Kinerja Pertumbuhan Ekonomi konsumsi rumah tangga dan investasi tumbuh
3.1 Kinerja Pertumbuhan Ekonomi konsumsi rumah tangga dan investasi tumbuh
meningkat (Graik 3.2). Masih baiknya pertumbuhan ekonomi disokong oleh stabilitas ekonomi makro
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 masih dan sistem keuangan. Pada tahun ini inlasi tercatat tumbuh cukup baik sebesar 6,2%, meski lebih rendah
rendah, volatilitas nilai tukar terjaga stabil sesuai dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
fundamentalnya, serta suku bunga kredit yang 6,5%. Belum pulihnya ekonomi negara-negara maju
bergerak dalam tren menurun. Stabilitas tersebut telah memberi dampak rambatan kepada kinerja
tidak terlepas dari peran kebijakan yang terkoordinasi perekonomian negara - negara emerging market
sehingga menghasilkan situasi yang kondusif. yang melambat pada tahun 2012. Negara yang cukup besar menopang pertumbuhan emerging market
Dari sisi permintaan, motor penggerak pertumbuhan yaitu China dan India tumbuh melambat.
didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan
Graik 3.1 Pertumbuhan PDB Sisi Permintaan
Graik 3.2
Pertumbuhan PDB Sisi Penawaran
46 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 3 46 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 3
Graik 3.3
Kontribusi PDB Sisi Permintaan
Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi 5,3% dan mencapai titik tertinggi sejak krisis inansial global 2008/2009 didukung terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen yang terus menguat. Terjaganya daya beli sejalan dengan meningkatnya pendapatan konsumen serta pencapaian tingkat inlasi yang rendah. Investasi tumbuh tinggi sebesar 9,8%, melebihi rata-rata pertumbuhannya pada sepuluh tahun terakhir yaitu sebesar 7,5%, didukung oleh iklim usaha yang kondusif dan optimisme pelaku usaha. Konsumsi pemerintah hanya tumbuh 1,3%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya 3,2%, disebabkan penurunan realisasi belanja pemerintah.
Berbeda dengan permintaan domestik yang meningkat, kinerja eksternal melemah. Ekspor hanya
Pertumbuhan sektor industri sejalan dengan laju tumbuh sebesar 1,1%, turun tajam dibandingkan
permintaan domestik, seperti tercermin pada aktivitas dengan rata-rata historisnya selama sepuluh tahun
produksi subsektor makanan dan minuman, alat terakhir yaitu 8,1% akibat berkurangnya permintaan
angkut, semen, dan kimia. Sedangkan rendahnya dari negara mitra dagang utama dan turunnya
pertumbuhan di sektor pertambangan terutama harga komoditas global. Meskipun ekspor tumbuh
disebabkan oleh berlanjutnya kontraksi di subsektor melambat, impor tumbuh lebih baik sebesar 6,7%
migas. Pada sektor penghasil jasa, sektor PHR masih sebagai respons kuatnya konsumsi dan investasi.
mencatat pertumbuhan yang tinggi, meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya sejalan dengan arus
Pada sisi sektoral, kontributor utama pertumbuhan perdagangan domestik dan eksternal. Sementara itu, ekonomi yaitu sektor industri pengolahan,
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi perdagangan hotel dan restoran (PHR), serta
masih tinggi ditopang kinerja subsektor angkutan pengangkutan dan komunikasi (Graik 3.4). Tetap tingginya pertumbuhan PDB ditopang oleh kinerja
sektor penghasil barang 1 dan sektor penghasil jasa 2 .
Graik 3.4
Kontribusi PDB Sisi Penawaran
Sektor penghasil barang tumbuh stabil didukung pertumbuhan positif sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang mampu mengompensasi pertumbuhan rendah di sektor pertambangan. Sektor pertanian tumbuh meningkat didukung oleh produksi padi di subsektor tanaman bahan makanan dan produksi kelapa sawit di subsektor perkebunan.
1 Sektor penghasil barang meliputi sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.
2 Sektor penghasil jasa meliputi sektor listrik gas dan air, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa, serta jasa-jasa.
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 3
Graik 3.5 Pertumbuhan Ekonomi Daerah
jalan, jasa angkutan dan komunikasi. Sektor keuangan tetap terjaga (Graik 3.5). Pertumbuhan yang tinggi persewaan dan jasa tumbuh meningkat ditopang
terutama terjadi di Kawasan Timur Indonesia oleh kinerja subsektor bank dan lembaga keuangan
(KTI) yang mencapai 6,0%, dibandingkan dengan nonbank yang tumbuh positif.
pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 5,5% (Tabel 3.1). Pertumbuhan yang tinggi di KTI pada 2012
Secara spasial, perekonomian daerah pada tahun didukung oleh kinerja ekspor berbasis Sumber Daya 2012 secara umum menunjukkan kinerja yang
Alam (SDA) dan peningkatan investasi infrastruktur. Pertumbuhan yang masih tetap tinggi juga terjadi di kawasan Jawa, Jakarta dan Sumatera meskipun dipengaruhi dinamika penurunan permintaan global.
Graik 3.6 Kontribusi PDRB
Pertumbuhan ekonomi kawasan Sumatera tercatat sebesar 5,8%, sedikit melambat sejalan dengan penurunan permintaan ekspor pada subsektor perkebunan, khususnya dari komoditas karet, dan pada sektor pertambangan. Walaupun terjadi perlambatan pada ekspor manufaktur di kawasan Jawa dan Jakarta, perekonomian di kedua kawasan tersebut masih mampu tumbuh cukup tinggi sebesar masing-masing 6,6% dan 6,5% pada 2012.
48 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 3
Aglomerasi ekonomi 3 di kawasan Jawa dan Jakarta dengan dukungan sektor manufaktur dan
3.2 Permintaan Agregat
pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kontribusi kawasan Jawa lebih besar dibandingkan daerah lainnya (Graik
Permintaan domestik Indonesia pada tahun 2012 3.6). Tumbuhnya investasi di sektor manufaktur serta
mampu tumbuh cukup baik di tengah tren terjaganya konsumsi domestik mendukung kinerja
perlambatan pertumbuhan ekonomi global. ekonomi di kawasan Jawa dan Jakarta di tengah
Permintaan domestik yang kuat ditopang oleh ekonomi dunia yang tumbuh melambat pada tahun
daya beli riil masyarakat yang meningkat dan basis 2012. Kondisi tersebut berbeda dengan pada periode
konsumen yang luas seiring dengan berkembangnya krisis pada tahun 2008-2009. Pada periode tersebut,
kelompok kelas menengah di Indonesia (Lihat Boks kontribusi pertumbuhan ekonomi Jawa menurun
3.1). Pasar domestik yang besar dan berdaya tahan cukup dalam akibat dari kontraksi pertumbuhan
baik menjadi insentif untuk peningkatan investasi. ekspor manufaktur yang signiikan (-13,2% pada 2008
Solidnya permintaan domestik mampu mengimbangi dan -1,9% pada 2009). Setelah periode krisis 2008-
perlambatan yang terjadi pada ekspor. Sejalan dengan 2009, perekonomian kawasan Jawa dapat kembali
investasi yang tumbuh tinggi, impor tumbuh positif pulih dalam waktu relatif singkat sejalan dengan
melebihi laju ekspor.
menguatnya permintaan dan harga komoditas global.