Penyesuaian Keseimbangan Eksternal bea masuk. Dari sisi perpajakan, Pemerintah telah
11.2 Penyesuaian Keseimbangan Eksternal bea masuk. Dari sisi perpajakan, Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan tax holiday yang diarahkan untuk mendorong investasi yang dapat menghasilkan
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh barang modal sehingga mengurangi ketergantungan cukup tinggi, dengan inflasi yang tetap terjaga dalam
terhadap impor.
kisaran sasaran. Namun, keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia menghadapi tekanan
Di sisi bea masuk, Pemerintah telah memberikan terhadap akibat meningkatnya defisit neraca transaksi
fasilitas pembebasan bea masuk yang ditujukan untuk berjalan.
pengurangan ketergantungan impor barang jadi (PMK 76/PMK.011/2012). Di sektor pertambangan saat ini
Terkait itu, Bank Indonesia dan Pemerintah melakukan terdapat perkembangan yang cukup signifikan dalam koordinasi untuk merumuskan langkah-langkah
penyelesaian Clean and Clear di Kementerian Energi kebijakan dalam rangka mengatasi meningkatnya
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu sekitar 4000
230 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 230 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11
11.3 Pencegahan Dan Penanganan
Krisis
akan memberikan peningkatan nilai tambah yang
signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia. Sejalan dengan kebijakan antisipatif tersebut, Pemerintah
Melanjutkan kebijakan pembentukan Protokol telah mengeluarkan delapan peraturan Bea Masuk
Manajemen Krisis (PMK) pada periode sebelumnya, Anti Dumping (BMAD) dan 10 peraturan Bea Masuk
Bank Indonesia bekerjasama dengan otoritas terkait Tindakan Pengamanan (BMTP) yang tujuan akhirnya
lainnya berupaya melakukan penyempurnaan untuk melindungi industri dalam negeri dari ancaman
terhadap PMK Nasional. Dalam kerangka PMK kerugian serius yang disebabkan oleh lonjakan
Nasional, tanggung jawab Bank Indonesia terfokus impor barang sejenis. Optimalisasi pengawasan
pada pemantauan krisis nilai tukar dan krisis penyelundupan di bidang kepabeanan telah dilakukan
perbankan. Sementara itu, pemantauan terhadap oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di daerah
krisis pasar keuangan, fiskal, dan lembaga keuangan perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan.
bukan bank dilakukan oleh Pemerintah dan otoritas terkait lainnya.
Di waktu yang akan datang, Pemerintah akan memperkuat kebijakan industri pengolahan yang
Secara kelembagaan, PMK nasional berada di dapat mengurangi ketergantungan barang modal,
bawah koordinasi Forum Koordinasi Stabilitas Sistem bahan baku dan bahan penolong untuk mendukung
Keuangan (FKSSK), suatu forum koordinasi yang pemenuhan pohon industri nasional yang berbasis
dibentuk untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di produk dalam negeri. Dalam jangka menengah,
Indonesia, berdasarkan pasal 44 Undang-undang No. kebijakan Pemerintah diarahkan agar ketergantungan
21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU terhadap impor dapat berkurang, di samping untuk
OJK), yang berlaku sejak November 2011. Adapun terus mendorong ekspor. Selanjutnya, koordinasi
keanggotaan FKSSK adalah sebagai berikut: antara Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus
dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi
a. Menteri Keuangan, selaku anggota merangkap efektivitas dari kebijakan-kebijakan yang telah diambil.
