Konteks Masalah Komunikasi Antarpribadi Pasien Dan Dokter (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Pasien Dan Dokter Di Poli Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Pada dasarnya setiap manusia memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang penyampaian dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampaian pesan dan penerima pesan. Manusia adalah makhluk sosial yaitu, makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, salah satu unsur komunikasi yaitu menyampaikan informasi. Oleh karena itu manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Carl I Hoveland mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu menyampaikan perangsang biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lainindividu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses penyampaian informasi tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif Widjaja, 2000:15. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada komunikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses komunikasi yaitu perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat serta merubah sikap dan prilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu: kognitif, afektif, dan behavioral. Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara dokter dan pasien. Bentuk komunikasi yang dilakukan disebut komunikasi antarpribadi. Adanya hubungan komunikasi antarpribadi antara dokter dengan pasien merupakan hubungan kerjasama Universitas Sumatra Utara yang ditandai dengan tukar menukar prilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang harmonisbaik dengan pasien. Dalam ilmu kesehatan, komunikasi antarpribadi ini disebut juga dengan Komunikasi Terapeutik. Komunikasi terapeutik yang dilakukan bersifat langsung, dokter mengetahui keadaan dan tanggapan pasien saat itu, demikian juga pasien mengetahui perhatian yang diberikan dokter Wijaya, dkk, 1996:34. Rogers menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat. Maka sebaiknya dokter mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan Arwani, 2002:15. Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi dokter maupun pasien. Dokter yang enggan berkomunikasi dan menunjukkan raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap dokter jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan antara pasien dan dokter dapat pula mempengaruhi tingkat kesehatan pasien, yaitu pasien menuruti kata-kata, nasehat dan anjuran dokter dan lainnya yang dapat membuat pasien lebih bersemangat sehingga tercapai penyembuhan. Dalam melaksanakan tugasnya tentulah dokter tidak terlepas dari proses komunikasi. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antarpribadi yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien. Menurut Onong U. Effendy, MA “Komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan…………………..” Effendy, 1986:9. Dengan demikian penggunaan saluran komunikasi antarpribadi mempunyai peranan penting dalam menjalankan tugas kedokteran melalui keterampilan berkomunikasi yaitu komunikasi antarpribadi, dokter dapat mengetahui reaksi pasien terhadap penyakitnya Universitas Sumatra Utara dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya dan keluhannya. Di dalam buku Konsil Kedokteran Indonesia dikatakan bahwa Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Sedangkan dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang–undangan. Menurut Syamsurijal Djauli 2006 dokter dituntun untuk memiliki pemahaman tentang cara berkomunikasi dan memiliki rasa empati dalam menghadapi setiap pasien yang datang berobat. Banyak dokter yang hanya melihat dan mengobati penyakit di patofisiologinya saja, padahal faktor psikologi dan sosialnya juga memegang peranan penting. Dokter juga harus mampu membina rasa confidential sehingga pasien dapat terbuka, percaya diri, sehingga komunikasi berjalan lancar. Dalam buku Konsil Kedokteran Indonesia yang berjudul “Komunikasi Efektif Dokter-Pasien” tertulis bahwa di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter superior-inferior, sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Dari kesimpulan yang dirangkum oleh American Society of Internal Medicine, komunikasi yang baik ternyata berhasil menurunkan angka keluhan dan tuntutan hukum terhadap dokter. Sebagian pasien mengeluhkan layanan dokter bukan karena kemampuan dokter tersebut kurang, namun karena pasien merasa kurang diperhatikan. Dokter hendaknya tak memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa dan acuh terhadap Universitas Sumatra Utara pasien. Pasien mengharapkan sikap dokter yang bersedia mendengarkan dengan baik keluhan pasien Djauzi dan Susoartondo, 2004. Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan, jl. Bungalau no. 17, Medan. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Selain tempat pelayanan kesehatan RSUP H. Adam Malik juga sebagai tempat pendidikan para calon Dokter, Perawat, Bidan, dan Mahasiswa lain dari berbagai Universitas yang ingin melakukan penelitian Sumber: Profil RSUP H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan salah satu tempat paling banyak terjadinya komunikasi antara dokter dan pasien, baik diruangan Rawat Inap maupun di ruangan Klinik Rawat Jalan Poliklinik. Poliklinik Orthopaedi merupakan salah satu poli dengan jumlah kunjungan pasien terbanyak dengan jumlah rata-rata 500 pasien perbulannya Sumber: data Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Bedah Orthopaedi dieja orthopedi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Orthopaedi berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos berarti lurus dan paedionpais berarti anak. Masa itu ruang lingkup yang dicakup terbatas dan menyangkut perkembangan sistem otot kerangka sistem muskuloskeletal yaitu mencegah dan memperbaiki kelainan bentuk pada anak-anak dan dianggap bahwa kelainan bentuk pada orang dewasa umumnya berasal dari kelainan pada waktu anak- anak Hanafiah, 2008. Kelainan-kelainan dan penyakit yang termasuk dalam Ilmu Bedah Orthopaedi telah ditangani sejak beribu tahun sebelum masehi, seperti penggunaan bidai splint telah dipakai pada 9000 BC, amputasi tungkai sudah dikerjakan pada 5000 BC, di Mesir pemakaian tongkat tompang ketiak crutch telah dilakukan 2000 BC dan reposisi sendi bahu telah dikerjakan oleh Hippocrates pada abad kelima BC, yang sampai sekarang cara reposisi sendi bahu masih digunakan. Namun istilah Orthopaedi baru dipakai sejak Universitas Sumatra Utara 1741 oleh Nicolas Andre di Perancis. Nicholas Andre membuat definisi sebagai berikut: “L’orthopedie ou l’art de prevenir et de corriger dans les enfants deformites du corps”. Artinya: Orthopaedi adalah kiat untuk memperbaiki dan mencegah kelainan bentuk tubuh anak Hanafiah, 2008. Jean-Andre Venel mendirikan lembaga orthopaedi pertama pada tahun 1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak orthopaedi atau dokter orthopaedi pertama dalam pertimbangan pendirian rumah sakitnya dan atas metode-metodenya yang diterbitkan. Antonius Mathysen, seorang dokter bedah militer Belanda, menemukan pembalut gips Paris pada tahun 1851 https:id.wikipedia.orgwikiBedah_ortopedi. Banyak perkembangan dalam bedah orthopaedi yang dihasilkan dari pengalaman selama masa perang. Di Medan pertempuran pada masa Abad Pertengahan prajurit yang terluka dirawat dengan perban yang direndam dalam darah kuda yang dikeringkan unruk membuat belat yang kaku dan tak memenuhi syarat kesehatan. Traksi dan belat dikembangkan selama Perang Dunia I. Penggunaan batang intramedulla untuk merawat patah tulang femur dan tibia dirintis oleh dr. Kuntschner dari Jerman, yang membuat perbedaan nyata pada kecepatan penyembuhan prajurit Jerman yang terluka selama Perang Dunia II dan menyebabkan adopsi fiksasi intramedulla fraktur di belahan dunia lainnya. Bagaimanapun, traksi adalah metode standar untuk merawat fraktur tulang paha hingga akhir tahun 1970-an saat Harborview Medical Center di Seattle memopulerkan fiksasi intramedulla tanpa membuka patahan tulang. Fiksasi luar fraktur diperhalus oleh para dokter Amerika selama Perang Vietnam namun sumbangan utama dibuat oleh Gavril Abramovich Ilizarov di Uni Soviet. Ia dikirim, tanpa banyak pendidikan orthopaedi, untuk merawat prajurit Soviet yang terluka di Siberia pada tahun 1950-an. Tanpa peralatan apapun ia berhadapan dengan keadaan lumpuh atas fraktur yang tak dirawat, terinfeksi, dan terdislokasi. Degan bantuan toko sepeda setempat ia merancang fiksator cincin yang dieraskan seperti jeruji sepeda. Dengan peralatan ini ia adapat menyembuhkan, mereposisi, dan memperpanjang pada tingkat yang tak didengar di manapun. Peralatan Ilizarovnya masih digunakan sekarang sebagai salah satu metode osteogenesis distraksi https:id.wikipedia.orgwikiBedah_ortopedi. Universitas Sumatra Utara David L. MacIntosh merintis pembedahan pertama yang berhasil untuk penanganan ligamentum cruciatum anterius yang robek di lutut. Cedera umum dan serius ini menyebabkan para pemain ski, atlet lapangan, dan penari selalu tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena ketidakstabilan sendi permanen. Bekerja dengan para pemain sepak bola, dr. Mac Intosh merancang cara untuk membetulkan kembali ligamentum dari struktur yang berekatan untuk mempertahankan mekanika sendi lutut yang kuat dan kompleks dan memperbaiki stabilitas. Perkembangan bedah rekonstruksi LCA telah memungkinkan sejumlah atlet untuk bisa melanjutkan kembali kariernya di berbagai tingkat. Penelitian bedah ortopedi dan muskuloskeletal modern telah mencari jalan untuk membuat pembedahan kurang invasif dan membuat komponen yang ditanam lebih baik dan tahan lama. Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah ortopedi setelah menjadi dokter umum maupun bedah umum. Dokter ini harus menyelesaikan 104 SKS dalam 9 semester pendidikan klinik. Dokter spesialis ini diberi gelar SpOT spesialis ortopedi dan traumatologi atau SpBO spesialis bedah ortopedi. Banyak dokter bedah ortopedi yang menjalani pelatihan subspesialis dalam program yang dikenal sebagai fellowship beasiswa setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai residen. Pelatihan fellowship dalam sebuah subspesialisasi orthopaedi khususnya memakan waktu 1 kadang-kadang 2 tahun dan biasanya memiliki komponen penelitian yang terkait dengan pelatihan klinik dan operasi. Beberapa contoh subspesialisasi orthopaedi adalah: 1. Bedah tangan juga dilakukan oleh dokter bedah plastik 2. Bedah bahu dan siku 3. Rekonstruksi sendi total artroplasti 4. Ortopedi anak 5. Bedah kaki dan pergelangan kaki juga dilakukan oleh podiatri 6. Bedah tulang belakang juga dilakukan oleh dokter bedah saraf 7. Onkologi muskuloskeletal 8. Bedah kedokteran olahraga 9. Trauma ortopedi Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi menangani pembedahan tulang, otot dan ligamen jaringan yang menyambung otot dan tulang, serta keadaan Universitas Sumatra Utara yang diakibatkan oleh trauma atau luka akibat kecelakaan, bencana dan sebagainya http:id.wikipedia.orgwikiBedah_ortopedi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana komunikasi antarpribadi pasien dan dokter spesialis dan apa saja yang menjadi hambatan bagi pasien-pasien poli Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Persatuan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia PABOI menyebutkan, sampai saat ini jumlah dokter spesialis Orthopaedi di Indonesia berjumlah 490 orang http:www.indonesia-orthopaedic.org. Di Medan, jumlah dokter spesialis Orthopaedi pada bulan Agustus 2013 berjumlah 22 orang dan tercatat 17 PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi FK USU Medan yang sedang menjalani pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah dokter Spesialis Orthopaedi tak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien yang dilayani setiap harinya di Poliklinik Orthopaedi. Hal inilah yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Komunikasi antarpribadi antara Dokter Spesialis Orthopaedi dan Pasien di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, banyaknya jumlah kunjungan pasien di RSUP H. Adam Malik Medan mengharuskan pelayanan yang diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal. Salah satu diantaranya adalah pelayanan berupa komunikasi dokter yang efektif. Dari prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti ke RSUP H. Adam Malik Medan, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas rumah sakit antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk rawat, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit. Sikap, perilaku, tutur kata, keacuhan dan keramahan petugas serta kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menduduki peringkat paling atas dalam persepsi kepuasan Rumah Sakit. Selain itu, penelitian mengenai komunikasi dokter dengan pasien di rumah sakit pendidikan seperti RSUP H. Adam Malik Medan jarang dilakukan.

1.2 Fokus Masalah