BOLEHKAH DITAMBANG?

BOLEHKAH DITAMBANG?

Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasiļ¬kasi CAT Watuputih. CAT Watuputih

dengan luas 31 km 2 diklasiļ¬kasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.

59

Tapak pabrik PT SI

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum

yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan

kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula, seharusnya

dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten

rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada pada periode yang sama.

Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat besar sehingga menjadi sumber air terbesar bagi 14 kecamatan di

Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal

25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal

1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia merekomendasikan agar tidak melakukan kegiatan penambangan di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) terdapat 49 goa di Kabupaten Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut menyatakan pula bahwa sebagian wilayah di kawasan CAT

Watuputih merupakan kawasan pertambangan mineral dan batu bara.

Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum dalam pasal 4 PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan

yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan

Kabupaten Rembang merupakan kawasan lindung geologi, izin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Rembang dapat dipertanyakan

kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula, seharusnya

dokumen

Amdal

dikembalikan. Dengan dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan

dengan usaha pertambangan tidak seharusnya diterbitkan oleh pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten

rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada perbedaan dalam hal rencana penataan ruang sebuah wilayah pada periode yang sama.