koordinator;
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 231 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 231
11 Januari 2012. PDG tersebut mengatur tentang
c. Ketua Dewan Komisioner OJK, selaku anggota; kegiatan surveillance, mekanisme pengambilan dan
keputusan, koordinasi dengan Pemerintah dan
d. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin otoritas terkait lainnya, termasuk aspek komunikasi Simpanan, selaku anggota
ke publik. Sebagai acuan dalam operasionalisasi PMK, pada 9 April 2012 telah diterbitkan Surat Edaran
Dalam rapat FKSSK perdana yang dilakukan pada (SE) Intern No.14/11/INTERN tentang Pedoman
7 Juni 2012, forum menyepakati dua hal penting. Pelaksanaan Manajemen Krisis yang mengatur Pertama, penandatanganan Nota Kesepahaman
mekanisme kerja yang lebih rinci untuk setiap bersama antara Gubernur Bank Indonesia, Menteri
Departemen terkait di Bank Indonesia. Keuangan, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan tentang Koordinasi Dalam
Terkait dengan implementasi koordinasi antar- Rangka Menjaga Stabilitas Keuangan. Kedua,
lembaga dalam kerangka menjaga stabilitas sistem Surat Keputusan Bersama yang memuat sejumlah
keuangan, telah diselenggarakan pertemuan kesepakatan antara lain adanya rapat koordinasi
koordinasi antara Wakil Menteri Keuangan, Deputi yang dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan II dan
Gubernur Bank Indonesia, dan Kepala Eksekutif dihadiri oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia yang
LPS (Deputies’ Meeting). Pertemuan tersebut membawahkan bidang kebijakan moneter dan Kepala
dimaksudkan sebagai sarana pertukaran informasi Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan, penunjukan
mengenai hasil pemantauan kondisi ekonomi makro Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan
dan pasar keuangan, untuk melihat ada atau tidaknya selaku Koordinator Sekretariat FKSSK, serta tugas
potensi risiko yang mengganggu stabilitas sistem Sekretariat FKSSK. Selain itu, terbentuknya OJK, telah
keuangan. Selain itu, simulasi mini penanganan krisis dilakukan pembaruan Nota Kesepahaman tersebut
(Fire Drill) juga telah dilakukan yang merupakan tahap pada tanggal 1 November 2012 untuk memasukkan
awal untuk menuju simulasi krisis skala nasional OJK dalam kerangka FKSSK.
(Full-Dressed Simulation) pada tahun 2013 dengan dukungan dari World Bank dan Toronto Centre.
Selama tahun 2012, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan seperangkat ketentuan
Selain upaya penguatan penanggulangan krisis secara dan penyempurnaan mekanisme kerja dalam
domestik, upaya juga dilakukan dalam tingkat kerja kerangka PMK, nilai tukar dan perbankan. Mekanisme
sama regional dan internasional. Indonesia turut tersebut dituangkan dalam Peraturan Dewan
berperan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan Gubernur (PDG) No. 14/1/PDG/2012 tentang Protokol melalui penguatan jaring pengaman keuangan Manajemen Krisis yang diterbitkan pada tanggal
kawasan, dengan meningkatkan kontribusi pada Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM). Dengan demikian, akses Indonesia pada fasilitas bantuan likuiditas, untuk mencegah maupun mengatasi krisis mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, CMIM yang merupakan inisiatif penyediaan fasilitas bantuan likuiditas di kalangan ASEAN+3, mengalami penguatan di berbagai aspek. Pertama, ukuran total fasilitas CMIM ditingkatkan menjadi 240 miliar dolar AS dari yang telah disepakati pada tahun 2010, yakni sebesar 120 miliar dolar AS. Kedua, jenis fasilitas yang ada di dalamnya juga diperluas dari
232 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 232 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11
menjamin ketersediaan dana bagi negara anggota
yang membutuhkan likuiditas. Keinginan untuk dinaikkan menjadi 30% pada tahun 2012 dan jika
IMF de-linked portion 1 untuk kedua fasilitas tersebut
meningkatkan dana IMF tersebut juga diperkuat memungkinkan, akan ditingkatkan menjadi 40% pada
pada forum G-20, yang menghasilkan komitmen tahun 2014. Keempat, lamanya periode maturitas
untuk memperkuat dana IMF hingga mencapai diperpanjang, yakni menjadi 3 tahun untuk IMF linked
sebesar 430 miliar dolar AS. Sebagai negara anggota portion dari semula hanya 2 tahun, dan menjadi 2
IMF, Indonesia juga mempunyai akses terhadap tahun bagi IMF de-linked portion dari semula hanya
GFSN tersebut, sehingga upaya pencegahan dan
1 tahun. Selain itu, panduan operasional CMIM penanggulangan krisis semakin kuat. juga telah disusun untuk mendukung efisiensi dan kecepatan pemenuhan permintaan bantuan anggota. Fitur ini merupakan salah satu kelebihan CMIM dibandingkan fasilitas pencegahan dan resolusi krisis
11.4 Sistem Pembayaran
yang disediakan IMF.
Seiring peningkatan tersebut, hak akses masing- Upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
masing negara ASEAN+3 terhadap fasilitas CMIM juga juga membutuhkan penyediaan uang rupiah yang
meningkat, meskipun kewajiban kontribusi masing- berkualitas dan kelancaran sistem pembayaran.
masing juga bertambah. Dalam hal ini, Indonesia, Dalam hal ini, Bank Indonesia terus memperkuat
bersama empat negara ASEAN terbesar lainnya, koordinasi dengan pihak terkait.
