Perumahan, permukiman dan Perkotaan

xlvii Pada prinsipnya, strategi pengembangan agropolitan adalah mendorong kegiatan sektor pertanian dalam wilayah perdesaan ataupun kota kecil dengan dilengkapi fasilitas umum perkotaan. Konsep pengembangan ruang kota yang berbasis agropolitan pada dasarnya untuk memenuhi layanan fungsi perkotaan di wilayah perdesaan dengan sektor unggulan agrobisnis dan agroindustri. Mc. Douglas dan Friedmann, dalam Bisilvon 1974 bahwa kota agropolitan pada dasarnya adalah kawasan perdesaan dengan fungsi ruang perkotaan yang memiliki jumlah penduduk efektif antara 50.000 hingga 150.000 jiwa. Sebagai kota agropolitan, maka strategi pengembangan yang dilakukan adalah menyusun sistem perekonomian yang terpadu dan mandiri sektor pertanian. Kewenangan dalam pengambilan keputusan menyangkut kebijakan pembangunan suatu daerah menjadi faktor penting dalam pengembangan kota agropolitan. Intervensi pemerintah pusat dalam hal dukungan material, keuangan dan sumber daya teknis mutlak diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumber daya alam.

2.4. Perumahan, permukiman dan Perkotaan

Setiap manusia memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda–beda, sehingga tidak semua yang diinginkan akan dapat dipenuhi. Demikian pula halnya dengan kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai kebutuhan dasar manusia. Memang, tidak semua manusia dapat memenuhi kebutuhan itu tapi paling tidak manusia selalu berusaha untuk memenuhinya. Manusia tidak akan pernah merasa aman dan nyaman jika tidak memiliki rumah sebagai tempat berlindung, demikian diungkapkan oleh Budihardjo dalam Wahid 2009:50. Di wilayah perkotaan, pemenuhan kebutuhan akan perumahan masih menjadi masalah besar karena disamping ketersediaan supply dan permintaan demand yang tidak seimbang, juga faktor kemampuandaya beli affordability yang rendah terutama bagi masyarakat miskin akibat harga perumahan yang melambung tinggi. Rumah dan perumahan seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan permukiman dan lingkungan permukiman adalah bagian dari xlviii lingkungan hidup. Perluasan areal untuk permukiman dan perumahan mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan alam yang semua berfungsi sebagai area penyerapan air menjadi lingkungan buatan yang menolak resapan air. Kontradiksi antara perlunya perumahan dan permukiman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan upaya pelestarian lingkungan ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya Budihardjo dalam Wiradisuria, 2009:113-114. Dewasa ini, pemerintah telah membuat kebijakan–kebijakan dalam pengembanagan perkotaan sebagai wilayah permukiman, antara lain : ƒ Perbaikan lingkungan fisik wilayah permukimannya ; ƒ Perluasan lingkungan wilayah permukiman secara drastis, terutama dengan membuka lahan–lahan baru; ƒ Perluasan jaringan wilayah permukiman dengan cara mendorong perkembangan kota–kota lain sekitar; ƒ Penyebaran wilayah–wilayah industri ke pinggiran kota, digabungkan dengan desentralisasi kawasan pasar dan pusat–pusat perbelanjaan dengan tetap memelihara inti kota; ƒ Penciptaan kantong–kantong masif wisata, baik yang sederhana maupun yang berskala besar;

2.5. Sarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman