Wawancara dengan Pasien dan Dokter Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan

timbul kepentingan pasien untuk benar-benar mengungkapkan keluhan yang dirasakan. Tahap berikutnya, dokter mengembangkan keinginan pasien terhadap penyakit pasien dan juga terhadap keinginan dokter sebagai penerima keluhan. Kemudian pada tahap selanjutnya pasien dan dokter memutuskan satu keputusan yang akan melahirkan tindakan. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Empat dari lima informan merupakan pasien poliklinik Orthopaedi RSUP Adam Malik. Sementara satu informan berprofesi sebagai Dokter. Ada beberapa kriteria dalam pemilihan informan ini. Pada pasien peneliti melihat dari jumlah kunjungan intensitas, jenis penyakit dan usia. Sementara pemilihan informan pada dokter berdasarkan prestasi dan pengalaman menjadi tenaga medis dengan pertimbangan banyak jumlah interaksi yang dilakukan dengan pasien.

4.3.1 Wawancara dengan Pasien dan Dokter Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan

Informan I pasien Nama : Riahma Br. Purba Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 20-12-1943 RM Pasien : 50.80.65 Alamat : Jl. Anyelir III No. 98, Perumahan Helvetia, Medan Diagnosa : LBP Lama Berobat : 2 tahun Universitas Sumatra Utara Gambar 4 Informan sebelah kiri dan Peneliti sebelah kanan di Rumah Sakit Setia Budi Medan Ibu Riahma Br. Purba adalah ibu rumah tangga yang kini kegiatan sehari- harinya adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu yang lebih senang disapa dengan sebutan nenek ini memiliki perawakan tinggi dengan tinggi badan 158cm dan berat badan 65kg, rambut yang pendek tapi ikal dan sudah mulai berubah warna menjadi putih. Ibu dari keempat anaknya ini berdomisili di Tanjung Pura, namun selama masa pemulihan, nenek dari 6 cucunya ini tinggal di rumah anak pertamanya di daerah Helvetia, Medan. Nenek yang masih punya semangat sembuh yang tinggi ini mengaku masih gemar berladang di ladangnya yang berada dipedalaman Tanjung Pura. Beliau adalah salah satu pasien dr. Otman Siregar penderita Low Back Pain sejak Desember 2012 yang lalu. Nenek dengan perawakan bugar ini ini telah melakukan operasi pemasangan Implant Orthopaedi pada bulan Juni 2013 kemarin. Nenek yang akrab dengan cucunya ini mengaku pertama kali kenal dengan dr. Otman Siregar dari rekomendasi temannya yang memiliki gejala yang sama dengannya juga. Nenek 71 tahun ini mengaku senang Universitas Sumatra Utara berkonsultasi dengan dr. Otman Siregar walaupun diawal perkenalannya dengan dr. Otman Siregar, nenek yang memiliki kulit sawo matang ini masih sering merasa takut terutama menjelang operasi tulang belakangnya. Saat ingin melakukan wawancara dengan ibu Riahma, peneliti tidak mengalami kesulitan karena peniliti sudah sering bertemu dengan informan sejak masa pra penitian, sebelum ibu Riahma operasi pemasangan Implant Orthopaedi. Suatu sore, peneliti yang telah membuat janji dengan informan untuk melakukan wawancara di Rumah Sakit Setia Budi Medan untuk bertemu dan berbincang-bincang. Peneliti dan informan yang didampingi oleh anak ketiganya berbincang santai di lobby Rumah Sakit Setia Budi Medan yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Orthopaedi di Medan. Dalam wawancara sore itu, informan menggunakan alat bantu perekam dari gadget milik peneliti dan alat bantu tulis untuk mencatat hal-hal penting dari wawancara sore itu. Tak lupa sebelumnya