal Terhadap
baik. Realisasi defisit fiskal tahun 2012 sebesar
PDB Beberapa Emerging Markets
1,8% PDB masih tergolong moderat, demikian pula dengan defisit keseimbangan primer
Indonesia 1 (Grafik 3).
1 Data yang digunakan berasal dari Fiscal Monitor yang terbit pada Oktober 2012. Data tahun 2012 masih merupakan prakiraan IMF. PDB yang digunakan adalah PDB dengan Purchasing Power Parity (PPP).
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 7 139
Bab 8
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
142 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 8
S mempertahankan kinerja positif yang tercermin
tabilitas sistem keuangan di tahun 2012 tetap terjaga, di tengah perlambatan ekonomi global. Sektor perbankan mampu
pada ketahanan dalam menghadapi krisis global, peningkatan fungsi intermediasi, dan perbaikan efisiensi. Sementara itu, lembaga keuangan bukan bank menunjukkan kinerja yang semakin membaik, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan aset dan investasi yang meningkat. Secara lebih luas, peran lembaga keuangan bukan bank sebagai pengelola portofolio dan pengembang produk keuangan turut berkontribusi positif dalam mendorong pencapaian stabilitas sistem keuangan.
Sementara itu, sistem pembayaran menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dalam mendukung stabilitas moneter dan sistem keuangan, serta memperlancar aktivitas ekonomi nasional. Dukungan itu dimungkinkan oleh adanya sistem pembayaran yang aman, efisien, dan andal, serta tersedianya uang kartal dalam masyarakat.
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 8 143 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 8 143
Dari sisi kelembagaan, jumlah bank umum relatif tidak berubah dibandingkan dengan periode 2011 (Graik 8.1), yaitu sebanyak 120 bank, yang terdiri dari 109 bank konvensional (termasuk 24 unit usaha syariah - UUS) dan 11 bank syariah. Jika dilihat dari jumlah kantor, terdapat 16.625 kantor bank yang terdiri dari 14.343 kantor bank umum konvensional (BUK) dan 2.262 kantor bank umum syariah (BUS). Sementara itu, jumlah BPR mencapai 1.653 bank dengan jumlah kantor mencapai 4.425 kantor. Jika dilihat berdasarkan pola penyebarannya, sebagian besar lokasi kantor, baik bank umum maupun BPR, masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Sumatera. Sebanyak 74% kantor bank umum berada di wilayah Jawa dan Sumatera dan 26,0% kantor bank umum