Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman

yang tidak mampu mengadakannya sendiri antara lain dengan pembangunan perumahan pada kawasan KTM Mahalona.

4.3.3. Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman

Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan merupakan suatu kesatuan sistem dimana elemen‐elemen kegiatan kota akan saling berkaitan dan berinteraksi, sehingga intensitas hubungan atau keterkaitan antar elemen berbeda menurut jenis masing ‐masing. Untuk mendukung fungsi keterkaitan itu maka ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan menjadi penting, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas prasarana dan sarananya. Jaringan jalan pada kawasan perumahan dan permukiman KTM Mahalona umumnya masih dengan struktur tanah atau sirtu dengan lebar jalan rata‐rata 7‐8 meter. Pola jaringan jalan berbentuk grid yang diikuti oleh jaringan drainase yang masih terbuat dari tanah. Jaringan jalan masih dalam tahap pembangunan sehingga belum dilengkapi dengan trotoar jalan untuk pejalan kaki. Sementara angkutan umum dapat melalui semua jalur jalan pada kawasan ini, hanya saja belum dilengkapi dengan teminal penumpang untuk angkutan pedesaan. Antusiasme masyarakat transmigran pada Pembagian Jatah Rumah dan Lahan Usaha oleh Kabid Transmigrasi Disnakertransos Kabupaten Luwu Timur Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2009 GAMBAR 4.9 Sumber air bersih pada kawasan ini umumnya menggunakan sumber air non perpipaan yaitu dengan sumur gali. Kondisi ini masih memungkinkan mengingat kedalaman air pada kawasan ini relatif rendah antara 3‐4 meter dan belum tercemar terutama karena jarak sumur gali dengan septicktank lebih dari 20 meter atau masih di atas jarak minimal 10 meter. Kedepan, sumber air ini dikhawatirkan akan tercemar dan air tanahnya berkurang seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan area resapan air makin berkurang sehingga dibutuhkan sumber air dengan distribusi melalui pipa. Pada kawasan ini umumnya masyarakat membuang sampah masih dengan cara konvensional yaitu dengan menggali lubang pada halaman belakang sebagai tempat membuang sampah. Padahal dengan jumlah penduduk saat ini yang mencapai 2.135 jiwa sudah harus dilayani prasarana persampahan secara komunal minimal dengan gerobak sampah. Demikian halnya dengan sarana penunjang berupa sarana pendidikan, kesehatan, pemerintahan, peribadatan, perdagangan, jasa, industri serta prasarana rekreasi dan olahraga masih sangat terbatas. Dalam kawasan KTM Mahalona hanya terdapat kantor pengelola, Sekolah Dasar, pustu dan polindes, mesjid dan pasar lokal yang belum optimal menunjang aktifitas masyarakat. Jika berdasar pada jumlah penduduk pada suatu kawasan, maka kondisi sarana yang ada saat ini sudah mencukupi. Namun karena lokasi KTM Mahalona yang berada dalam kawasan yang jauh dari kota induk kota kecamatan dan kabupaten sehingga masih sulit untuk mengakses sarana fasilitas umum. Untuk membangun sebuah sekolah setingkat SLTP minimal jumlah penduduk adalah 15.000 jiwa sementara pada kawasan ini hanya 2.135 jiwa. Kalau berdasar pada standar jumlah penduduk, artinya belum layak untuk dibangun sekolah SLTP dalam kawasan ini, dan kalau tidak dibangun berarti masyarakat yang sudah menempuh pendidikan setingkat SLTP harus ke ibukota kecamatan yang berjarak lebih dari 30 kilometer dengan kondisi jalan tanah dan berbatu. Dari berbagai fakta empiris menggambarkan bahwa kondisi prasarana dan sarana perumahan dan permukiman pada kawasan KTM Mahalona belum memenuhi kebutuhan lingkungan permukiman. Beberapa prasarana dasar seperti jalan, air bersih, listrik dan sistem drainase belum dapat berfungsi optimal seperti halnya dengan kondisi prasarana pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi. Sebagai kawasan yang baru dikembangkan dan diharapkan menjadi kota baru yang mandiri, maka pengembangan kawasan perumahan dan permukiman KTM Mahalona harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana dasar yang memadai. Banyak pakar yang telah memberikan pernyataan bahwa lingkungan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari dukungan ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan. Sistem prasarana dapat didefinisikan sebagai fasilitas–fasilitas fisik atau struktur–struktur dasar, peralatan–peralatan, instalasi–instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk menunjang sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat, demikian pendapat Grigg seperti yang dikutip oleh Kodoatie dalam Warsono. Dengan kondisi prasarana dan sarana yang kurang memadai akan berdampak pada menurunnya fungsi‐fungsi lingkungan perumahan terutama menyangkut fungsi sosial dan ekonomi. Padahal, melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 378KPTS1987 disebutkan bahwa untuk menghasilkan suatu lingkungan perumahan yang fungsional sekurang–kurangnya bagi masyarakat penghuni harus terdiri dari kelompok rumah–rumah, prasarana lingkungan dan sarana lingkungan.

4.3.4. Identifikasi