xvii Hingga
saat  ini,  KTM  Mahalona  belum  memperlihatkan  embrio  sebagai kawasan
perumahan  dan  permukiman  yang  diharapkan  tumbuh  dan  berkembang menjadi
kota  baru  yang  terpadu  dan  mandiri.  Komponen‐komponen  pengembangan yang
meliputi  perumahan  dan  permukiman,  prasarana  dan  sarana  serta  aktifitas ekonomi
harus  menjadi  perhatian  serius  untuk  mewujudkan  konsep  pengembangan KTM
Mahalona.  Kondisi  aktual  KTM  Mahalona  itulah  yang  melatarbelakangi  pemilihan objek
penelitian, untuk mengkaji, menganalisis dan merumuskan konsep pengembangan kawasan
perumahan  dan  perumahan  pada  KTM  Mahalona  sebagai  kota  baru  yang terpadu
dan mandiri.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam konteks regional, kawasan pengembangan perumahan dan permukiman
KTM Mahalona  terletak  di  Desa  Mahalona  Kecamatan  Towuti  dan  berada  dalam
kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan kawasan lindung dan area konsesi PT.
INCO, Tbk  sehingga  berpotensi  merusak  kawasan  lindung  atau  area  konsesi  PT.  INCO,
Tbk. Kawasan  pengembangan  perumahan  dan  permukiman  KTM  Mahalona  memiliki
luas lahan  yang  sudah  di‐enclave  seluas  12.732,25  hektar  termasuk  5.240  hektar  milik
PT. INCO, Tbk sehingga masih membutuhkan luas lahan minimal 5.627,75 hektar untuk
memenuhi target rencana 18.000 hektar yang dapat menampung 9.000 KK masyarakat
transmigran. Pada
kawasan  KTM  Mahalona,  lahan  usaha  untuk  pertanian  dan  perkebunan yang
diharapkan  menjadi  penggerak  utama  perekonomian  kawasan  belum  siap  secara fisik.
Masih ditemukan lahan–lahan warga transmigran belum siap olah dengan batang– batang
pohon dan semak belukar sehingga menyulitkan warga untuk membersihkan dan mengolah
secara  konvensional  manual.  Lahan  pekarangan  tidak  mampu  menopang kebutuhan
sehari–hari yang dengan luasan terbatas 1.000 m²KK dan hanya ditanami dengan
tanaman jangka pendek seperti sayur–sayuran, kacang–kacangan ataupun padi ladang.
Bagi masyarakat  yang  telah  bermukim  lebih  dari  1  satu  tahun  tidak  lagi
berhak memperoleh  jatah  hidup  sehingga  sangat  sulit  mempertahankan  kelangsungan
hidup dalam  kondisi  lahan  usaha  yang  belum  layak  olah  serta  belum  tersedianya
lapangan kerja sebagai sumber pendapatan alternatif dengan bertukang, menjadi buruh
xviii harian
atau  mencari  damar  dan  rotan.  Hal  ini  akan  memberikan  peluang  kepada masyarakat
transmigran  untuk  mencari  sumber  penghidupan  di  luar  kawasan  KTM mahalona,
dan  ini  akan  menjadi  embrio  bagi  terciptanya  kota  baru  dengan  masalah lama,
yaitu  masyarakat  tidak  dapat  mengakses  lapangan  kerja  dalam  kawasan permukimannya
sendiri. Sebagai
kota  baru,  KTM  Mahalona  belum  menjadi  kota  yang  mandiri, meskipun
kawasan ini adalah kawasan permukiman yang didesain mendekati fungsi kota dan
telah  dihuni  dalam  kurun  waktu  3  tahun  terakhir.  Saat  ini,  pembangunan perumahan
belum mencapai jumlah rumah terbangun yang ditargetkan. Kawasan KTM Mahalona
mencanangkan  9.000  unit  rumah  9.000  KK  dalam  kurun  waktu  15  tahun, sehingga
idealnya setiap tahun harus terbangun minimal 600 unit rumah. Kenyataannya, pada
tahun  ketiga  pengembangan  kawasan  KTM  Mahalona  baru  terbangun  480  unit rumah
dari target minimal 1.800 unit sehingga terjadi deviasi 1.320 unit. Pengembangan
perumahan  dan  permukiman  KTM  Mahalona  cenderung dengan
kondisi prasarana dan sarana yang masih sangat terbatas baik kuantitas maupun kualitasnya.
Prasarana dan sarana perkotaan seperti jalan dan drainase belum berfungsi optimal
karena masih merupakan jalan tanah atau kerikil dengan saluran drainase tanah, bahkan
beberapa  prasarana  perkotaan  belum  terbangun  seperti  jaringan  listrik, persampahan,
jaringan telepon, sarana olahraga dan rekreasi serta sarana industri dan perdagangan.
Sementara sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial juga belum memadai
dalam jumlah yang sangat terbatas. Dalam kawasan ini baru terdapat fasilitas pendidikan
setingkat  Sekolah  Dasar  SD,  fasilitas  kesehatan  setingkat  Puskesmas Pembantu
dan Pasar Desa. Berdasarkan
uraian permasalahan‐permasalahan tersebut sesuai dengan fakta empiris
yang ada diharapkan menjadi acuan dalam melakukan kegiatan penelitian pada lokasi
studi, maka rumusan permasalahannya adalah ”Belum optimalnya pengembangan kawasan
perumahan  dan  permukiman  pada  Kota  Terpadu  Mandiri  KTM  Mahalona sebagai
kota baru yang terpadu dan mandiri”. Untuk
menjawab  permasalahan  yang  telah  diidentifikasi,  maka  dilakukan pendekatan
melalui  metode  research  question  pertanyaan  penelitian,  yaitu  :
xix Bagaimana
konsep  pengembangan  kawasan  perumahan  dan  permukiman  pada  Kota Terpadu
Mandiri KTM Mahalona sebagai kota baru yang terpadu dan mandiri?.
1.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian