HIDROLOGI KARST
HIDROLOGI KARST
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air
parenial (berumur panjang) yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh
air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan karst, dimana akuifer air masih berjalan dengan sangat baik, ini ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan pada setiap ketinggian, dan pembentukan sistem sungai bawah permukaan yang ditemukan dalam Gua Temu menunjukkan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang berfungsi sebagai epikarst penyimpan air yang sangat besar bagi penyupali mata air yang ada disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih dikategorikan sebagai akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian
tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah
produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua
perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan
dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.
air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh
air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan
ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang
mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah penyelidikan terdapat setempat dan umunya berupa
akuifer produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial (berumur panjang) yang mengalir di sepanjang musim kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan
karst, dimana akuifer air masih berjalan dengan sangat baik, ini ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan pada setiap ketinggian, dan pembentukan sistem sungai bawah permukaan yang ditemukan dalam Gua Temu menunjukkan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang
mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang berfungsi sebagai epikarst
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih dikategorikan sebagai akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan batu gamping napalan, dengan kelulusan sedang sampai tinggi tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah penyelidikan terdapat setempat dan umunya berupa akuifer
produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua
perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan
dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.
air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh
air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan
ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang
mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
Salah satu mata air dari Pegunungan Kendeng
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah
produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua
perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan
dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.
air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh
air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan
ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang
mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan
Kedua mata air ini mempunyai debit yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 1 liter/detik. Mata air-mata air lainnya yang banyak tersebar di luar wilayah CAT mempunyai tersebar di Desa Tegaldowo, Desa Suntri, Desa Dowan, Desa Timbrangan, Desa Pasuncen dan Desa Kajar dengan debit yang bervariasi dari debit yang relatif kecil ( < 0.5 liter/detik ) sampai debit yang sangat besar, yang mencapai 600 liter/detik, Seluruh mata air yang ada dimanfaatkan untuk pertanian, kebutuhan sehari-hari, air minum, mencuci, peternakan, dan lain sebagainya.
Kawasan karst dan kawasan CAT tersebut adalah salah satu aspek ekologi yang mesti dilestarikan dan menjadi perhatian utama
dalam menentukan keberlanjutan ekologi baik yang ada di luar maupun di dalamnya. Tindakan-tindakan yang sekiranya tidak
mementingkan keberlangsungan ekologi secara keseluruhan harus diposisikan sebagai tindakan preventif. Sebab akan mempengaruhi
pelestarian ekologi secara ruang dan keberjalanan di dalamnya. Pengelolaan mesti berorientasi pada prinsip pembangunan berkelanjutan apabila ingin terus memaksimalisasi potensi tersebut dan meminimalisir resiko bencana terhadap aset
kehidupan dan penghidupan. Maka menjadi maklum apabila penolakan tersebut terjadi secara besar-besaran, karena perencanaan pertambangan yang akan berpengaruh terhadap hilangnya fungsi hidrologi akan menjadi bencana ekologis dan sosio-kultural yang besar terhadap peradaban yang berada di sekitar kawasannya.
CEKUNGAN AIR TANAH