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 9,10 miliar dolar AS, dari sebelumnya sebesar 4,55
Dalam rangka mewujudkan misi Bank Indonesia di miliar dolar AS. Adapun hak akses Indonesia kepada
bidang pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia bantuan pendanaan CMIM meningkat menjadi
mengacu pada tiga rancangan kebijakan yaitu i) 22,76 miliar dolar AS, dari yang sebelumnya sebesar
tersedianya uang rupiah yang berkualitas; ii) distribusi 4,55 miliar dolar AS. Prosedur pengajuan bantuan
dan pengolahan uang yang aman dan terpercaya; likuiditas CMIM yang lebih mudah dan lebih singkat,
dan iii) layanan kas prima. Selain perkembangan menguntungkan bagi Indonesia guna mencegah
ekonomi makro, implementasi rancangan kondisi ekonomi yang lebih buruk manakala
kebijakan tersebut dilakukan dengan memerhatikan dihadapkan pada ancaman krisis.
perkembangan isu pengedaran uang termasuk UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Terkait dengan
Dalam skala yang lebih luas, untuk mencegah itu, beberapa kebijakan Bank Indonesia dilakukan
dampak rambatan dari krisis di kawasan Eropa, IMF berkoordinasi dengan instansi lain. UU Mata Uang
menghimbau negara di dunia untuk melakukan mengamanatkan bahwa pelaksanaan kegiatan
upaya bersama menjaga kelangsungan proses perencanaan dan pencetakan serta pemusnahan
pemulihan ekonomi global dan menjamin stabilitas dilakukan Bank Indonesia melalui koordinasi
keuangan global. Salah satu upaya yang dilakukan dengan Pemerintah yang pada pelaksanaannya
yaitu menyediakan Global Financial Safety Net (GFSN) berpedoman pada Nota Kesepahaman tentang
atau lebih dikenal dengan global irewall dengan Pelaksanaan Koordinasi dalam rangka perencanaan
dan pencetakan, serta pemusnahan uang yang
1 IMF de-linked portion adalah batas maksimal akses fasilitas
ditandatangani oleh Bank Indonesia dan Kementerian
bantuan likuiditas dari CMIM yang tidak disertai kewajiban untuk
Keuangan.
mengaktivasi program IMF.
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 233
Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi tersebut sebagai tindak lanjut Perpres No. 123 Tahun 2012 tentang Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu yang telah ditandatangani Presiden pada tanggal 7 Desember 2012.
Sementara itu, dalam rangka pengembangan layanan kas, Bank Indonesia selama tahun 2012 melakukan penguatan koordinasi dengan TNI-AL. Hal itu tercermin pada Penandatanganan MOU kerjasama antara Bank Indonesia dan TNI AL pada tanggal 25 Februari 2012. MOU ini meliputi perjanjian kerjasama
Dalam rangka menjamin ketersediaan uang rupiah mengenai distribusi dan pengamanan uang di daerah dan sesuai dengan amanat UU Mata Uang, mulai
perbatasan dan terpencil NKRI, serta kerjasama sosial tahun 2012 Bank Indonesia berkoordinasi dengan
di wilayah tersebut.
pemerintah dalam penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang (EKU). Hasil EKU tersebut kemudian menjadi
Upaya lain yang dilakukan Bank Indonesia untuk dasar bagi Bank Indonesia melakukan pengadaan
meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan uang dan penyusunan Rencana Cetak Uang (RCU)
sistem pembayaran ritel yaitu melalui kebijakan 2013. Bank Indonesia menyampaikan EKU dan RKU
pengembangan interoperabilitas dalam tahun 2013 kepada Kementerian Keuangan dengan
penyelenggaraan uang elektronik. Selama periode disertai asumsi ekonomi makro yang mendasarinya.
laporan, Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan Unit Kerja Presiden Bidang
Untuk menjaga kualitas uang kartal yang beredar di Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan masyarakat dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia
(UKP4). Dari koordinasi tersebut disepakati secara berkala melakukan pemusnahan uang tidak
agar pengembangan interoperabilitas dalam layak edar berupa uang lusuh, uang rusak, uang
penyelenggaraan uang elektronik menjadi program cacat, serta uang yang telah di cabut dan ditarik dari
nasional. Salah satu sektor yang akan memperoleh peredaran. Sesuai dengan amanat UU Mata Uang,
manfaat dari interoperabilitas tersebut yaitu sektor koordinasi dengan pemerintah dalam pemusnahan
transportasi yang secara massal digunakan oleh rupiah ini dilakukan dalam bentuk penyampaian
masyarakat.
