yang diakibatkan oleh trauma atau luka akibat kecelakaan, bencana dan sebagainya http:id.wikipedia.orgwikiBedah_ortopedi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana komunikasi antarpribadi pasien dan dokter spesialis dan apa saja yang menjadi
hambatan bagi pasien-pasien poli Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Persatuan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia PABOI menyebutkan, sampai saat
ini jumlah dokter spesialis Orthopaedi di Indonesia berjumlah 490 orang http:www.indonesia-orthopaedic.org. Di Medan, jumlah dokter spesialis Orthopaedi
pada bulan Agustus 2013 berjumlah 22 orang dan tercatat 17 PPDS Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi FK USU Medan yang
sedang menjalani pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah dokter Spesialis Orthopaedi tak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien yang dilayani setiap harinya
di Poliklinik Orthopaedi. Hal inilah yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Komunikasi
antarpribadi antara Dokter Spesialis Orthopaedi dan Pasien di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, banyaknya jumlah kunjungan pasien di RSUP
H. Adam Malik Medan mengharuskan pelayanan yang diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal. Salah satu diantaranya adalah pelayanan berupa komunikasi
dokter yang efektif. Dari prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti ke RSUP H. Adam Malik Medan, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya
dengan sikap dan perilaku petugas rumah sakit antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan
informatif, lamanya proses masuk rawat, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit. Sikap, perilaku, tutur kata, keacuhan dan keramahan petugas serta
kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menduduki peringkat paling atas dalam persepsi kepuasan Rumah Sakit. Selain itu, penelitian mengenai komunikasi
dokter dengan pasien di rumah sakit pendidikan seperti RSUP H. Adam Malik Medan jarang dilakukan.
1.2 Fokus Masalah
Universitas Sumatra Utara
Berdasarkan konteks masalah , maka penulis merumuskan fokus masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun fokus masalah adalah : “Untuk mengetahui
karakteristik komunikasi antarpribadi pasien dan dokter spesialis Orthopaedi dan mengetahui bagaimana proses hubungan komunikasi anta0rpribadi dan hambatan apa
saja yang dialami oleh pasien dan dokter spesialis Orthopaedi di lingkungan Polikliknik RSUP H. Adam Malik Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik pasien di lingkungan Poliklinik Orthopaedi RSUP
H. Adam Malik Medan. 2.
Mengetahui proses hubungan komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pasien dan dokter yang terjadi di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam
Malik Medan. 3.
Mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam menjalin dan membina hubungan komunikasi antarpribadi antara pasien dan dokter di di lingkungan
Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat penelitian :
Penelitian ini bermanfaat sebagai : 1.
Secara teoritis, penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, sekaligus memperkaya
wawasan penulis mengenai Komunikasi Antarpribadi antara pasien dengan dokter.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
Universitas Sumatra Utara
3. Secara Praktis, sebagai bahan masukan bagi para dokter, terutama dokter
spesialis Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan demi terciptanya pelayanan dan kesembuhan yang optimal.
Universitas Sumatra Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PerspektifParadigma Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model
tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur bagian dan hubungannya atau
bagaimana bagian-bagian yang berfungsi perilaku di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu Maleong, 2005:49.
Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif dimana pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan
kenyataan lapangan empiris. Sementara itu penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya observasi partisipan,
wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat jawaban apa adanya dari responden.
Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif – kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan
larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bog dan dan Taylor 1975 yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Maleong, 2005: 3. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena
merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri.
Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa Djajasudarma,2006: 11. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan
pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak
Universitas Sumatra Utara
ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.
2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Pengertian Komunikasi