KOMUNIKASI POLITIK ANDI BHATARA / KHANZA AZIZAH PUSARAN AKTOR DI MEDAN POLITIK
KOMUNIKASI POLITIK ANDI BHATARA / KHANZA AZIZAH PUSARAN AKTOR DI MEDAN POLITIK
Dari kronologi yang dipaparkan, terlihat jelas bahwa konflik yang terjadi di Rembang melibatkan banyak sekali aktor. Mulai dari perusahaan, masyarakat, aktivis, LSM dan media. Selain itu kita juga mendapatkan kesimpulan bahwa konflik ini juga bukan hanya berawal dari ekologi, tapi juga berkaitan erat dengan aktor-aktor yang berpengaruh bersamanya. Sebagai contoh, perusahaan akhirnya melakukan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan karena adanya izin dari pemerintah selaku penguasa dan pembuat kebijakan. Berbekal izin tersebut dibuatlah infrastruktur
pertambangan yang kemudian memicu penolakan masyarakat karena merasa tidak terlibat dalam pemutusan kebijakan. Akibatnya, masyarakat pun menyimpulkan adanya ketimpangan
dan ketidakadilan pemerintah dalam proses pengambilan kebijakan.
Terjadinya penolakan oleh masyarakat, tampilnya pemerintah dengan citra yang naif, terlibatnya aktivis, LSM dan media terhadap penguatan konflik sebagai wacana dapat kita lihat sebagai suatu hal yang lumrah terjadi karena adanya komunikasi yang terputus di medan politik yang antar aktornya selalu memiliki kausalitas. Menunjukkan bahwa komunikasi politik ini memiliki peran yang sangat kuat dalam keberlangsungan konflik Rembang ini ke depannya. Namun sebelum lebih jauh memahami realita komunikasi politik di Rembang, harus dipahami dulu bahwa 'politik' sebagai satu hal fundamental dan 'aktor' sebagai instrumen pembangun keberjalanan fungsi fundamental tersebut sebagai salah satu penentu fluktuasi konflik.
Dalam medan politik yang sedang terjadi di Rembang, politik yang dipahami adalah politik sebagai salah satu kegiatan merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum, yang melibatkan pertanyaan
menderita akibat tambang". Pada tanggal yang sama Alissa Wahid, ibu-ibu. Esoknya tanggal 27 Juni 2014 Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa
Tengah datang ke tenda. Ganjar ingin menyalami ibu-ibu tapi merasa bahwa Ganjar sudah tidak bersama warganya. Ganjar
didampingi ahli masing-masing. Warga di sini diberi kesempatan seminggu untuk mencari ahli. Setelah warga siap dengan ahlinya,
mengabarkan kesiapannya. Joko Priyanto kemudian ditunjuk warga untuk mencari pakar, pada tanggal 28 Juni 2014 Priyanto bertemu Ardi Wibowo dari IPB dan Teguh dari UPN Veteran Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 2014 pun warga langsung mengirim
ada. Tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya
sebagai daerah imbuhan air tanah. Surono pun kemudian pihak semen dan warga pada tanggal 7 Juli 2014. Bersamaan di kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor menuju pemilu. Warga pun mengalah. Di dalam, Surono dicecar
dengan banyak argumen yang menjatuhkan argumennya. Pihak PT SI mengaku sudah disetujui warga sekitar untuk mendirikan pabrik
Juni 2013. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan apapun.
dengan kepentingannya untuk negara dan masyarakat.
makro yaitu negara. Berarti pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkannya. dapat dilihat secara mikro dan makro. Secara mikro yaitu
kepentingan pribadi yang subjektif berada di balik setiap aktor. Secara makro yaitu nilai-nilai yang sudah dirumuskan dan disepakati bersama secara historis, yaitu nilai-nilai keadilan,
rumusan negara Indonesia dalam wujud Pancasila. Nilai yang
dalam pengambilan kebijakan untuk mencapai tujuan. sebagai penentu kebijakan yang memberikan izin kepada PT Semen
Indonesia (SI) untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pabrik
sebagai aktor utama penyelenggara dan penentu kebijakan, dengan kepentingannya untuk negara dan masyarakat. Masyarakat disini berperan sebagai pewujud kebijakan dan yang memastikan kebijakan dijalankan dengan baik dengan kepentingannya dari hal yang mikro (menyejahterakan diri dan kelompoknya) kemudian berhubungan dengan kesejahteraan makro yaitu negara. Berarti pemerintah dan masyarakat semestinya memiliki kepentingan yang sama, namun berbeda dalam mewujudkannya.