informasi rupiah yang dimusnahkan kepada Kementerian Keuangan setiap tiga bulan dan kepada
Dalam rangka persiapan implementasi Masyarakat Kementerian Hukum dan HAM setiap satu tahun
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, di bidang sistem sekali untuk diumumkan kepada masyarakat melalui
pembayaran Bank Indonesia tetap melanjutkan penempatan dalam Lembaran Negara Republik
peran aktifnya melalui berbagai kegiatan dan Indonesia untuk data pemusnahan periode tanggal 1
koordinasi dengan negara ASEAN dalam forum Januari sampai dengan 31 Desember.
Working Committee on Payment and Settlement Systems (WC-PSS). Selama periode laporan
Selain kegiatan di atas, koordinasi juga dilakukan telah diselenggarakan beberapa kegiatan untuk Bank Indonesia dengan berbagai instansi terkait
membahas perkembangan dari gugus kerja yang dalam pemberantasan Rupiah Palsu yaitu Badan
telah dibentuk, yaitu gugus kerja bidang Cross
234 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 235
Border Trade Settlement, Money Remittance, Retail Payment System, Capital Market Settlement, dan Standardization. Perkembangan masing-masing gugus kerja adalah: i.) gugus kerja Cross Border Trade Settlement merekomendasikan pentingnya peningkatan efisiensi melalui penyusunan panduan pengaturan transparansi biaya; ii.) gugus kerja Cross Border Money Remittance telah mengidentifikasi roadmap pengembangan money remittance di negara ASEAN; iii.) gugus kerja Retail Payment Systems telah melakukan koordinasi dengan Asian Payment Network (APN) untuk mengembangkan sistem pembayaran ritel regional yang meliputi antara lain transfer kredit dan kartu debet; iv.) gugus kerja Cross Border Capital Market Settlement telah melakukan koordinasi dengan ASEAN Exchanges untuk mengembangkan linkages dan kliring pasar modal ASEAN; dan gugus kerja Standardization telah melakukan survei mengenai standar yang digunakan negara ASEAN dan telah menyetujui penggunaan ISO 20022 untuk business to business serta akan melakukan survei kepada ASEAN Bankers Association (ABA) dan APN untuk mengetahui standar yang digunakan oleh industri sistem pembayaran.
Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal, Sektor Riil dan Sektor Keuangan
Selain kebijakan subsidi energi, Pemerintah juga telah mengupayakan percepatan pencairan anggaran melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa Pemerintah. Dengan dikeluarkannya Perpres ini dan pemberlakuan sistem reward and punishment dalam pencairan anggaran, waktu pencairan belanja pemerintah mengalami perbaikan yang tampak dari penurunan realisasi anggaran pada triwulan IV 2012 dibandingkan dengan rata-rata pencairan pada triwulan terakhir tahun sebelumnya.
Dari sisi kualitas belanja, pemerintah melakukan berbagai upaya optimalisasi dan efisiensi dalam belanja barang dan belanja pegawai antara lain dalam bentuk seruan pengurangan perjalanan dinas yang berdampak terhadap penurunan realisasi kedua jenis belanja tersebut dibandingkan dengan capaian tahun lalu. Di sisi penerimaan, pemerintah melakukan berbagai upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak sebagai upaya penggalian potensi perpajakan, selain juga melakukan perbaikan pelayanan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela dan penegakan hukum (law enforcement) kepada wajib pajak serta pembenahan internal aparatur dalam rangka meningkatkan efektivitas fungsi perpajakan. Pokok-pokok kebijakan tersebut diterjemahkan dalam berbagai bentuk inisiatif strategis yang dapat dikelompokkan ke dalam policy measures dan administrative measures. Inisiatif strategis yang termasuk dalam policy measures meliputi pembenahan sistem dan regulasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Keberhasilan inisiatif ini terlihat dari penerimaan PPN yang berada di atas target APBN-P 2012 yaitu sebesar 100,5%, adapun inisiatif strategis yang termasuk dalam administrative measures yaitu (a) operasionalisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pertambangan dan migas; (b) realokasi WP di KPP tertentu; dan (c) penunjukan lembaga survei independen. Di bidang kepabeanan dan cukai berbagai kebijakan optimalisasi penerimaan berhasil meningkatkan penerimaan cukai hingga melampaui target APBN-P yaitu mencapai sebesar 114,1%.
Kinerja ekonomi Indonesia yang menggembirakan selama tahun 2012 juga didukung oleh kebijakan yang ditempuh Pemerintah, baik di bidang fiskal, sektor riil, maupun sektor keuangan. Di bidang fiskal, kebijakan Pemerintah mempertahankan subsidi energi untuk menjaga daya beli masyarakat, berkontribusi pada terjaganya stabilitas perekonomian nasional serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat. Kebijakan tersebut juga mendukung pencapaian laju inflasi yang terjaga di bawah asumsi makro sebesar 4,3% yoy di tengah tekanan nilai tukar rupiah.
Selain pemberian fasilitas Pajak Pertambahan dan kontribusinya bagi APBN dapat mengalami Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), untuk
peningkatan.
mendukung peningkatan kegiatan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi serta untuk
Kinerja ekonomi di tahun 2012 juga tidak terlepas pemerataan pembangunan dan percepatan
dari kebijakan pemerintah di sektor riil. Untuk pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan daerah mendorong kemajuan di sektor riil, Pemerintah tertentu, Pemerintah pada tahun 2012 memberikan
mengeluarkan kebijakan yang dapat meningkatkan fasilitas PPh kepada beberapa sektor. Fasilitas PPh
nilai tambah perekonomian. Melalui Peraturan antara lain diberikan untuk pengembangan coal bed
Menteri ESDM No. 07 tahun 2012 yang diubah methane (CBM), sebagaimana tercantum dalam PP
dengan Peraturan Menteri ESDM No. 11 tahun 2012, nomor 52 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Pemerintah mewajibkan dilakukannya pengolahan/ atas PP Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak
pemurnian hasil tambang di dalam negeri untuk Penghasilan untuk Penanaman Modal Di Bidang-
komoditas tambang seperti tembaga, emas, perak, Bidang Usaha Tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah
timah, bauksit, dan nikel. Pemerintah kemudian Tertentu.
mengeluarkan kebijakan pelonggaran dengan memberikan izin ekspor kepada perusahaan yang
Dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), telah memiliki rencana pengolahan bijih tambang/ pelampauan PNBP menjadi 103,1% dari target
smelter dengan mempertimbangkan kinerja APBN-P 2012 terutama disebabkan oleh peningkatan
ekspor sektor pertambangan di tengah pelemahan harga minyak Indonesia (ICP) dan harga gas, serta
permintaan dan tekanan harga global yang turun. pelemahan nilai. Penerimaan Pemerintah atas Laba
Meskipun dalam jangka pendek memberi imbas BUMN masih berhasil melampaui target yaitu
pelemahan ekspor, kebijakan ini akan meningkatkan mencapai 100,1% dari target di tengah pelaksanaan
investasi pada pembangunan smelter sehingga dalam strategi optimalisasi antara penarikan dividen untuk
jangka menengah panjang diharapkan akan terjadi menunjang APBN dengan laba ditahan untuk
peningkatan nilai tambah dari produk tambang yang investasi. Untuk mendukung penerimaan negara
dihasilkan dan diekspor. Selain kebijakan pembatasan dari bagian laba BUMN, Pemerintah menerapkan
di sektor pertambangan, pemerintah juga kebijakan sebagai berikut: (a) menjaga tingkat dividen
mengeluarkan kebijakan fiskal berupa pemberlakuan berkisar antara 20-55 persen, kecuali perseroan
tarif bea keluar sebagai disinsentif ekspor barang dengan akumulasi rugi dan/atau perseroan jasa
mentah (Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK asuransi; (b) konsolidasi dan ekspansi BUMN yang
memiliki prospek pertumbuhan yang bagus; (c) peningkatan pengendalian internal dan mutu
Di sisi investasi, pemerintah terus mendorong arus penyajian laporan keuangan melalui adaptasi
investasi baik dari dalam maupun luar negeri melalui International Financial Reporting Standards (IFRS) di
perbaikan iklim investasi, kemudahan perizinan dan tahun 2012; (d) Pay out ratio Pertamina sebesar 45
pemberian insentif perpajakan. Dalam Peraturan persen, dan pay out ratio PLN sebesar 30 persen;
Pemerintah No. 52 tahun 2011 yang merupakan dan (e) optimalisasi investasi (capital expenditure)
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah No. yang dapat menciptakan efisiensi BUMN sehingga
1 tahun 2007, pemerintah memperluas insentif diharapkan adanya peningkatan kinerja BUMN
perpajakan untuk 52 kelompok bidang usaha tertentu untuk tahun-tahun berikutnya yang berdampak
dan 77 kelompok usaha di daerah tertentu. Insentif pada peningkatan setoran dividen BUMN. Dengan
diarahkan guna mengisi kekosongan pada pohon aset yang dimiliki dan sinergi antar-BUMN yang
industri yaitu industri pionir antara lain industri kimia semakin baik, diharapkan profitabilitas BUMN
dasar dan logam dasar. Beberapa industri pengolahan
236 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 236 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11
serta pelabuhan udara Polonia, Soekarno Hatta, dan coklat, pengolahan karet, serat kain, komponen
Ahmad Yani, Juanda dan Hassanudin. elektronik juga mendapatkan fasilitas perpajakan. Di sektor keuangan, kebijakan pemerintah terkait Di bidang ekspor dan impor, pengaturan insentif
dengan dana pensiun arahnya telah sejalan dengan untuk melakukan ekspor masih terbatas pada
roadmap pengembangan pasar modal dan industri perusahaan yang berada pada kawasan berikat.
