xv
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Terjadinya pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam setiap tahunnya
telah menyebabkan munculnya kesenjangan antara kebutuhan tempat hunian dengan
ketersediaan tempat hunian termasuk juga penyediaan prasarana dan sarana serta
pelayanan umum. Kondisi ini menjadi masalah utama yang umum dialami oleh negara–
negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia
mencoba menerapkan konsep baru dalam pengembangan kota sebagai salah satu solusi
untuk menjawab kesenjangan itu. Pola pengembangan yang dilakukan adalah pola
pengembangan kota baru pada wilayah–wilayah baru.
Gagasan tentang kota baru pertama kali dicetuskan oleh Sir Ebenezer
Howard hampir satu abad yang lampau. Dalam bukunya yang klasik berjudul “Garden
Cities of Tomorrow” 1898 yang dikutip oleh Budihardjo 2009, dijelaskan bahwa kota
baru yang merupakan senyawa antara nuansa desa dan kota dimaksudkan untuk
mengatasi kepadatan kota dan pemekaran kota yang seolah tak terbatas.
Masalah ‐masalah yang terjadi di kota–kota besar seperti Jakarta yang paling
menonjol adalah ketersediaan lapangan kerja, sehingga mereka bermukim di kota baru
tetapi tetap saja mencari kerja di kota lama. Menyusul kemudian masalah transportasi
dan ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terus tertunda dengan alasan
menunggu sampai jumlah rumah dan penghuninya cukup banyak, mengakibatkan
keluarga–keluarga perintis menanggung derita yang berkelanjutan.
Salah satu tujuan dibangunnya Kota Terpadu Mandiri KTM adalah
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pedesaan sektor pertanian dan perkebunan
sehingga masyarakat transmigran dan masyarakat lokal dapat mengaksesnya meskipun
pertumbuhannya dirancang mendekati fungsi perkotaan. Selama ini, hampir semua
orang mengenal kawasanpermukiman transmigrasi sebagai kawasan yang identik
dengan suasana pedesaan berpola
kehidupan pertanian
dan 1
xvi perkebunan,
lambat berkembang dan hampir tak pernah dilirik penanam modal. Namun,
munculnya konsep Kota Terpadu Mandiri KTM, kawasan transmigrasi ke depan
mungkin tidak sesederhana itu lagi. Desa
Mahalona Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu
dari 14 lokasi di seluruh Indonesia yang dicanangkan sebagai kawasan pembangunan
dan pengembanagan kawasan transmigrasi Kota Terpadu Mandiri KTM Mahalona,
diharapkan membawa nuansa baru perumahan bagi transmigran dan masyarakat
sekitar, untuk tujuan jangka panjang akan dikembangkan menjadi kota baru yang
terpadu dan mandiri. Terpadu dalam kaitan dengan pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan yang komprehensif dan terintegrasi, serta mandiri yang berarti mampu
memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri dengan penyediaan lapangan kerja
yang memadai yang berbasis pada pengembangan agroindustri, perdagangan dan jasa.
KTM Mahalona yang telah dikembangkan dalam 3 tahun terakhir dan dihuni
sejak tahun 2007 telah mampu menampung 480 KK yang terdiri dari warga transmigran
asal Yogyakarta, Jawa Timu dan Jawa barat serta masyarakat transmigrasi lokal.
Keseharian, masyarakat transmigran mengolah lahan pekarangan seluas 20x50 meter
persegi dan hanya ditanami dengan tanaman jangka pendek berupa sayur–sayuran dan
kacang ‐kacangan untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari selain mengharapkan
bantuanjatah hidup dari pemerintah, meskipun beberapa lahan usaha telah diolah
dengan tanaman perkebunan dengan produksi yang sangat terbatas.
Masalahnya kemudian, bahwa masyarakat transmigran yang sudah
bermukim lebih dari 1 satu tahun tidak lagi berhak mendapatkan jatah hidup dari
pemerintah. Lalu, apakah masyarakat akan dapat bertahan hidup hanya dengan lahan
pekarangan yang luasnya tidak lebih dari 1.000 meter persegi? Memang, masyarakat
juga dibekali dengan lahan usaha untuk pertanian seluas 2 hektar untuk masing–masing
KK tapi pada umumnya dalam kondisi yang belum layak olah sehingga belum
berproduksi secara optimal. Kawasan permukiman belum dilengkapi dengan prasarana
dan sarana penunjang. Akibatnya, masyarakat kesulitan melakukan aktifitas keseharian
baik kegiatan ekonomi ataupun berinteraksi dengan sesama warga antar lain
dikarenakan oleh kondisi jalan dan drainase yang masih minim serta jaringan listrik dan
telekomunikasi belum ada.
xvii Hingga
saat ini, KTM Mahalona belum memperlihatkan embrio sebagai kawasan
perumahan dan permukiman yang diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi
kota baru yang terpadu dan mandiri. Komponen‐komponen pengembangan yang
meliputi perumahan dan permukiman, prasarana dan sarana serta aktifitas ekonomi
harus menjadi perhatian serius untuk mewujudkan konsep pengembangan KTM
Mahalona. Kondisi aktual KTM Mahalona itulah yang melatarbelakangi pemilihan objek
penelitian, untuk mengkaji, menganalisis dan merumuskan konsep pengembangan kawasan
perumahan dan perumahan pada KTM Mahalona sebagai kota baru yang terpadu
dan mandiri.
1.2. Rumusan Masalah