Kedudukan Kawasan Mahalona Dalam Konteks Regional

sendiri karena kawasan ini memiliki sumber daya alam yang menjanjikan. Selain karena kondisi alamnya yang subur dan sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian, juga mengandung tambang galian golongan C serta hasil hutan yang melimpah. Oleh karena itu, pengelolaan lahan dan pemanfaatan ruang harus mewakili keberpihakan kepada masyarakat secara luas. Kondisi ini menguatkan pernyataan Budiharjo bahwa lahan harus dikelola dengan baik sebagai benda sosial untuk kepentingan masyarakat secara umum sehingga lahan tidak lagi dijadikan sebagai komoditi ekonomi yang dipertarungkan di pasar bebas.

4.1.2. Kedudukan Kawasan Mahalona Dalam Konteks Regional

Desa Mahalona merupakan desa definitif dengan status swakarsa. Desa Mahalona memiliki luas wilayah yang terbesar di kecamatan Towuti, yaitu 409,41 km 2 atau 22,48 persen dari total luas wilayah kecamatan Towuti sebesar 1.820,48 km 2 . Namun demikian, jumlah penduduk Desa Mahalona relatif kecil dibanding desa‐desa lainnya di Kecamatan Towuti. Jumlah penduduk pada tahun 2006 adalah 1.566, hanya lebih tinggi dari penduduk Desa Takalimbo, Lioka, dan Loeha. Penduduk Desa Mahalona kemudian mengalami pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2007 ketika dimulainya program pembangunan dan pengembangan KTM Mahalona dengan masyarakat transmigran dari Pulau Jawa dan khusus untuk KTM Mahalona, penduduk awalnya adalah 1.012 jiwa dan pada tahun ini telah mencapai 2.135 jiwa. Pada umumnya pekerjaan penduduk di Desa Mahalona adalah petani, dengan komoditas khusus yang telah dikembangkan adalah padi sawah, kakao dan hortikultura. Hal ini mengingat Desa Mahalona memilki daratan rata yang cukup potensial. Selain tanaman pangan dan hortikultura. Namun demikian, karena aksesibilitasnya masih sangat terbatas maka daya tariknya bagi pengembangan ekonomi menjadi tidak optimal. Jarak tempuh Desa Mahalona dari ibukota kecamatan Kota Wawondula adalah 36 KM dan jarak dari ibukota Kabupaten adalah 88 km. Kondisi jalan dari dan ke Desa Mahalona aksesbilitasnya relatif masih sangat rendah yang terbatas pada jalan darat dengan konstruksi tanah dan sirtu serta beberapa titik tanjakan, sehingga peranan kawasan terhadap kondisi regional masih terbatas. Dalam rangka meningkatkan dukungan prasarana dan sarana transportasi sebagai upaya untuk membuka keterisolasian Desa Mahalona, maka pemerintah daerah telah membangun jalan lingkar menuju Desa Loeha mengelilingi Danau Towuti dan menghubungkan dengan Beteleme Kabupaten Morowali melalui kawasan perumahan dan permukiman Kota Terpadu Mandiri KTM Mahalona. Secara geografis, KTM Mahalona yang sangat dekat dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga sangat potensial menjadi pusat pelayanan terutama produksi pertanian dan perkebunan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi Sulawesi Selatan yang menetapkan kawasan KTM Mahalona dalam struktur pengembangan wilayah utara dan timur dengan Kota Palopo sebagai pusat pelayanan. Sejak tahun 2007, kawasan KTM Mahalona mulai dibangun dan dikembangkan dengan pendekatan konsep ’kota di ladang’. Selain pembangunan perumahan dan permukiman dengan fungsi perkotaan, pada kawasan ini juga akan dikembangkan konsep agropolitan dengan pemilihan komoditas unggulan sesuai dengan potensi sumber daya alam dan ketenagakerjaan.

4.1.3. Pengembangan Kawasan KTM Mahalona.