Tingkat Kepadatan Penduduk Distribusi Penduduk KTM Mahalona

7. 2016 33.210 5.276 18,89 sejak tahun 2010 8 2021 64.905 7.121 12,32 Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2009

4.3.1.2. Tingkat Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk di kota Mahalona adalah kondisi atau keadaan yang menggambarkan tingkat kepadatan penduduk tahun awal rencana dan proyeksi pada tahun akhir perencanaan. Peninjau kepadatan penduduk dimaksudkan agar pemanfaatanpenggunaan lahan yang tersedia di kawasan perencanaan sebanding antara kebutuhan dan ketersediaan lahan. Demikian juga dengan pemanfaatannya, disesuaikan dengan fungsi lahan serta dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan efesiensi pemanfaatan lahan, sehingga perbandingan antar lahan yang tersedia dengan jumlah pertambahan penduduk mempunyai proporsi yang seimbang. Pengaturan kepadatan penduduk ini dilakukan dengan pertimbangan: ƒ Arahan kebijakan kependudukan di Mahalona ƒ Distribusi penduduk dan perkiraan perkembangan hingga akhir tahun 2021. ƒ Kepadatan penduduk di setiap Satuan Pengembangan Kawasan SPK atau keluranahdesa. ƒ Ketersediaan lahan yang ada di wilayah perencanaan. ƒ Struktur tata ruang serta tata guna lahan yang akan ditetapkan. ƒ Penyediaan fasilitas dan utilitas di setiap SPK dan unit lingkungan.

4.3.1.3. Distribusi Penduduk KTM Mahalona

Distribusi penduduk merupakan bagian penting dalam mengalokasikan jumlah penduduk di wilayah yang mungkin dikembangkan di KTM Mahalona. Distribusi penduduk kota didasarkan pada faktor‐faktor sebagai berikut : ƒ Fungsi yang telah atau akan ditentukan kepada setiap Satuan Pengembangan Kawasan SPK. ƒ Perkiraan kecenderungan jumlah penduduk dibanding dengan luasan lahan di setiap SPK. ƒ Daya dukung lahan, dinilai berdasarkan jumlah fasilitas yang ada, ketersedian utilitas, ketersedian sarana dan prasarana transportasi, kondisi fisik lahan dan lingkungan. Distribusi dan penyebaran penduduk Kota Mahalona harus memperhatikan batas kepadatan maksimum sebagaiman standar perencanaan permukiman yaitu 200 jiwaha. Namun demikian, rencana konsentrasi penduduk yang tinggi di pusat kota perlu diantisipasi agar terjadi distribusi penduduk yang lebih merata, yaitu dengan membangun fasilitas yang dapat menjadi magnit atau dinamisator pembangunan di SPK lain yang rencana tingkat kepadatannya masih rendah. Kepadatan penduduk yang rendah oleh karena jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah yang kurang lebih 90,00 diperuntukkan bagi pengembangan agrobisnis sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Jika jumlah penduduk dibagi dengan rencana kawasan terbangun maka kepadatan rata‐rata tahun 2021 adalah 55 jiwaha. Berdasarkan analisis kependudukan tersebut, jelas menggambarkan bahwa tingkat kepadatan penduduk pada akhir tahun rencana yang hanya mencapai 55 jiwaha sehingga masih layak dan masih di bawah standar perencanaan permukiman dengan kepadatan maksimal 200 jiwahektar. Demikian halnya dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 64.905 jiwa pada akhir tahun rencana telah mencapai standar minimal jumlah penduduk suatu kawasan agropolitan sebagaimana konsep pengembangan kawasan KTM mahalona yang berbasis sektor pertanian. Dari sisi jumlah dan kepadatan penduduk, kondisi ini akan mendukung teori Mc. Douglas dan Friedmann bahwa kota agropolitan pada dasarnya adalah kawasan perdesaan dengan fungsi ruang perkotaan yang memiliki jumlah penduduk efektif antara 50.000 hingga 150.000 jiwa sehingga diperkirakan pada akhir tahun rencana kawasan KTM Mahalona sudah memenuhi syarat sebagai kota agropolitan dari sisi jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduknya masih di bawah ambang batas maksimal.

4.3.2. Pengembangan Perumahan dan Permukiman