peneliti meminta izin kepada informan untuk merekam semua pembicaraan sore itu dan mencatatnya. Selama proses wawancara, baik informan maupun peneliti menggunakan bahasa Indonesia. Informan adalah pasien dr. Otman Siregar, SpOT sejak Desember 2012. Informan mengaku pertama kali mengenal dr. Otman Siregar, SpOT setelah menceritakan penyakitnya kepada teman sepengajiannya. Dari teman informan yang terlebih dahulu telah menjadi pasien dr. Otman, informan meminta anaknya untuk menemaninya bertemu dan berkonsultasi dengan dr. Otman, seperti yang dinyatakan informan pada wawancara Senin, 04 November 2013 di Lobby RS Setia Budi Medan. “Nenek pertama kali tau dr. Otman dari teman Nenek dipengajian. Dia teman Informan bilang, kemarin suaminya berobat ke dr. Otman dan sembuh. Jadi nenek minta antar anak nenek untuk berobat kesini. Pertama kali jumpa dr. Otman, orangnya baik sekali, nak. Murah senyum pula. Dia dr. Otman suruh nenek jalan di depan dia. Pertama kali datang, dokter yang banyak bertanya kepada nenek. Dia suruh nenek jalan di depan dia. Nenek kan susah jalan, taoi dr. Otman mau bantui nenek jalan, dipegangi nenek jalan sampai duduk lagi di kursi roda. Sampai make’i selop nenek aja dia mau, baik kali orangnya. Waktu dia bilang nenek harus dioperasi, nenek sempat takut, tapi dia jelasinya sabar, Universitas Sumatra Utara dia kasih waktu nenek untuk mikir. Malah dia yang nanya nenek punya askes atau jamkesmas atau gak. Dia yang nyaranin nenek untuk operasi di RS Adam Malik biar biayanya lebih ringan karena biaya Implantnya mahal. Tapi kalau untuk kontrol setelah operasi, nenek lebih senang disini. Soalnya pelayanannya lebih enak disini, terus jam praktek dokter juga lebih banyak disini.” Nenek yang masih terlihat sangat cantik diumurnya yang sudah lansia ini mengaku sangat takut dengan resiko operasi yang akan dijalaninya. Nenek, panggilan akrab ibu Riahma, yang kini telah dilakukan pemasanagn Implant pada tulang belakangnya, mengaku sudah merasa jauh lebih baik dari sebelum operasi Juni 2013 lalu. Informan sangat kooperatif saat wawancara dengan peneliti. “yaa.. namanya operasi siapa yang gak takut ya nak. Apalagi waktu saya tanya resikonya apa dokter bilang, ada resiko meninggal dan lumpuh. Tapi dokternya sabar pelan-pelan jelasinya, malah diajak bercanda. Kalau saya datang selalu ditanya kabar duluan. Abis operasi juga dokter yang ingati saya untuk datang lagi seminggu atau dua minggu lagi. Setelah operasi sekarang uda enak’an. Nenek duduk pun uda enak, jalan lebih lama uda bisa, tidur pun enak, puas la nak. Kalau dulu sebelum di operasi, duduk pun sakit, tidur pun gak enak.” Informan mengaku tidak menemukan banyak kesulitan saat berkomunikasi dengan dr. Otman. Informan mengaku mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan dr. Otman dan juga paham tentang apa yang harus ia lakukan untuk kesembuhannya. “saya ngerti sama penjelasan dr. Otman. Sebelum operasi saya tanya, apa bedanya setelah operasi nanti. Dokter bilang setelah saya operasi nanti saya bisa jalan lebih jauh, kalo belum operasi dulu kan saya jalan 10 meter terasa sakit, duduk gak enak, apalagi kalau dari jongkok mau berdiri pasti terasa kali. Sekarang jalan uda bisa la lumayan jauh, walau diawal-awal nenek harus pake tongkat. Kalau ada yang belum jelas, biasanya anak nenek yang suka tanya ke dr. Otman karena sekarang kan nenek sementara tinggalnya sama anak nenek di helvetia. Capek