1 Kerangka Kerja Bauran Kebijakan Bank Indonesia
Boks 9.1 Kerangka Kerja Bauran Kebijakan Bank Indonesia
Memasuki tahun ketujuh sejak penerapannya sebab itu perlu dirumuskan strategi dan kebijakan pertama kali di Indonesia pada tahun 2005, kerangka
moneter dengan mengoptimalkan berbagai kerja Inlation Targeting (ITF) telah berperan penting
instrumen yang tersedia untuk mengarahkan dalam mendorong inflasi mengarah pada tren yang
perekonomian ke keseimbangan baru yang lebih terus menurun. Meski pada prinsipnya ITF masih
efisien.
sangat relevan sebagai jangkar kebijakan moneter, langkah penguatan kerangka kerja kebijakan
Dengan pertimbangan ini, Bank Indonesia telah dipandang perlu untuk mengakomodir perubahan-
merumuskan kerangka bauran kebijakan Bank perubahan yang terjadi dalam lima tahun terakhir.
Indonesia yang pada dasarnya merupakan bauran yang optimal yang terdiri atas lima pilar, yaitu
Pertama, krisis keuangan global era 2008-2009 kebijakan moneter, kebijakan nilai tukar, kebijakan memberikan pelajaran penting bagi bank sentral
makroprudensial, penguatan koordinasi kebijakan bahwa kestabilan ekonomi makro memerlukan
dan penguatan komunikasi kebijakan. dukungan kestabilan sistem keuangan. Dalam kaitan tersebut, karakter sistem keuangan yang
Pilar 1. Kebijakan Moneter prosiklikal, seringkali justru memperbesar fluktuasi
Respons moneter melalui suku bunga (BI-Rate) ekonomi makro, dan karenanya manajemen risiko
merupakan kebijakan utama untuk mengarahkan makro-moneter perlu didukung oleh kebijakan
ekspektasi inflasi agar tetap konsisten dengan makroprudensial untuk memitigasi terjadinya risiko
sasaran dan dengan tetap mempertimbangkan sistemik dalam perekonomian. Kedua, pascakrisis
pertumbuhan ekonomi. Koridor dan struktur suku global, meningkatnya likuiditas global di tengah
bunga operasi moneter ditetapkan secara selaras tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, telah
dengan kondisi likuiditas dan pergerakan inflasi menyebabkan pergerakan arus modal ke negara-
dalam jangka pendek. Dinamika dan prospek negara emerging market, termasuk Indonesia, yang
inflasi inti menjadi indikator utama didalam berimplikasi pada dinamika nilai tukar. Oleh sebab
perumusaan kebijakan moneter. Sementara itu, itu, nilai tukar perlu dikelola agar tidak menimbulkan
mengingat karakternya yang tidak secara langsung dampak negatif pada perekonomian domestik.
dipengaruhi kebijakan moneter, dinamika inflasi Ketiga, karakteristik inflasi di Indonesia yang masih
harga pangan (volatile food) dan harga komoditas banyak dipengaruhi oleh sisi pasokan dan pengaruh
strategis (administered prices) menjadi indikator harga komoditas global yang tidak dapat direspons
yang tetap diperhatikan dinamikanya dari waktu ke hanya oleh suku bunga. Penguatan koordinasi
waktu, sekaligus menjadi fokus bagi pelaksanaan sangat diperlukan untuk mengatasi sisi pasokan, baik
koordinasi dengan Pemerintah, baik di tingkat dengan Pemerintah Pusat maupun daerah.
pusat maupun daerah. Untuk mengakomodasi meningkatnya peran harga aset didalam trasmisi
Dalam konteks tersebut, kerangka kerja ITF kebijakan moneter, kualitas pemantauan terhadap yang menggunakan suku bunga BI Rate sebagai
indikator harga aset, misalnya properti, akan terus instrumen utama perlu diperkaya dengan instrumen-
dikembangkan dan turut dipertimbangkan didalam instrumen lainnya. Berbagai permasalahan
perumusan kebijakan moneter dan stabilitas sistem ekonomi , apakah inflasi yang tinggi, nilai tukar yang
keuangan.
