tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah:
- Hambatan bahasa
Pesan akan disalah-artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam
pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak dimengerti sama sekali.
- Hambatan teknis
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis, misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak, bunyi-bunyian, halilintar,
lingkungan yang berisik dan sebagainya.
d. Media saluran
Media adalah saluran penyampaian pesan. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu:
- Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi; contohnya radio CB, OHP, dan sebagainya. -
Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal. Disebut demikian karena sifatnya, misalnya: pers, radio, film, dan televisi.
e. Umpan balik feed back
Setelah pesan diterima oleh komunikan diharapkan adanya umpan balik feed back yang diberikan komunikan.Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan
kembali kepada komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri dan sumber dari orang lain.
- Umpan balik dari diri sendiri adalah pesan atau informasi yang kita terima atas
pesan yang kita produksi sendiri. -
Umpan balik dari orang lain adalah informasi yang kita terima dari orang lain sebagai respon terhadap pesan yang kita kirimkan Purba, 2006 : 45-46.
Universitas Sumatra Utara
2.2.5 Proses komunikasi
Menurut Cutlip dan Centre 2008, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yaitu:
- Fact Finding
Mencari, mengumpul fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data
tentang masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya dan sebagainya. -
Planning Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan
dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukaan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan
ciri-ciriagraris. -
Communicating Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating atau
berkomunikasi. -
Evaluation Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil
komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.
2.2.6 Hambatan Komunikasi
Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsure-unsur yang mendukungnya., termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi. Menurut Shannon dan Weaver Cangara, 2007 : 131, gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi,
sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif dan tidak sesuai dengan harapan komunikator dan komunikan.
Sejumlah hambatan dapat memperlampat atau mengacaukan komunikasi yang efektif Deddy Mulyana, 2005 : 29 , hambatan tersebut diantaranya :
1. Penyaringan filtering
Universitas Sumatra Utara
Penyaringan mengacu pada manipulasi informasi secara sengaja oleh pengirim berita sehingga informasi tersebut akan tampak lebih meneyenangkan bagi
penerima informasi.
2. Perspektif selektif
Permasalahan ini dapat muncul karena si penerima informasi, dalam proses komunikasi, melihat dan mendengar sesuatu dengan selektif berdasarkan pada
kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik kepribadian lainnya. Penerima informasi juga dipengaruhi oleh kepentingan dan harapan-
harapannya dalam proses komunikasi ketika ia menerjemahkan informasi.
3. Gaya Gender
Laki-laki maupun perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk alasan yang berbeda. Sehingga konsekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan bagi
komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.
4. Emosi
Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan sangat mempengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama tatkala
diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada saat seseorang tersebut dala keadaan senang. Emosi-emosi yang ekstrim
pada saat senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang efektif.
5. Bahasa
Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian banyak variabel
yang jelas sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi yang diberikannya pada kata-kata. Para pengirim informasi cenderung
berasumsi bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama dengan yang dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini
sering tidak tepat.
6. Petunjuk nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh
komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan
gerakan tubuhnya menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang marah. Namun demikian, ketika petunjuk nonverbal tidak
bersesuaian dengan pesan lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.
2.3 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh DeVito dalam Liliweri 1991:13, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain
atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat langsung.
Universitas Sumatra Utara
Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan
komunikator. Dalam komunikasi antarpribadi, karena situasinya tatap muka, tanggapan komunikan dapat segera diketahui. Dalam hal ini komunikator perlu bersikap tanggap
terhadap tanggapan komunikan. Komunikasi antarpribadi sering disebut dengan dyadic communication
maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka
face to face ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antarpribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik two ways
communication. Namun, komunikasi antarpribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku
paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban Liliweri, 1991:67. Komunikasi antarpribadi Interpersonal Communication adalah komunikasi
antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal Mulyana, 2005:73.
Sementara pendapat ahli lain mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan dimana
komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan, arus
baliknya bersifat langsung Effendy, 2005. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah
komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Effendy juga menambahkan komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika, dan komunikasi antarpribadi
dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan.
Cassagrande berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena :
Universitas Sumatra Utara
- Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan
membagi kelebihan. -
Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat. -
Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang mengatisipasi masa depan.
- Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru
Liliweri, 1991:48. Hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan
yaitu: -
Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif
maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan.
- Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk
mengenal orang lain dan mengungkapkan diri. -
Keakraban, pada tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi bagaimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik.
- Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan antara kedua
pihak melemah. -
Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi
pemutusan, misalnya dokter tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat ke klinik tersebut.
Oleh karena itu diharapkan dokter menjalin komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien De Vito, 2000 :233.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan
kebutuhan yang belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.
Universitas Sumatra Utara
2.3.1 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Fungsi dan tujuan komunikasi antarpribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan insani human relation, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,
mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain Cangara, 2004:33. Komunikasi antarpribadi juga dapat meningkatkan hubungan
kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Menurut Devito 1989, faktor-faktor efektivitas komunikasi antarpribadi
dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu : 1.
Keterbukaan Openness Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan
tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dan pada ketidakacuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan
dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran Bochner dan Kelly, 1974. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang
menggunakan kata saya kata ganti orang pertama tunggal.
2. Empati empathy
Empati adalah sebagai “kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu”. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal
maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan 1 keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan
gerak-gerik yang sesuai; 2 konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta 3 sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
Universitas Sumatra Utara
3. Sikap mendukung supportiveness
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung supportiveness. Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan
karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap 1 deskriptif, bukan evaluatif, 2 spontan, bukan strategis, dan 3 provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif positiveness
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: 1 menyatakan sikap positif dan 2 secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika
seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau
suasana interaksi.
5. Kesetaraan Equality
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain.
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan
“penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
2.3.2. Proses Komunikasi Antarpribadi
Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antarpribadi
dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna
yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan. Selain itu, Steward L. Tubs dan
Sylva Moss menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan hal sebagai berikut :
- Saling pengertian
Universitas Sumatra Utara
- Memberikan kesenangan
- Mempengaruhi sikap Rakhmat, 2004:133.
Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi
antarpribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan melalui tatap muka pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara
langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang sebagai media penyampaian pesan.
Adapun lambang yaitu : a
Lambang Verbal Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Oleh karena itu, dengan
bahasa seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa
kini dan masa depan kepada komunikannya. b Lambang Non Verbal
Lambang non verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari,
dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh
seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari statusnya.
2.3.3. Sifat Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut.
Beberapa sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antarpribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun
nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamanya. Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi :
- Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul
karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.
Universitas Sumatra Utara
- Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai
interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antarpribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu
perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu. -
Komunikasi antarpribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai
panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus
diperbaiki atau malah harus berakhir. -
Komunikasai antarpribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan
bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik. -
Komunikasi antarpribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab-akibat yang dilandasi adanya tindakan
bersama sehingga menghasilkan proses komunikasi yang baik Liliweri, 1991:29.
2.3.4. Teori Self Disclosure
Dalam komunikasi antarpribadi tidak terlepas dari teori self disclosure atau pembukaan diri adalah suatu proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna untuk memahami tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti
membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita
saksikan. Informasi pribadi kita kepada orang lain atau sebaliknya disebut dengan self disclosure. Rakhmat,2004
Salah satu tipe komunikasii dimana informasi mengenai diri self yang biasanya disembunyikan diri orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain Rakhmat,
2004:108. Josep Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada modal interaksi model interaksi manusia yang disebut Johari Window Jendela Johari.