Dari kronologi yang dipaparkan, terlihat jelas bahwa konflik yang
Berdasar fungsionalitas tadi, maka medan politik Rembang ini dapat dilihat secara mikro dan makro. Secara mikro yaitu kepentingan pribadi yang subjektif berada di balik setiap aktor.
membawa surat penangkapan atas nama tiga orang: Luthfi dari
juga mendapatkan kesimpulan bahwa konflik ini juga bukan hanya
Secara makro yaitu nilai-nilai yang sudah dirumuskan dan disepakati bersama secara historis, yaitu nilai-nilai keadilan, demokrasi, persatuan dan kebebasan yang telah ada dalam
ketiga orang tersebut, hanya Luthfi yang berhasil ditangkap.
rumusan negara Indonesia dalam wujud Pancasila. Nilai yang
karena adanya izin dari pemerintah selaku penguasa dan pembuat
mesti diwujudkan dalam memandang setiap aspek yang terlibat di
kebijakan. Berbekal izin tersebut dibuatlah infrastruktur
dalam pengambilan kebijakan untuk mencapai tujuan.
ditinggalkan. Tanggal 22 Juni 2014 contohnya, Ustadz Ubaidillah
penguatan konflik sebagai wacana dapat kita lihat sebagai suatu
kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor
sangat kuat dalam keberlangsungan konflik Rembang ini ke
sebagai salah satu penentu fluktuasi konflik.
Dalam kasus ini, peran pemerintah sebagai aktor politik adalah sebagai penentu kebijakan yang memberikan izin kepada PT Semen Indonesia (SI) untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung lainnya. Izin diberikan berdasarkan instrumen pendukung
Undang-Undang Minerba yang berdasar Undang-Undang Dasar RI berbentuk Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), Izin Usaha Pertambangan (IUP), izin lokasi eksplorasi, izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen melalui keputusan Bupati dan keputusan Gubernur.
Kepentingan Pemerintah jelas, kebijakan politik ini diambil untuk meningkatkan produksi semen di dalam negara dan diharapkan implikasinya berdampak terhadap pembangunan ekonomi nasional, selain untuk memenuhi permintaan semen domestik demi pembangunan dalam negeri serta Internasional sebagai penguat daya saing dalam pasar dunia. Kepentingan itu lalu diwujudkan melalui kerjasama antara pengelola yaitu PT SI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berbekal izin dari Pemerintah, PT SI sebagai aktor politik lalu menentukan kebijakan politis untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi wilayah tersebut. PT SI lalu mengeluarkan Analisis Masalah dan Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disetujui
oleh Pemerintah sebagai restu pelaksanaan pembangunan yang terukur. Kebijakan yang dilakukan PT SI ini semata-mata untuk mewujudkan kepentingan nasional yang telah diemban dan diamanahkan oleh Pemerintah.
Dari sini mulai terlihat bahwa dalam medan politik, setiap aktor memiliki kekuasaan untuk melakukan suatu kebijakan, dan memilih kebijakan mana yang akan diambil. Aktor juga memiliki hak untuk memperoleh dan mempertahankan kuasanya akan sesuatu, mempengaruhi pihak lain, atau menentang pelaksanaan kebijakan. Tapi pada intinya, politik yang dijalankan adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, dengan cara membicarakan dan merencanakan kebijakan untuk mereka. Kebaikan bersama pun adalah kepentingan semua warga negara, baik itu pemerintah, pengusaha ataupun masyarakat pada umumnya (Aristotle, 1972). Agar tidak terjadi konflik kepentingan politik yang terjadi karena mempertahankan sumber ataupun nilai yang dianggap penting bagi tiap aktor, maka kondisi tersebut harus terpenuhi.