dijalan nanti kalau harus ke tanjung pura, badan nenek uda gak sanggup lagi. Kalau kayak sekarang kan masih harus sering kontrol ke sini Universitas Sumatra Utara untuk buka jaitan. Tadi kata dr. Otman nanti setaun lagi baru datang lagi kesini untuk kontrol karena jaitannya uda dibuka.” Ketika peniliti bertanya bagaimana sosok dokter yang masih terlihat muda diusianya ke 45 ini mengaku sangat mengagumi dr. Otman Siregar, SpOT. Menurutnya, dokter yang punya dua puteri dan satu putera tersebut sangat baik dan ramah kepada pasien. Sangat perhatian kepada pasien, sampai perduli dengan keuangan pasien. Informan bercerita tentang tentang bagaimana dr. Otman yang memberikan solusi tentang keuangannya sambil tertawa. “haha..iya nak, malah dia yang mikiri gimana biar biayanya murah. Itu la, dia tanya apa nenek punya askes atau jamkesmas. Dia jelasi kalau pakai askes dan jamkesmas biayanya bisa lebih murah. Terus dia kasi surat pengantar ke Adam Malik, sampek disana harus gimana pun dia jelasin. Baik kali la dr. Otman itu. Senang kita berobat sama dia. Murah senyum, kalau pasien banyak tanya gak pernah marah, sampai nenek cerita soal ladang nenek pun didengarnya.” Universitas Sumatra Utara Informan II pasien Nama : Radiah Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 07-11-1950 Agama : Islam RM pasien : 57.47.72 Alamat : Jl. Murni V No. 06, Medan Diagnosa : Ostheoartritis radang sendi Lama Berobat : 1 tahun 3 bulan Gambar 5 Peneliti sebelah kiri dan Informan 2 sebelah kanan di depan Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan Universitas Sumatra Utara Ibu Radiah adalah ibu dari enam orang anak. Ibu yang lebih senang dipanggil nenek ini memiliki perawakan tinggi sekitar 148cm dan berat badan 50kg. Nenek Radiah sehari-hari adalah seorang ibu Rumah Tangga dan seorang penjualan kedai makanan ringan di rumahnya yang beralamat di Jl. Murni V No. 06, Medan. Di samping itu nenek yang dekat dengan cucunya ini gemar memasak dan membersihkan rumah sendiri. Nenek yang mengenakan kerudung berwarna pink lembut ini baru saja berulang tahun ke-63. Peneliti pertama kali berkenalan dengan ibu Radiah di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2013. Pada saat itu, ibu Radiah sedang berobat ke dr. Otman Siregar, SpOT mengenai keluhan dilututnya. Saat itu adalah kunjungannya ketiga kalinya ke dr. Otman yang sebelumnya hanya diberikan terapi obat-obatan oleh dr. Otman sambil menunggu hasil rontgen lutut ibu Radiah. Tujuan ibu Radiah datang ke Poli pada hari itu adalah untuk menunjukkan hasil rontgen lututnya kepada dr. Otman. Dari hasil rontgen yang ada, ibu Radiah mengetahui bahwa keadaan tendon lututnya mulai mengalami kerusakan atau yang disebut radang sendi. Dari keadaannya ini, dr. Otman menyarankan ibu Radiah untuk dilakukan injeksi suntikan pada lututnya yang bertujuan untuk “Kalau dokter bilang, lutut nenek abis oli katanya. Hehehe.. jadi perlu disuntik nambah oli. Tapi memang nak, abis disuntik itu enakan lutut nenek. Terus dokter juga saranin untuk ngurangi berat badan, duduknya bersilanya jangan lama- lama, sementara solatnya duduk dulu.” Nenek yang ramah dan senang tertawa ini mengaku mengenal dr. Otman sejak 2005 dikarenakan suaminya yang juga pasien dr. Otman Siregar, SpOT. Nenek yang selalu datang dengan ditemani suaminya ini mengaku hanya berobat ke dr. Otman saja tanpa pengobatan tradisional atau kedokter lain. “iya, dulu suami nenek pernah berobat juga ke dr. Otman, sembuh nak. Dulu kan nenek sering nemeni kakek berobat, jadi sama dr. Otman juga uda kenal dan akrab. Tapi suami nenek dulu berobat waktu dr. Otman masih praktek di RS Haji Medan. Kemarin nenek datang kesana juga, rupanya kata perawat sana, dr. Otman gak praktek disana lagi, nenek tanya praktek dimana, perawatnya Universitas Sumatra Utara bilang sekarang prakteknya di RS Adam Malik Medan, jadi nenek datang ke sini, soalnya kan nenek punya Askes, jadi kalau kesini pun gak masalah. Nenek pun uda percaya sama dr. Otman, kalau dokter tulang yang terkenal kan dia di Medan ini, baik pula orangnya, ganteng. Hehehe.. Nenek gak pernah berobat ke dokter lain, apalagi kusuk-kusuk tradisional itu, gak berani nenek.” Universitas Sumatra Utara Informan III pasien Nama : Marolop Sihotang Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 16-05-1971 Alamat : Jl. Bersama, Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Jenis Penyakit : Open Tibia Fibula Fracture Lama Berobat : 2 tahun Gambar 6 Informan 3 sebelah kanan dan peniliti sebelah kiri di ruang tunggu Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan Universitas Sumatra Utara Bapak Marolop Sihotang adalah seorang bapak dari tiga orang anak. Bapak Marolop bekerja sehari-hari sebagai kuli bangunan. Dua tahun yang lalu, pak Marolop mengalami kecelakaan pada kaki kirinya. Saat itu pak marolop hendak pergi berbelanja bangunan untuk kepentingan pekerjaannya mengendarai sepeda motor. Di jalan menuju tempat penjualanan alat bangunan, pak Marolop yang berkendara sendiri dengan sepeda motornya ditabrak oleh pengendara lain yang berkendara dengan kecepatan tinggi. Hal ini dinyatakan informan dalam wawancara dengan peniliti pada tanggal 7 Oktober 2013 lalu di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. “Kejadiannya cepat sekali dek, tiba-tiba ada motor ngebut, saya uda gak bisa ngelak lagi, jadi saya terpental ke pinggir jalan dan nabrak pohon. Kaki kiri saya yang kena hantam pohon besar itu. Waktu itu saya dibawa warga ke klinik dekat situ, abis tu saya dirujuk ke RS Adam Malik. Langsung disuruh opname sama dokternya. Saya di suruh poto rontgen. Ditunjukkan juga sama saya hasil potonya itu. Nampak la tulang saya patah didalam. Dijelasi juga sama dokter yang kemarin nerima saya di IGD, katanya tulang saya harus dioperasi. Istri saya juga gak tau mau bilang apa, yaudala, saya ngikut aja. Operasi katanya, saya operasi. Waktu diruangan barula ketemu dr. Otman. Assistennya jelasi nanti yang operasi dr. Otman Siregar. Waktu ketemu di ruangan dokter otman baik, dia jelasin soal keadaan saya. Saya sama istri waktu dibilang harus operasi uda ketakutan. Istri saya nangis. Tapi gitu dijelasin sama dr. Otman istri saya uda agak tenang. Setelah operasi barula tenang semua lancar.” Bapak dari dua laki-laki dan satu orang puteri ini mengaku tak pernah ke dokter lain selama masa pengobatannya. Pak Morolop yang perokok aktif ini juga tak pernah mendapatkan obatan traditional. Beliau mengaku takut untuk berobat ke tradisional karena pengalaman temannya yang berobat ke tradisional tak kunjung sembuh. Selain itu, peserta jamkesmas ini juga tak pusing soal biaya dikarenakan biaya pengobatan ditanggung seluruhnya oleh pemerintah. “gak berani saya ke tukang kusuk, takut nanti lebih parah. Soalnya kawan saya kemarin gitu, dikusuk, dikusuk, tapi gak sembuh-sembuh sampai sekarang. Lagi pula karena saya punya