Universitas Sumatra Utara
daripada pasien. Dapat dikatakan dokter memiliki legitimate power sehingga dengan mudah dapat mempengaruhi pasien. Jadi, hal-hal yang disampaikan dokter lebih efektif
dalam mempengaruhi pasien. Namun perlu diingat, dengan kemajuan sistem informasi saat ini banyak pasien yang datang kepada dokter dalam keadaan well informed. Agar
tercipta komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar maka setiap dokter harus dapat menjadi pendengar aktif yaitu:
- Terimalah pasien apa adanya dan perlakukan secara individual
- Dengarkanlah hal-hal yang diucapkan pasien dan cara menyatakannya serta
perhatikan nada suara, kata-kata yang dipergunakan, ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
- Tempatkan diri Anda pada sudut pandang pasien empati
- Sekali-kali berikan jeda waktu bicara untuk memberi kepada pasien untuk
berpikir, menanyakan sesuatu dan berbicara -
Ulangi hal-hal yang telah Anda dengar sehingga pasien tahu bahwa Anda memahaminya
- Duduklah dengan nyaman, sedikit condong kedepan, hindari gerakan-gerakan
yang dapat mengganggu jalannya komunikasi dan pandanglah pasien ketika dia berbicara
2.4.2. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan
komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang
efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya
sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan
patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut
dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Universitas Sumatra Utara
Kurtz 1998 menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien tidak hanya ingin sembuh. Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan
kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun
komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman guidance untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi
dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam
hubungan dokter-pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
keduanya Kurtz, 1998. Menurut Kurzt 1998, dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Universitas Sumatra Utara
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan
waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan
apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
1 kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien a physician cognitive capacity to understand patient’s needs,
2 menunjukkan afektifitassensitifitas dokter terhadap perasaan pasien an affective sensitivity to patient’s feelings,
3 kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkanmenyampaikan empatinya kepada pasien a behavioral ability to convey empathy to patient.
Sementara, Bylund Makoul 2002 dalam Komunikasi Efektif Dokter – Pasien mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem The Empathy
Communication Coding System ECCS Levels. Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien
- Mengacuhkan pendapat pasien
- Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau
stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu -
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lain
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit -
Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” -
Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Universitas Sumatra Utara
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien -
“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien -
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman sharing feelings and experience dengan pasien.
- “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa
pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
2.4.3. Langkah-langkah dalam komunikasi dokter-pasien
Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar dikenal adanya GATHER, singkatan dari Greet-Ask-Tell-Help-Explain-
Return dengan pengertian sebagai berikut: -
Greet memberi salam Memberi salam kepada pasien di awal pertemuan akan menciptakan hubungan
yang baik. Berilah salam dengan ramah kepada tiap pasien pada saat dia datang. Katakan kepada pasien hal-hal yang diharapkan selama pertemuan
tersebut dan yakinkan bahwa setiap pasien mempunyai privacy dan kerahasiaannya akan dijaga.
- Ask bertanya
Langkah berikutnya adalah bertanya, melalui pertanyaan tersebut dokter dapat membantu pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya serta
mengekspresikan perasaannya. Cara bertanya yang efektif yaitu: • Gunakan nada suara yang menunjukkan minat, perhatian dan keramahan.
• Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien. • Ajukan satu pertanyaan dan tunggu jawabannya dengan penuh perhatian.
• Ajukan pertanyaan yang dapat membantu pasien untuk menyampaikan
kebutuhan-kebutuhannya. • Gunakan kata-kata seperti “lalu?”, “dan”, “oh?”. Karena kata-kata tersebut
dapat meningkatkan keinginan pasien untuk lebih banyak bicara.
Universitas Sumatra Utara
Gambar 1 Jendela Johari
Diketahui oleh diri sendiri Tidak Diketahui oleh diri sendiri
Diketahui oleh orang lain
Tidak diketahui oleh orang lain
Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.
- Bidang I, yakni Bidang Terbuka Open Area menunjukkan bahwa kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan
tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain. -
Bidang II, yakni Bidang Buta Blind Area menggambarkan bahwa kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa
yang ia lakukan. -
Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi Hidden Area yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat
diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup. -
Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal Unknown Area. Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya
sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.
2.4 Komunikasi Dokter dan Pasien
2.4.1. Pengertian komunikasi dokter-pasien
Adijanti 2008 mengatakan bahwa komunikasi dokter-pasien merupakan momen yang sangat penting dalam rangka penyembuhan pasien. Dalam komunikasi
dokter-pasien, karena keahliannya, dokter mempunyai posisi yang “lebih tinggi” 1
Terbuka 2
Buta 3
Tersembunyi 4
Tidak diketahui
Universitas Sumatra Utara
• Hindari pertanyaan “mengapa?” karena dapat menimbulkan kesan mencari kesalahan.
• Gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, misalnya “Ceritakan...”, “Bagaimana...” karena sangat bermanfaat untuk membina hubungan yang
baik dengan pasien dan dapat mengorek hal-hal yang terkait dengan penyakitnya.