Namun konflik politik kemudian muncul justru karena kurangnya keterlibatan masyarakat sebagai aktor politik penentu terwujudnya
Setelah penguraian kerja politik dan implikasinya yang buruk, politik. Padahal, dalam pembangunan skala besar semestinya
konflik politik terjadi hanya karena adanya komunikasi yang bersama. diperlukan? Karena pada dasarnya ia memiliki lima fungsi dasar: signifikansi fakta yang ada, (3) menyediakan diri sebagai platform
untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi ditujukan kepada pemerintah dan institusi politik, dan (5)
disalurkan (McNair, 1995). Namun dalam keberjalanan komunikasi politik yang ideal tersebu, malah cacat di tengah perjalanannya.
sampel dari kelompok masyarakat, lalu ditanyakan hal yang sama: pembangunan pabrik semen?". "Tidak tahu" adalah jawaban yang depannya. Atau beberapa masyrakat yang menolak dengan tegas
mengatakan "Saya menolak pabrik semen, alasannya karena pertanian kami... nasib anak cucu kami... kami tidak pernah diberitahu akan ada pertambangan". Berbagai alasan lain pun bergulir dan banyak sekali macamnya.
daya utama mereka. Membuat warga lalu menginisiasi tindakan politisnya dengan menggugat PT SI terkait pembangunan pabrik semen kepada Pengadilan Tinggi Umum Negeri (PTUN).
harus berwujud dalam tindakan perlawanan. Kepentingan sosio-kultural, tradisi dan ekologi menjadi alasan utama tindakan
politis tersebut. Meskipun kepentingan masyarakat termasuk
dipertahankan. Hal ini karena seperti yang sudah disinggung dibentuk untuk penyelenggaraan kebaikan bersama. Sehingga terllihat, bahwa dalam dinamika medan politik Rembang karena perbedaan kepentingan dan nilai antara aktor politik.
Konflik tersebut juga akan mengganggu stabilitas politik baik secara makro ataupun mikro di antara seluruh aktor. Masing-masing akhirnya berlomba-lomba untuk menaikkan nilai tawar mereka supaya memenangkan perseteruan ini. Pihak perusahaan
peraturan perundang-undangan dan telah berkekuatan hukum. Sedangkan masyarakat yang ingin Pemerintah mencabut izin
syarat penguatan gugatan melalui proses hukum.
terhadap konflik politik ini, berita-berita miring yang menyalahkan ketiga pihak tidak dapat dihindari dan terus bermunculan.
saling bertentangan. Padahal, dalam pengambilan keputusan politik, harus bisa melibatkan dan menyeimbangkan tiga hal.
Secara ekstratif (penyerapan sumber-sumber material dan manusia dari masyarakat), distributif (alokasi sumber-sumber
masyarakat). Tindakan penculikan, intimidasi, dan kekerasan yang justru memecah belah masyarakat sebagai satu kesatuan. apa yang dilakukan Ganjar Pranowo dalam menanggapi konflik ini
memutuskan untuk bertindak sendiri. Maka dari itu dianggap wajar mengapa masyarakat melakukan aksi perlawanan besar-besaran terhadap pemerintahnya sendiri.
kekuatannya sebagai instrumen politik terbesar dalam konflik Rembang ini. Karena asal mula kekacauan bukan berasal dari
Pemerintah itu sendiri. Yang jelas, apabila tidak ada inisiatif yang darah dan instabilitas politik yang semakin besar.
Politik sebagai cita-cita keputusan akan kebaikan bersama seluruh pihak tidak akan pernah tercapai. Melainkan akan semakin
dan dilemahkan, siapa yang paling diuntungkan dan dikorbankan. kepentingan segala pihak. Sebab politik adalah hal-hal yang
suatu wilayah tertentu. Politik yang merupakan "the art of possible" sebab kebijakan tersebut sangat sulit untuk diterapkan. Kemudian,
dalam memunculkan upaya mendamaikan persoalan. Alih-alih kepentingan nasional demi terbangunnya pabrik semen. Di
masyarakat yang dibantu aktivis dan LSM terus berkoar menuntut diberhentikannya pendirian pabrik.