keuangan tahun 2010-2014. Dalam kebijakan Peraturan Menteri Keuangan No. 147/2011 tentang
tersebut, portofolio dana pensiun didorong untuk Kawasan Berikat mengatur batasan output yang wajib
lebih bervariasi dengan tetap mengedepankan diekspor oleh pengusaha dalam kawasan berikat yaitu aspek keamanan yang juga sejalan dengan upaya sebesar 75%. Beberapa kemudahan sebagai insentif
Bank Indonesia untuk memperdalam pasar bagi kawasan berikat yaitu adanya fasilitas di bidang
keuangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Bapepam- perpajakan untuk kegiatan importasi maupun ekspor.
LK melakukan penyempurnaan aturan tentang Sementara itu, melalui Permentan No. 42/2012 dan
investasi dana pensiun termasuk penyusunan Permentan No. 43/2012, pemerintah melakukan
laporan keuangan dana pensiun sebagai akibat pengetatan impor produk hortikultura mulai 15 Juni
makin beragamnya investasi dana pensiun. Batas 2012. Dalam jangka menengah panjang kebijakan ini
maksimum pembayaran manfaat diubah menjadi diharapkan dapat merangsang konsumsi dan produksi Rp1,5 juta per bulan atau Rp500 juta jika dihitung holtikultura domestik. Selain itu, pemerintah melalui
secara keseluruhan. Basis dana pensiun lembaga Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 82 Tahun
keuangan juga lebih didorong untuk mencapai 2012 mengatur ketentuan impor telepon seluler,
efisiensi industri dan profesionalisme yang lebih baik. komputer genggam, dan komputer tablet. Dalam
Dari sisi pengawasan, metode pengawasan bergeser peraturan tersebut, ketentuan teknis seperti syarat
dari kepatuhan dana pensiun menjadi pengawasan pelabelan, manual, dan kartu garansi purna jual wajib
berbasis risiko.
ditulis dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan konsumen. Tempat pelabuhan laut impor yang
Penguatan industri asuransi juga terus dilakukan bisa dilalui juga diatur yaitu Belawan, Tanjung Priok,
pemerintah selama tahun 2012. Serangkaian
Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 237 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11 237
Di pasar modal, aturan penerbitan obligasi korporasi berkelanjutan mendorong peningkatan penerbitan obligasi korporasi selama tahun 2012. Aturan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tertuang dalam peraturan IX.A.15 yang efektif berlaku pada Desember 2010. Meski demikian, ketentuan tersebut baru banyak dimanfaatkan selama dua tahun terakhir. Dengan aturan tersebut, perusahaan publik hanya melakukan satu kali pendaftaran dan dapat melakukan penawaran obligasi secara bertahap selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan non emiten dapat mengaplikasikan aturan PUB jika perseroan pernah menerbitkan surat utang obligasi atau sukuk serta telah melunasi surat utang tidak lebih dari 2 tahun sebelum menyampaikan pernyataan pendaftaran dalam rangka PUB atau tidak pernah mengalami gagal bayar.
238 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • BAB 11
242 Laporan Perekonomian Indonesia 2012 • Bagian 4