jamkesmas jadi gak bayar apa-apa. Jadi mending berobat kesini dari pada keluar bayar lagi, disini gratis.” Bapak yang berkulit agak hitam dan berpostur tubuh tinggi ini mengaku tetap menjalani anjuran dokter dan mengikuti semua perintah dokter. Operasi pemasangan implant yang dilakukan setahun yang lalu di RSUP H. Adam Malik kini sekarang memerlukan kontrol setahun sekali untuk mengontrol perkembangan tulang. Universitas Sumatra Utara “kemarin dibilang empat hari di Rumah Sakit, sebulan datang lagi kontrol ganti verban, uda berapa kali ganti perban, baru dibilang dr. Otman setahun datang lagi untuk liat perkembangan tulangnya. Sekarang kan uda setaun dek, makanya saya datang. Tadi waktu jumpa dokternya dia bilang setahun lagi kalau tulangnya uda bagus, nanti implantnya baru bisa dibuka, ya operasi lagi la dek”. Universitas Sumatra Utara Informan IV pasien Nama : Novita Sari Tanggal Lahir : 16-05-2007 Alamat : Desa gintong, kec.gorong-gorong Jenis Penyakit : Spondilitis TB Lama Berobat : 8 bulan Gambar 7 Peneliti sebelah kiri dan informan sebelah kanan di ruang tunggu Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan Novita Sari adalah anak dari ibu Nursiah. Ibu Nursiah membawa anaknya “Penjelasannya cukup jelas dengan bahasa yg sehari-hari digunakan. Dr. Otman ngasi kita kesempatan untuk berfikir dulu dengan tenang, dia suruh saya buka internet untuk nambah pengetahuan saya soal penyaki anak saya ini. Kalau saya belum paham, dr. Otman mau menjelaskan sampai saya puas. Dia gambar bentuk tulang sambil menjelaskan. Baiklah dr. Otman itu. Kita juga bisa konsultasi soal biaya dengan beliau.” Universitas Sumatra Utara Informan V Dokter Nama : Dr. Otman Siregar, SpOT Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 11-04-1969 Alamat : Komp. Citra Garden Blok C.11-12, Medan Gambar 8 Pasien dengan dokter di ruang prakter dr. Otman Siregar di RS Setia Budi Medan Dr. Otman Siregar, SpOT adalah salah satu dokter spesialis dengan jumlah pasien terbanyak setiap praktek di RSUP H. Adam Malik Medan. Dokter yang murah senyum ini sudah praktek sejak tahun 1999 di RSUP H. Adam Malik Medan. Dokter yang sebelumnya pernah praktek di RS Haji Medan juga gemar bercanda dengan pasiennya. Dokter yang dikenal baik dan ramah ini banyak disukai oleh pasien karena baik dan dengan penjelasan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dokter yang memiliki dua puteri dan satu putera ini menyebutkan bahwa dia sering menganalogikan kondisi otot terjepit itu seperti kejadian tangan terjepit pintu. Dokter yang juga merupakan Universitas Sumatra Utara perokok aktif ini tak sunkang menjelaskan kepada pasien dengan gambar maupun meminta pasien mencari informasi sendiri melalui internet. “Kondisi saraf terjepit ini mirip dengan tangan terjepit pintu, saat tangan terjepit pintu dan tidak dilakukan tindakan untuk mengeluarkan tangan dari jepitan tersebut maka obat yang diberikan hanya untuk menghilangkan rasa sakit, bukan untuk membebaskan tangan kita dari pintu yang menjepitnya. Lalu bagaimana cara kita agar tangan kita tidak terjepit lagi? Kita buka pintunya, lalu kita tarik tangan kita, begitu pula dengan saraf kita. Dia saraf akan terus terjepit bila tidak kita bebaskan. Obat-obatan yang diminum selama ini hanya untuk menghilangkan rasa nyeri, bukan untuk menyembuhkan”. Universitas Sumatra Utara Universitas Sumatra Utara

4.3.2 Proses komunikasi antarpribadi pasien dan dokter