Konflik politik skala mikro tidak terelakkan, pertentangan menghambat terjadinya solusi. Dengan terang-terangan spanduk
bertuliskan "Warung Pro Semen" dipasang bersebelahan dengan mural "Tolak Pabrik Semen" di pemukiman warga. Ibu-Ibu
yang mereka punya. Sayangnya, dalam skala makro, kelompok kelompok yang lemah. Pemerintah mengalokasikan kebijakannya
terayomi.
Undang-Undang Minerba yang berdasar Undang-Undang Dasar RI berbentuk Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), Izin Usaha
keputusan Bupati dan keputusan Gubernur.
penguat daya saing dalam pasar dunia. Kepentingan itu lalu diwujudkan melalui kerjasama antara pengelola yaitu PT SI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berbekal izin dari Pemerintah, PT SI sebagai aktor politik lalu mengeksploitasi wilayah tersebut. PT SI lalu mengeluarkan Analisis
Masalah dan Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disetujui terukur. Kebijakan yang dilakukan PT SI ini semata-mata untuk diamanahkan oleh Pemerintah.
memilih kebijakan mana yang akan diambil. Aktor juga memiliki kebijakan. Tapi pada intinya, politik yang dijalankan adalah usaha kebijakan untuk mereka. Kebaikan bersama pun adalah
ataupun masyarakat pada umumnya (Aristotle, 1972). Agar tidak terjadi konflik kepentingan politik yang terjadi karena
bagi tiap aktor, maka kondisi tersebut harus terpenuhi. Namun konflik politik kemudian muncul justru karena kurangnya
Setelah penguraian kerja politik dan implikasinya yang buruk, politik. Padahal, dalam pembangunan skala besar semestinya
konflik politik terjadi hanya karena adanya komunikasi yang bersama. diperlukan? Karena pada dasarnya ia memiliki lima fungsi dasar: signifikansi fakta yang ada, (3) menyediakan diri sebagai platform
untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi ditujukan kepada pemerintah dan institusi politik, dan (5)
disalurkan (McNair, 1995). Namun dalam keberjalanan komunikasi politik yang ideal tersebu, malah cacat di tengah perjalanannya.
sampel dari kelompok masyarakat, lalu ditanyakan hal yang sama: pembangunan pabrik semen?". "Tidak tahu" adalah jawaban yang depannya. Atau beberapa masyrakat yang menolak dengan tegas
mengatakan "Saya menolak pabrik semen, alasannya karena pertanian kami... nasib anak cucu kami... kami tidak pernah diberitahu akan ada pertambangan". Berbagai alasan lain pun bergulir dan banyak sekali macamnya.
pertanian yang selama ini akan menggangu dan merusak sumber daya utama mereka. Membuat warga lalu menginisiasi tindakan politisnya dengan menggugat PT SI terkait pembangunan pabrik semen kepada Pengadilan Tinggi Umum Negeri (PTUN).
Kepentingan masyarakat yang selama ini sudah ada akhirnya harus berwujud dalam tindakan perlawanan. Kepentingan masyarakat untuk mempertahankan sumber daya yang telah dimilikinya sejak lama, kepentingan generasi, kepentingan sosio-kultural, tradisi dan ekologi menjadi alasan utama tindakan politis tersebut. Meskipun kepentingan masyarakat termasuk
dalam skala mikro, tapi hal ini harus tetap disorot karena dalam kebijakan politik yang terwujud dengan baik, berarti semua kepentingan harus terpenuhi dan nilai bersama tetap dipertahankan. Hal ini karena seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa kebijakan politik merupakan kebijakan yang dibentuk untuk penyelenggaraan kebaikan bersama.
Sehingga terllihat, bahwa dalam dinamika medan politik Rembang perwujudan kebijakannya memiliki permasalahan yang pelik karena perbedaan kepentingan dan nilai antara aktor politik. Konflik tersebut juga akan mengganggu stabilitas politik baik secara makro ataupun mikro di antara seluruh aktor. Masing-masing
akhirnya berlomba-lomba untuk menaikkan nilai tawar mereka supaya memenangkan perseteruan ini. Pihak perusahaan bersikeras telah melalui prosedur permohonan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan telah berkekuatan hukum. Sedangkan masyarakat yang ingin Pemerintah mencabut izin tersebut, harus memiliki kekuatan yang sama dengan memenuhi syarat penguatan gugatan melalui proses hukum.
KONFLIK POLITIK REMBANG