- Tell memberi informasi
Setelah pasien selesai menyatakan keluhan dan kebutuhannya, berikanlah informasi secara jelas sehingga dapat dimengerti oleh pasien yang kemudian
dapat membantu pasien untuk mengambil keputusan. -
Help memberi bantuan Bantuan diberikan ketika pasien yang mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan atau dalam menentukan sikap. Dalam hal ini dokter memberikan bantuan agar pasien dapat memecahkan permasalahannya dengan mudah.
- Explain memberi penjelasan
Dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang keputusan yang telah dipilihnya. Misalnya, bila pasien memilih salah satu metode KB atau jenis
tindakan tertentu, berikan penjelasan tentang pilihannya tersebut berikut dengan efek sampingnya.
- Return kontrol kembali
Bila dirasa perlu, berikan kesempatan pada pasien untuk datang kembali.
2.4.2. Pengertian komunikasi dokter-pasien
2.5. Kepuasan
Kata kepuasan satisfaction berasal dari bahasa Latin ”satis” artinya cukup baik, memadai dan ”facio” melakukan atau membuat. Kepuasan bisa diartikan
sebagai ”upaya pemenuhan sesuatu memadai”. Oxford Advanced Learner’s Dictionary 2000 mendeskripsikan kepuasan sebagai ”Perasaan baik yang kamu miliki ketika
kamu mendapatkan sesuatu atau ketika sesuatu yang kamu inginkan ada kemudian ada”,
Universitas Sumatra Utara
“usaha untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan”, dan ”suatu cara yang dapat diterima dalam menangani komplain, hutang, kecelakaan, dll” Richard L.
Oliver 1997 dalam bukunya berjudul ”Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer” menyatakan bahwa semua orang paham apa itu kepuasan, tetapi begitu
diminta mendefenisikannya, kelihatannya tak seorangpun tahu Tjiptono, 2011 Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan kinerja
sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah
membeli maka dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya jika harapan kinerja sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja yang diterima setelah
membeli maka kosumen mengalami kepuasan Peter, dan Olson dalam Usmara, 2003. Kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting untuk dipahami yang dapat
memengaruhi kepuasanpasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas maka pasien akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa
sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas, pasien akan menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialami.
Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakitpoliklinik merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada
berbagai disiplin ilmu Andreassen, 1994. Terdapat banyak defenisi mengenai kepuasan pelanggan, diantaranya adalah Oliver 1989 dalam Supranto 2001 yang
mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang merasa surprise atas harapan. Tse dan Wilson 1988 menyarankan bahwa kepuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja performa. Parasurraman et al dalam Shahin 1994; Engel et
al 1994 dalam Supranto 2001 mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil outcome sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.
Defenisi-defenisi mengenai kepuasan pelanggan tersebut secara umum menyebutkan
Universitas Sumatra Utara
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi atas post consumtion suatu barang dan jasa.
Menurut Sebayang 2004, pengertian kepuasan pasien adalah merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, walaupun subyektif tetapi tetap
ada dasar obyektif, artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh hal pengalaman masa lalu pendidikan, situasi phsikis waktu itu: tetap akan didasari oleh kebenaran dan
kenyataan obyektif yang ada. Tidak semata-mata menilai buruk kalau memang tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak semata-mata bilang baik bila memang tidak
ada. Suasana yang menyenangkan yang dialami. Penilaian kepuasan pasien penting diketahui karena :
a. Bagian dari Kualitas Pelayanan
Kepuasan pasien merupakan bagian dari kualitas pelayanan, karena upaya pelayanan haruslah dapat memberikan kepuasan tidak semata-mata kesembuhan belaka.
b. Berhubungan dengan pemasaran rumah sakit
c. Pasien yang puas akan memberitahu pada teman, keluarga dan tetangga
d. Pasien yang puas akan datang lagi, kontrol atau membutuhkan pelayanan yang baik.
e. Iklan dari mulut ke mulut akan menarik pelanggan yang baru.
f. Berhubungan dengan prioritas.
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan atas performance atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan
merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui. Persepsi didefenisikan sebagai proses dimana individu memilih
mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna, meskipun demikian, maka dari proses persepsi tersebut juga
terpengaruhi pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan Rangkuti, 2002.
2.6. Perilaku