bergejolak, kredit yang melaju terlalu cepat, neraca pembayaran yang defisit dan sebagainya, tidak akan efektif apabila hanya diatasi dengan kebijakan suku bunga. Kalau ini yang dijalankan, suku bunga akan terlalu tinggi dan membebani perekonomian. Oleh
188 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 9
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 9 189
Pilar 2. Kebijakan Nilai Tukar Kebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Kebijakan nilai tukar dan pengelolaan arus modal diarahkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pencapaian sasaran inflasi. Pengelolaan nilai tukar rupiah di bawah rezim nilai tukar mengambang bebas diarahkan untuk menjaga keselarasan antara pergerakan nilai tukar rupiah dengan fundamentalnya. Stabilisasi nilai tukar merupakan instrumen utama didalam operasionalisasi kebijakan nilai tukar. Sementara itu, pengelolaan arus modal tetap dilakukan secara konsisten dengan rezim devisa bebas dan diarahkan untuk mendukung kebijakan nilai tukar. Langkah- langkah di bidang arus modal diarahkan untuk mengurangi volatilitas arus modal jangka pendek secara berlebihan.
Semakin terintegrasinya perekonomian domestik dengan perekonomian global serta derasnya aliran modal masuk asing meningkatkan kompleksitas manajemen ekonomi makro, khususnya kebijakan moneter dan nilai tukar. Dalam kaitan tersebut
diperlukan langkah pengintegrasian antara kebijakan nilai tukar dan pengelolaan arus modal asing ke dalam respons kebijakan moneter untuk mencapai sasaran inflasi dengan mempertimbangkan keseimbangan eksternal.
Pilar 3. Kebijakan Makroprudensial Kebijakan makroprudensial akan diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendukung terjaganya keseimbangan internal dan eksternal. Respons moneter melalui suku bunga (BI-Rate) merupakan kebijakan utama. Dalam kaitan tersebut, instrumen makroprudensial merupakan pendukung (complement) instrumen moneter dalam mencapai stabilitas moneter dan sistem keuangan, bukan sebagai pengganti (substitute). Instrumen moneter dan makroprudensial digunakan untuk menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan secara menyeluruh, sehingga transmisi moneter melalui likuiditas, kredit dan harga asset berjalan efektif memperkuat transmisi suku bunga, nilai tukar dan ekspektasi. Kebijakan moneter dan makroprudensial didesain agar dapat memperkuat satu sama lain. Untuk itu, koordinasi kebijakan
Diagram 1 Penguatan Kerangka Kebijakan Bank Indonesia
sangat diperlukan agar integrasi kedua kebijakan Pilar 5. Penguatan Komunikasi Kebijakan tersebut dalam mengelola siklus perekonomian,
Penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter, dan
mengelola ekspektasi inflasi. Komunikasi ditujukan meningkatkan ketahanan sistem keuangan secara
tidak sekedar untuk mendukung transparansi, makro dapat berjalan dengan baik.
namun lebih sebagai instrumen kebijakan moneter untuk mengarahkan ekspektasi publik dalam
Pilar 4. Penguatan Koordinasi Kebijakan rangka meningkatkan efektivitas kebijakan moneter Penguatan koordinasi kebijakan Bank Indonesia
dalam pencapaian sasaran inflasi, mengurangi dan Pemerintah, serta pihak-pihak terkait lainnya,
ketidakpastian ekonomi, dan meningkatkan dilakukan dalam mendukung pengelolaan
transparansi dan pemahaman publik terhadap ekonomi makro, baik dalam pengendalian inflasi
kebijakan moneter.
maupun stabilitas sistem keuangan. Koordinasi kebijakan pengendalian inflasi dilakukan melalui
Di tahun 2012 ini, kalibrasi kebijakan melalui strategi Tim Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat,
bauran kebijakan melalui lima pilar, secara umum, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di daerah
telah mulai terasa dampaknya pada perekonomian. dan/atau forum koordinasi lainnya ditempuh
Perekonomian Indonesia, walaupun melambat untuk pengendalian inflasi, khususnya stabilitas
karena faktor global, tetap sanggup tumbuh cukup harga bahan pangan (volatile foods), mitigasi
tinggi karena ditopang oleh permintaan domestik dampak kebijakan harga pemerintah terhadap
yang terjaga. Sementara itu, inflasi tetap terkendali inflasi (administered prices), peningkatan kapasitas
pada tingkat yang rendah.
produksi, dan pengelolaan permintaan. Sementara itu, koordinasi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
190 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 9